Tampilkan postingan dengan label Dzikir. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Dzikir. Tampilkan semua postingan

Kamis, 12 Januari 2017

OBJEK TAK SELALU REALITA

Fenomena Dzikrullah yang di salah gunakan.

Beberapa bulan telah berlalu ketika pertama kali saya mengenal filsafat. Puluhan nama sebagai filosof besar telah mengisi memori otak saya. Sejak zaman Thales, Anaximander, bahkan sampai filosof abad 20, seperti Russel, Foucault, Husserl, Ong, dll. Kemudian, saya menemukan salah satu nama filsuf kelas menengah di abad 20. Henry Corbin, salah seorang filsuf asal Perancis yang amat terkenal sebagai pengagum Syihabuddin as Suhrawadi (w. 1191 M). Corbin yang telah meninggal tahun 1978 ini telah menulis beberapa buku, di antaranya Avicenna and the Visionary Recital. Histoire de la philosophie Islamique. Creative Imagination in the Sufism of Ibn 'Arabi, En Islam Iranien: Aspects spirituels et philosophiquesSpiritual Body & Celestial Earth: From Mazdean Iran to Shi'ite Iran, dll. Diantara karya Corbin tersebut, saya pernah membaca buku Creative Imagination in the Sufism of Ibn 'Arabi, akan tetapi dalam terjemahan oleh Moh. Kozhim dan Suhadi terbitan LKiS Jogjakarta. 
      Dalam bab Pendahuluan,  Corbin menuliskan tentang perjalanan Khidr (seorang tokoh spiritualis Pra Islam) yang luar biasa dalam menegakkan panji-panji teosofi. Ia telah diagungkan karena membimbing manusia untuk membebaskan diri dari penghambaan otoriter. Manusia di ajarkan agar benar-benar sepenuhnya melakukan penghambaan dengan cara yang sempurna. Khidr, yang ajarannya ditirukan oleh Ibnu Sina, telah menanamkan sebuah ide tentang malaikat. Kemudian, dalam perjalanannya, doktrin ini mendapat sambutan hangat dari pengagumnya yang kemudian disebut Avicennan dengan neotik dan angelologi sebagai koridor. Akan tetapi, kalangan Skolastik Ortodok (Golongan ahli ilmu spiritual rasional di Barat) menolak dan tidak sejalan dengan apa yang di agungkan oleh Avicennan. Para Skolastik ini menuntut adanya sebuah gagasan rasional agar ide-ide ghaib ini di realisasikan. Dalam perjalanannya, Skolastik dan Avicennan berpisah jauh baik dalam ide-ide, dalam kosakata, dan bahkan dalam hal eksistensial masing-masing, dalam segala hal. 
       Kemudian, satu poin khusus yang tidak bisa diterima oleh Skolastik adalah tentang eksistensi malaikat sebagai sebuah theopany, yaitu sesosok makhluk hasil kreasi Tuhan yang memiliki korelasi yang hakiki dengan rupa Tuhan yang seiring dengan rupa DIA yang banyak di kemukakan dimana-mana. Akan tetapi, malaikat disini bukan sebagai personal yang bertugas menyampaikan wahyu, bukan personal yang menjadi pengiring setiap manusia, dan bukan pula personal yang diunggulkan daripada manusia. Malaikat yang dimaaksud adalah antara korelasinya dengan identitas Tuhan yang menunjukkan bahwa diriNYA memang ada. Dengan penggunaan identitas ini, Tuhan akan menyampaikan kepada manusia bahwa DIA benar-benar real pada kehidupan, namun dengan dimensi yang berbeda. Bukan lagi dimensi astral pada dimensi ke 4, namun lebih dari itu.
        Maka dengan adanya korelasi ini, identitas Tuhan mampu diketahui oleh manusia dengan korelasi sifat teofani dan angelofani. Sangat mustahil Tuhan akan diketahui oleh manusia, dengan eksistensinya, tanpa penggambaran akan sifatnya. Meskipun demikian, penggambaran Tuhan dengan malaikat ini hanya sebatas universalitas saja. Yaitu ketika Tuhan sebagai personal yang memiliki alam semesta, IA juga memiliki sifat yang tergambar di Alam Semesta. Akan tetapi, identitas diriNYA sebagai Individu sangat berbeda, tidak dapat kita gambarkan secara rasional maupun intuisional. Karena satu sifat Tuhan agung ialah berbeda dengan Makhluk, yaitu hasil kreasi-NYA. 
            Dari sedikit paparan di atas, sebenarnya hanya sebagai pengantar saja, sebab, yang akan saya bahas di sini adalah mengenai pengalaman saya dalam mengikuti diskusi dengan para murid filsafat. Dalam sebuah forum Diskusi Seputar Filsafat dan Logika di sebuah medsos facebook, saya menemukan sebuah pernyataan unik. Yaitu dari seorang pemuda berinisial SR yang di posting tanggal 10 Desember 2016 pukul 17.53 WITA.  Seorang pemuda yang menurut profilnya adalah seorang mahasiswa di Perguruan Tinggi Islam di Indonesia ini menuliskan, 
“Dzikirullah.mngingat allah.apakh allah bisa diingat?emng DIA punya bentk dan rupa,kok diingat.ingt alla sma aja mnyrupakn ssuatu dngam apa yg kita pkirkan,jdi lupakn allah gk usah di ingat lagi ya, salam damai hhh.”
       Sadis memang, seorang mahasiswa di salah satu perguruan tinggi Islam yang benar-benar mempermainkan eksistensi Allah. Ternyata, apa yang dilakukan oleh SR, telah di sebutkan oleh Nabi Muhammad saw melalui estafet firman Allah yang di wahyukan oleh malaikat pada abad ke 7 yang lalu. Allah swt berfirman :
“Tidaklah mereka (orang-orang munafik itu) mengetahui bahwasanya barangsiapa menentang Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya nerakan jahannamlah baginya, kekal mereka di dalamnya. Itu adalah kehinaan yang besar. (63) Orang-orang yang munafik itu takut akan diturunkan terhadap mereka sesuatu surat yang menerangkan apa yang tersembunyi dalam hati mereka. Katakanlah kepada mereka: "Teruskanlah ejekan-ejekanmu (terhadap Allah dan rasul-Nya)". Sesungguhnya Allah akan menyatakan apa yang kamu takuti itu. (64). Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan manjawab, "Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja". Katakanlah: "Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?" (65) Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. Jika Kami memaafkan segolongan kamu (lantaran mereka taubat), niscaya Kami akan mengazab golongan (yang lain) disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa.(66).” {QS at Taubah : 63-66)

Tak hanya itu, kalangan ahli kitab sebelum Islam bahkan memberikan keterangan yang cukup indah, yaitu

“banyak orang yang berkata tentang aku: "Baginya tidak ada pertolongan dari pada Allah." Sela.” { Mazmur 3:2 (TB)}

“Karena orang fasik memuji-muji keinginan hatinya, dan orang yang loba mengutuki dan menista TUHAN. Kata orang fasik itu dengan batang hidungnya ke atas: "Allah tidak akan menuntut! Tidak ada Allah!", itulah seluruh pikirannya. Tindakan-tindakannya selalu berhasil; hukum-hukum-Mu tinggi sekali, jauh dari dia; ia menganggap remeh semua lawannya. Ia berkata dalam hatinya: "Aku takkan goyang. Aku tidak akan ditimpa malapetaka turun-temurun." { Mazmur 10:3-6 (TB)}

“Untuk pemimpin biduan. Dari Daud. Orang bebal berkata dalam hatinya: "Tidak ada Allah." Busuk dan jijik perbuatan mereka, tidak ada yang berbuat baik. Mereka semua telah menyeleweng, semuanya telah bejat; tidak ada yang berbuat baik, seorang pun tidak. { Mazmur 14:1, 3 (TB)}

Dari sedikit kutipan itu, sekiranya dapat dijadikan sebagai pedoman yang cukup jelas. Bahwa Tuhan memang bennar ada dan mampu menunjukkan eksistensiNYA dengan caraNYA sendiri. Karena memang DIA berbeda dengan ciptaanNYA. Ayat-ayat kitab suci tersebut juga memberikan indikasi bahwa mereka adalah orang yg hati dan fikirannya kacau. Dengan aplikasi di kehidupan, punya peluang besar bahwa mereka ini bukan dari golongan orang yg percaya tentang dimensi berbeda daei dimensi manusia. Mereka pasti tidak dapat memahami bagaimana seorang yang punya indera ke 6 melihat kejadian yang akan datang. Karena pada dasarnya, hukum eksistensi adalah untuk masa sekarang. Yaitu realitas present, bukan past juga bukan future. Ketika sebuah objek dikatakan eksis apabila dalam koridor present mampu dikelola oleh rasio untuk dijadikan pihak lain dari fikirannya sendiri. Termasuk dalam hal ini ialah eksistensi Tuhan sebagai objek. 
   Mengenai objek, para pakar telah menyetujui dalam bahasa Indonesia disebut hal, perkara, atau orang yg menjadi pokok pembicaraan. Adelbert Sneijder (2006 : 38-39) telah membahas mengenai disfungsi objek dan subjek sebagai alat meraih nilai kebenaran. Dalam tulisannya, ia mengemukakan bahwa golongan idealisme (seperti Kant  ) mengagungkan bahwa subjek lah yang menentukan realitas. Jika kebenaran diartikan sebagai realitas, maka subjek ini yaang mampu menciptakan realitas. Itu artinya, eksistensi dari kebenaran merupakan hasil kreasi dari ide-ide yang dikembangkan oleh subjek. Ia mampu menciptakan realitas dari yang khayali dengan kemampuan sejauh mana imajinasinya pergi. Mungkin inilah yang sedikit di anut Albert Einsten. Sedangkan, dari kalangan realisme, menganggap kebenaran adalah realitas objek itu sendiri. Ia dibiarkan eksis dengan caranya sendiri, tanpa harus dilakukan penginderaan ideal. Semua yang diamati haruslah rasional, sejauh mana inderanya mampu menangkap. Namun, Einsten justru menegasikan realitas ini, ia berujar, “realitas hanyalah sebuah ilusi, meskipun terjadi terus menerus.”
         Dari pembahasan ini, sepanjang yang saya ketahui, objek filsafat ada dua, yaitu objek material yang mewajibkan ada dan tidak ada. Kedua, ialah objek formal, yaitu mengenai prinsipial dan asas. Maka filsafat bersifat mengkonstatis prinsip-prinsip  kebenaran dan tidak kebenaran. Sifat yang lain dari objek ini yaitu non-fragmentaris, maka dengan sifat ini objek formal menjadi sebuah satu keutuhan yang tidak dapat dipisah masing-masing. Ini tentu mampu menjawab gugatan bahwa Tuhan punya bentuk/rupa, maka akan seperti makhluk, ini kliru. 
         Adapun jika memang harus di perhatikan, bahwa dzikrullah (mengingat Allah) merupakan sebuah hasil imajinasi manusia yang ideal realis. Sebab, saya katakan ideal, karena Tuhan adalah khayali yang tidak dapat di jangkau oleh akal sehat. IA memiliki identitas tersendiri agar tidak ada seorangpun mampu mengenalinya seperti manusia mengenali makhluk/benda. Hanya saja, ia punya sifat yang universal, semua sifat yang khas yang dimiliki oleh makhluk, dimiliki juga oleh Tuhan. Kami katakan realis, karena sekali lagi, kita mengenalNYA melalui sifat-sifat dan hasil karyanya. Misal saja, seorang musisi, ia mampu dikenali lewat alunan nada sesuai genrenya. Tentu, jika kita mengenal sebuah aransemen suatu genre, kita tahu, yang menciptakan itu mengerti dan memiliki skill pada genre itu. Maka jellaslah, karena sifatNYA bisa dilihat dari makhlukNYA, maka Eksistensi Tuhan ini benar-benar real. 
          Sebut saja, Ibnu Arabi yang terlalu intens mengemukakan bahwa sifat Tuhan dan Malaikat memiliki korelasi yang istimewa. Mungkin saja ini benar, karena dalam sebuah doktrin Gereja dan Yahudi, bahwa malaikat dan Tuhan memiliki sifat yang sama, yaitu bisa dengan nyata membedakan yang baik dan buruk. Sebagaimana tertulis, “ Berfirmanlah TUHAN Allah: "Sesungguhnya manusia itu telah menjadi seperti salah satu dari Kita, tahu tentang yang baik dan yang jahat; maka sekarang jangan sampai ia mengulurkan tangannya dan mengambil pula dari buah pohon kehidupan itu dan memakannya, sehingga ia hidup untuk selama-lamanya." (Kejadian 3 : 22)
       Ini tentu agak menarik, karena tertulis kata ganti jamak, yaitu dengan adanya personal jamak. Denggan isyarat ini, tentu akan menimbulkan sebuah dukungan terhadap sufi Ibnu Arabi yang menyambungkan korelasi yang khas antara Theos dan Angel. Maka tentu, sekali lagi, sifatnya yang sama, namun personalnya berbeda. Terlebih, jika memang malaikat yang berada di dimensi lain dari dimensi ruang dan waktu mampu digambarkan, maka Tuhan, sekali lagi, berbeda dengan ciptaanNYA. Tidak ada gambaran yang mampu di realisasikan oleh makhluk mengenai Eksistensi Rupa Tuhan.
        Telah sampai pada titik akhir dimana pembahasan ini berakhir. Pernyataan bahwa mengingat allah sama saja menyekutukan dengan makhluk, maka tentu pernyataan ini ada 2 kemungkinan. Pertama, bahwa ia memaksudkan untuk mengungkapkan realisme bahwa segala sesuatu itu harus realistis agar dapat dimengerti. Kedua, ia menganggap bahwa melupakan Tuhan akan memberi kita keleluasaan. Karena memang, terkadang, aturan agama, yang mengajarkan tentang mengingat Tuhan itu membebani manusia dengan kewajiban dan larangan yang harus ditinggalkan, padahal itu jalan menuju kesuksesan menurut ukuran manusia.
      Maka, jawaban kami, mengingat allah adalah dengan sifat-sifat NYA yang universal, yang mampu dimengerti manusia, bukan eksistensi rupa DIA yang hakiki. Tentu, ketika allah memang memiliki sifatNYA yang teramat agung, ingatlah DIA dengan sifatNYA yang akan mampu memberikan kejernihan hati dan fikiran.


Balikpapan, 12 Januari 2017, 
Pkl. 21.40 WITA
Arif Yusuf.

Minggu, 14 Februari 2016

KERJA OTAK LEBIH AKTIF SAAT SESEORANG BERDOA ATAU SHALAT



Sebuah penelitian medis baru-baru ini mengungkapkan adanya serangkaian perubahan dalam tubuh manusia selama ia dalam keadaan berdoa (shalat) atau meditasi. Menurut penelitian tersebut, perubahan pertama yang tampak adalah adanya integrasi pikiran sepenuhnya dengan alam semesta setelah lima puluh detik memulai doa (shalat).


Studi yang dilakukan oleh Ramchandran, seorang peneliti Amerika, bersama-sama dengan sekelompok peneliti lainnya menunjukkan bahwa laju pernapasan dan konsumsi oksigen dalam tubuh manusia berkurang selama doa (shalat) dalam kisaran antara 20 dan 30%, di samping resistensi kulit meningkat dan darah tinggi lebih membeku.

Hasil penelitian tersebut melaporkan bahwa sebuah gambar yang ditangkap melalui CT scan menunjukkan adanya aktivitas kerja otak yang sangat menakjubkan selama seseorang itu berdoa (shalat). Tercatat bahwa gambar otak seseorang dalam keadaan berdoa (shalat) atau meditasi berbeda dengan gambar (otak) dalam keadaan normal.

Aktivitas sel-sel saraf di otak telah berkurang dan terdapat warna mengkilap yang muncul di radiologi.

Ramchandran menegaskan bahwa hasil gambar ini merupakan bukti ilmiah mengenai apa yang yang disebut “spiritual transenden” dan kehadiran agama di dalam otak, yang membawa dampak terhadap seluruh anggota, seperti otot, mata, sendi dan keseimbangan organ-organ tubuh.

Ia juga menambahkan bahwa semua anggota tubuh mengirim sinyal ke otak selama seseorang berdoa (shalat) atau meditasi, hal inilah yang menyebabkan aktivitas otak meningkat, sehingga otak kehilangan kontak dengan tubuh sepenuhnya hanya menjadi pikiran murni dan menarik diri dari alam dunia ke dunia lain.

Pada gilirannya, penelitian tersebut merupakan upaya yang signifikan dari para ilmuwan untuk mengungkap batas hambatan antara manusia dan rahasia otak. Penelitian ini mendapat apresiasi kepuasan dari sebuah penerbitan Sains di AS. Penelitian ini penting untuk menjelaskan hubungan antara agama dan ilmu pengetahuan.

Yang perlu diperhatikan bahwa hal ini benar-benar membantah hasil studi dan penelitian William James, seorang pelopor psikologi agama, tentang misteri agama dalam otak yang menyimpulkan bahwa ilmu pengetahuan dan agama adalah dua dunia yang sama sekali berbeda. (sumber : ech-chaab.net)

Minggu, 27 Desember 2015

Bacaan Kyai Subkhi “Bambu Runcing”, di masa Revolusi Kemerdekaan?


ADVERTISEMENT
Di masa revolusi kemerdekaan, dikenal sosok yang sangat populer yakni Kyai Subkhi atau Kyai Bambu Runcing asal Kauman Parakan, Kabupaten Temanggung Jawa Tengah.
Pada sekitar tahun 1945-1948, Kyai Subkhi aktif menerima dan mendoakan ratusan ribu pejuang kemerdekaan. Saat itu, masyarakat percaya perjuangan melawan penjajah akan mendapat kemenangan apabila senjata bambu runcing didoakan Kyai Subkhi.
bamburuncing
Menurut H. Anasom, M.Hum, peneliti sejarah dari IAIN Walisongo Semarang, Kyai Subkhi adalah pelopor penggunaan Bambu Runcing sebagai senjata perjuangan (Sumber : wawasanews.com).
bamburuncing1
Misteri Doa Kyai Subkhi
Ketika para pejuang berdatangan menemui Kyai Subkhi, beliau kemudian memanjatkan do’a agar Allaah Subhanahu WaTa’ala memberikan kekuatan istimewa kepada pasukan bambu runcing ini.
Do’a itu berbunyi : “Laa Tudrikuhul Absar Wahuwa Yudrikuhul Absar Wahuwa Latiful Khabir… (Sumber : Ahmad Adaby Darban: Fragmenta Sejarah Islam Indonesia: 2008; h 45-49, kangudo.wordpress.com, apakabardunia.com).
bamburuncing2
Apa yang dibaca oleh Kyai Bambu Runcing, sejatinya adalah ayat Al Qur’an, yakni terdapat di dalam QS. Al An’am ayat 103 (sumber).
doa1
Ayat ini ada meyakini, atas seizin ALLAH, berfaedah bisa terhindar dari kejahatan musuh dan sihir

Selasa, 01 Desember 2015

Buletin ROHIS SMAN1S Edisi 6 Tahun 2015



SALAMREDAKSI

Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wa barakatuhu,

Alhamdulillahi rabbil’alamin, aladzi laa ilaha illa hu, lahul mulkun walahul hamd, wa huwa’alaa kulli syai’in qadir,
Alluhumma shalli wasalim wa barik ‘alaa sayyidinnaa wa maulana wa habibinna Muhammad ibn Abdullah SAW wa ‘alaa alihi wa ashhabihiwa man tabi’ahum bi ihsani ilaa yaumiddin ajma’in,amma ba’d.
Alhamdulillah, berkat doa dari antum semuanya disertai dengan sedikit kerja keras dari kami selaku pihak pengurus dan staf redasksi ROHIS SMAN1S, kini telah dapat kita saksikan bersama kehadiran karya tulisan dari kami yang dituangkan dalam secarik keretas berpredikat BULETIN ROHIS SMAN1S yang bermaksud untuk menyebarkan pesan dakwah dan estafet ilmu agama islam.
Kehadiran buletin ini diharapkan agar ilmu agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad dapat terus bergulir sampai nanti hari kiamat kelak dan hendak menghidupkan nilai-nilai islam didalam kehidupan sehari-hari kita selaku manusiaa yang mengaku diri kita adalah seorang muslim.
            Dalam pembuatan buletin ini tentu kita tidak akan dapati nilai kesempurnanya, apabila ada sesuatu yang kurang berkenan, kami mohon maaf dan sangat berharap para pembaca mau memberikan masukan berupa kritik dan saran kepada pihak redaksi ROHIS guna bisa tercapainya perbaikan produk.
Demikian. Kami selaku tim redaksi ROHIS SMAN1S, mengucapkan,

SELAMAT MEMBACA.........!!!!!!!!

Wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuhu.

KEBANGKITAN DUNIA ISLAM
Pertanyaan.
Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani ditanya : "Asas-asas apakah yang dapat menyebabkan Dunia Islam bangkit kembali .?

Jawaban.
Yang saya yakini ialah apa yang terdapat dalam hadits shahih. Ia merupakan jawaban tegas terhadap pertanyaan semacam itu, yang mungkin di lontarkan pada masa sekarang ini. Hadits itu adalah sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. "Apabila kamu melakukan jual beli dengan sistem 'iinah (seseorang menjual sesuatu kepada orang lain dengan pembayaran di belakang, tetapi sebelum si pembeli membayarnya si penjual telah membelinya kembali dengan harga murah -red), menjadikan dirimu berada di belakang ekor sapi, ridha dengan cocok tanam dan meninggalkan jihad, niscaya Allah akan menjadikan kamu dikuasai oleh kehinaan, Allah tidak akan mencabut kehinaan itu dari dirimu sebelum kamu rujuk (kembali) kepada dien kamu".[Hadist Shahih riwayat Abu Dawud].
Jadi Asasnya ialah RUJUK (Kembali) Kepada ISLAM. Persoalan ini, telah diisyaratkan oleh Imam Malik rahimahullah dalam sebuah kalimat ma'tsur yang ditulis dengan tinta emas : "Barangsiapa mengada-adakan bid'ah di dalam Islam kemudian menganggap bid'ah itu baik, berarti ia telah menganggap Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam menghianati risalah". Bacalah firman Allah Tabaraka wa Ta'ala. "Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-sempurnakan buatmu ni'mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu menjadi agama bagimu".[Al-Maaidah : 3].

Imam Malik -rh- berkata : "Oleh karenanya apa yang hari itu bukan agama, maka hari ini-pun bukan agama, dan tidaklah akan baik umat akhir ini melainkan dengan apa yang telah baik pada awal umat ini"
Kalimat terakhir di atas itulah yang berkaitan dengan jawaban dari pertanyaan ini, yaitu pernyataannya :
"Dan tidaklah akan baik umat akhir ini melainkan dengan apa yang telah baik pada awal umat ini".
Oleh sebab itu, sebagaimana halnya orang Arab Jahiliyah dahulu tidak menjadi baik keadaannya kecuali setelah datangnya Nabi mereka, Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam dengan membawa wahyu dari langit, yang telah menyebabkan kehidupan mereka di dunia berbahagia dan selamat dalam kehidupan akhirat. Demikian pula seyogyanya asas yang mesti dijadikan pijakan bagi kehidupan Islami nan membahagiakan di masa kini, yakni tiada lain hanyalah RUJUK (kembali) kepada Al-Kitab was Sunnah.
Hanya saja, masalahnya memerlukan sedikit penjelasan, sebab betapa banyak jama'ah serta golongan-golongan di "lapangan" mengaku bahwa mereka telah meletakkan sebuah manhaj yang memungkinkan dengannya terwujud masyarakat Islam dan terwujud pelaksanaan hukum berdasarkan Islam.
Sementara itu kita mengetahui dari Al-Kitab dan Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, bahwa jalan bagi terwujudnya itu semua hanya ada satu jalan, yaitu sebagaimana yang disebutkan oleh Allah Ta'ala dalam firmannya.
"Dan sesungguhnya (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain) karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya". [Al-An'am : 153].
Dan sungguh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, telah menjelaskan makna ayat ini kepada para shahabatnya. Beliau pada suatu hari menggambarkan kepada para shahabat sebuah garis lurus di atas tanah, disusul dengan menggambar garis-garis pendek yang banyak di sisi-sisi garis lurus tadi.
Kemudian beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam membacakan ayat di atas ketika menudingkan jari tangannya yang mulia ke atas garis yang lurus dan kemudian menunjuk garis-garis yang terdapat pada sisi-sisinya, beliau bersabda:
"Ini adalah jalan Allah, sedangkan jalan-jalan ini, pada setiap muara jalan-jalan tersebut ada syaithan yang menyeru kepadanya". [Shahih sebagaimana terdapat di dalam "Zhilalul Jannah fi takhrij As-Sunnah : 16-17].
Allah 'Azza wa Jalla-pun menguatkan ayat beserta penjelasannya dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam hadits di atas, dengan ayat lain, yaitu firman-Nya.
"Dan barang siapa yang menentang Rasul sesudah jelas petunjuk (kebenaran) baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin. Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia kedalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-seburuk tempat kembali".[An-Nisaa : 115]
Dalam ayat ini terdapat sebuah hikmah yang tegas, yakni bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala mengikatkan "jalannya orang-orang mukmin" kepada apa yang telah di bawa oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Hal inilah yang telah diisyaratkan oleh Rasullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam hadits iftiraq (perpecahan) ketika beliau ditanya tentang Al-Firqah An Najiyah (golongan yang selamat), saat itu beliau menjawab :
"(Yaitu) apa yang aku dan shahabatku hari ini ada di atasnya" [lihat As-Silsilah Ash-Shahihah : 203]
Apakah gerangan hikmah yang di maksud ketika Allah menyebutkan "Jalannya orang-orang mukmin (Sabiilul mukminim)" dalam ayat tersebut .? Dan apakah kiranya hal yang dimaksud ketika Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mengikatkan para shahabatnya kepada diri beliau sendiri dalam hadits di muka .? Jawabannya, bahwa para shahabat radliyallahu anhum itu adalah orang-orang yang telah menerima pelajaran dua wahyu (Al-Qur'an dan As-Sunnah) langsung dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau telah menjelaskannya langsung kepada mereka tanpa perantara, tidak sebagaimana keadaan orang-orang yang sesudahnya.
Tentu saja hasilnya adalah seperti yang pernah dikatakan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam sabdanya :
"Sesungguhnya orang yang hadir akan dapat melihat sesuatu yang tidak bisa dilihat oleh orang yang tidak hadir"[Lihat Shahih Al-Jami' : 1641].
Oleh sebab itulah, iman para shahabat terdahulu lebih kuat daripada orang-orang yang datang sesudahnya. Ini pula telah diisyaratkan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam hadits mutawatir : "Sebaik-baik manusia adalah generasiku, kemudian orang-orang yang sesudahnya, kemudian orang-orang yang sesudahnya lagi "[Muttafaq 'alaihi].
Berdasarkan hal ini, seorang muslim tidak bisa berdiri sendiri dalam memahami Al-Kitab dan As-Sunnah, tetapi ia harus meminta bantuan dalam memahami keduanya dengan kembali kepada para shahabat Nabi yang Mulia, orang-orang yang telah menerima pelajaran tentang keduanya langsung dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam yang terkadang menjelaskannya dengan perkataan, terkadang dengan perbuatan dan terkadang dengan taqrir (persetujuan) beliau.
Jika demikian, adalah mendesak sekali dalam "mengajak orang kembali kepada Al-qur'an dan As-Sunnah" untuk menambahkan prinsip "berjalan di atas apa yang ditempuh oleh AS-SALAFU AS-SHALIH" dalam rangka mengamalkan ayat-ayat serta hadits-hadits yang telah disebutkan di muka, manakala Allah menyebutkan "Jalannya orang-orang mukmin (sabilul mu'minin)", dan menyebutkan Nabi-Nya yang mulia serta para shahabatnya dengan maksud supaya memahami Al-Kitab was Sunnah sesuai dengan apa yang dipahami oleh KAUM SALAF generasi pertama dari kalangan shahabat radliyallahu anhum dan orang-orang yang mengikuti mereka secara ihsan.
Kemudian, dalam hal ini ada satu persoalan yang teramat penting namun dilupakan oleh banyak kalangan jama'ah serta hizb-hizb Islam.
Persoalan itu ialah : "Jalan mana gerangan yang dapat digunakan untuk mengetahui apa yang ditempuh oleh para shahabat dalam memahami dan melaksanakan sunnah ini ..?".
Jawabannya : "Tiada jalan lain untuk menuju pemahaman itu kecuali harus RUJUK (kembali) kepada Ilmu Hadits, Ilmu Mushtalah Hadits, Ilmu Al-Jarh wa At-Ta'dil dan mengamalkan kaidah-kaidah serta musthalah-musthalah-nya tersebut, sehingga para ulama dapat dengan mantap mengetahui mana yang shahih dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dan mana yang tidak shahih".
Sebagai penutup jawaban, kami bisa mengatakan dengan bahasa yang lebih jelas kepada kaum muslimin yang betul-betul ingin kembali mendapatkan 'IZZAH (kehormatan), kejayaan dan hukum bagi Islam, yaitu anda harus bisa merealisasikan dua perkara :
Pertama : Anda harus mengembalikan syari'at Islam ke dalam benak-benak kaum muslimin dalam keadaan bersih dari segenap unsur yang menyusup ke dalammnya, apa yang sebenarnya bukan berasal daripadanya, ketika Allah Tabaraka wa Ta'ala menurunkan firmannya : "Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-sempurnakan ni'mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu menjadi agama bagimu"[Al-Maaidah : 3].
Mengembalikan persoalan hari ini menjadi seperti persoalan zaman pertama dahulu, membutuhkan perjuangan ekstra keras dari para ulama kaum muslimin di pelbagai penjuru dunia.

Kedua : Kerja keras yang terus menerus tanpa henti ini harus dibarengi dengan ilmu yang telah terbersihkan itu.
Pada hari kaum muslimin telah kembali memahami dien mereka sebagai mana yang dipahami para shahabat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, kemudian melaksanakan pengamalan ajaran Islam yang telah terbersihkan ini secara benar dalam semua segi kehidupan, maka pada hari itulah kaum mu'minin dapat bergembira merasakan kemenangan yang datangnya dari Allah.
Inilah yang bisa saya katakan dalam ketergesa-gesaan ini, dengan memohon kepada Allah agar Dia memberikan pemahaman Islam secara benar kepada kita dan seluruh kaum muslimin, sesuai dengan tuntunan kitab-Nya dan Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam yang shahih sebagaimana yang telah ditempuh oleh SALAFUNA ASH-SHALIH.
Kita memohon kepada Allah agar Dia memberikan taufiq kepada kita supaya dapat mengamalkan yang demikian itu, sesungguhnya Dia SAMI' (Maha Mendengar) lagi MUJIB (Maha Mengabulkan Do'a).
Wallahu 'alam.


KAMI ANAK ROHIS SMANIS J,TAPI kami tidak tahu lg ada dimana??????? ,temukan kami ya dengan nama ROHIS

O
L
P
O
U
R
O
H
S
S
U
W
A
E
L
R
O
H
I
M
Y
U
K
I
G
H
D
S
M
D
T
M
T
W
H
B
P
C
R
K
R
L
R
R
R
O
T
X
Q
V
T
O
O
O
A
O
R
D
M
B
R
F
C
B
H
N
H
C
H
O
L
N
G
Y
J
I
I
I
O
N
S
I
H
K
Z
V
S
X
S
B
S
F
A
Z
S
I
A
C
T
U
X
L
K
S
I
H
O
R

REDAKSI ROHIS SMAN1S,
Pelindung              : Tri Hrtanto , S.Pd, M.pd
Penasehat             : Muh. Khuzaini, S.Ag, M.Ag.
Pembina                                : Ana Mar’atul Khasanah, S.Ag
                                  Jaswandi, S.Ag
Ketua umum         : M. Ilyas Syafi’i
                                  Chusnul Chotimah
Sekretaris              : Iqlima Tazkiyatun Nufus
                                  Rani Listyaningrum
Bendahara             : Puji Lestari
                                   Indah Dwi Astuti
Pimred                   : Arif Yusuf
Staf Redaksi           : Jarot,Amrina, Robi;ah, Vita.
Produksi                                : Wahyu, Widya.
Distributor             : Dina, Lulus, Putri Veni, Anita.
Kritik dan saran    :
                Fanpage : ROHIS SUKA (Grup)
                SMS        : 0856740903794
                Cah ROHIS SMAN1S.
Agenda ROHIS SMANIS

1.Senin (minggu 1 dan 3 )   :Kajian bersama asatidz.
2. Senin (minggu 2)              :TPA.
3. Senin (minggu 4)              :Qashidah.
4. Jum’at                                :Rapat rutin.
5. Minggu                              :baksos dan Taqqarub.