Tampilkan postingan dengan label My Science. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label My Science. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 04 Maret 2017

Math Poin's.

Apa Yang Harus Dimengerti dari Matematika.

Oleh : arif_yusuf47@yahoo.co.id

          Berawal dari kejadian di dalam kelas saat kelas 9 di SMPN 1 Gesi, saya mulai sedikit terdorong untuk mempelajari Matematika. Suatu hari, saya mendapatkan kejadian sederhana namun penuh makna. Kala itu, seorang guru matematika mengajar dikelas saya (9B). Pada saat itu, sedang membahas  materi Bilangan Berpangkat. Guru (inisial S) tersebut menguji anak didiknya dengan pertanyaan, “berapakah nilai 20 ?”. Lalu dijawab oleh si murid “0”. Dengan seketika, guru itu tersenyum, dan saya juga ikut tersenyum mendengar jawaban itu. Si guru menambah “kalau 2×0 hasilnya berapa ?”, dijawab pula, “0”. Dengan seketika, saya merespon, “lha kok podo?” (kok sama ?). Yang kemudian diikuti oleh si guru juga dengan kata, “lha kok podo ?”. 
         Dari situ, saya mulai melihat beberapa teman saya, tentang skil yang mereka miliki daripada Matematika. Beberapa kesulitan memahami matematika menjadi momok primer untuk dapat lancar mempelajari Matematika. Davis E. V. Cooney memberikan gambaran besar bahwa  kesulitan pelajar dalam memahami Matematika adalah Memahami Konsep, Menerapkan Prinsip, dan Menyelesaikan masalah Verbal. Ini bukan saja menjadi semacam momok, namun sebagai penghalang besar bagi kemajuan karir siswa di masa depan. Sebab, dalam UU no. 20 tahun 2003, telah disebutkan tentang wajibnya siswa memahami Matematika.  Hal ini karena Matematika memang menjadi satu-satunya sumber penalaran deduktif yang terlepas dari konotasi emosional, sifatnya jelas, dan tentunya merupakan penyederhanaan gagasan yang hendak kita sampaikan.
              Kegagalan Matematika menjadi sebuah aib bagi para ahli teknisi. Sebab, ketika seorang hendak melakukan aktivitas apa pun, serasa hampa bila tiada Matematika disitu. Akan tetapi, satu dari beberapa dosa para siswa adalah menganggap Matematika sebagai sebuah bencana yang harus dihindari, bukan sebagai musuh yang harus dilawan atau sebagai sahabat untuk saling menjaga. Karena mindset itu sendirilah yang mengakibatkan pemahaman konsepsional dan prinsipial Matematika terhambat.  Bahkan dari basis awal, yaitu Aritemtika dasar seringkali salah dimengerti. Dari situlah, saya mencoba memberikan sedikit pemahaman dasar dari Aritmetika agar lebih mudah dan terarah dalam mengembangkan pemahaman konsep selanjutnya.
       Dalam beberapa tempat, saya sering menjumpai kesalahan prinsipial dan Konsepsional dari Matematika dasar, yaitu Aritmetika.  Berbicara tentang Aritmetika, tentu kita akan mengenal bilangan. Yaitu konsep simbolisasi kuantitas dari kehidupan. Dalam sejarahnya, Orang-orang Mesophotamia dan Babylonia telah mengembangkan sistem bilangan paling awal. Bilangan mereka dikenal dengan Sexagesimal. Kemudian, Yunani dan Romawi ikut terlibat setelah Phytaghoras, Thales dan Archimedes mengambil ilmu dari orang-orang Mesir. Pada awalnya bilangan ini disimbolkan dengan angka yang berupa angka-angka bilangan asli. Lalu kemudian, pada abad 11, Jabir al Khawarizmi menancapkan konsep bilangan nol dengan angka “0” sebagai simbolnya. 
Disini, saya tidak akan memberikan penjelasan bagaimana konsep bilangan itu, bagaimana tentang teori bilangan. Saya hanya menyinggung sedikit, dan kali ini, fokusnya adalah operasi aritmetika. Euclid, telah menjelaskan teorema Euclidan dalam operasi bilangan asli. Yaitu jika dua bilangan asli dicari FPB, maka Teorema Euclidan ini berlaku. Pemberlakuannya menyangkut konsep “Pembagian”, dalam operasi dasar Aritmetika. Bagaimana langkah kerja Teorema Euclidan ? Ia menjelaskan bahwa apabila bilangan m dan n adalah dua bilangan asli, maka nilai FPB adalah m = a. n + r   n = b . r + s. Misalnya, nilai FPB dari 84 dan 16. Maka, 84 = 5 . 16 + 4  16 = 4. 4 + 0. Nilai FPB ketemu di 4.
Namun, teorema ini sudah masuk lebih dalam, bukan lagi operasi dasar Aritmetika. Dari 84 dan 16, operasi dasar dari Aritmetika ialah 84 – 16 = 68. Atau 5 . 16 + 4. Angka ini didapat karena basisnya adalah penjumlahan. 16 + 68 = 84. Angka 68 ini bukan lah angka yang real, melainkan “simbolisasi” proses. Dalam Matematika Vektor, 68 ini merupakan perpindahan dari titik awal ke titik akhir, dengan satuan yang telah ditentukan. Dalam koordinat Cartesian, vektor bisa dilihat dari titik (x,y) dan (x’, y’). Jika misal (x,y) = (2, 6) dan (x’,y’) = (70, 6) maka perpindahan titik a adalah ( x’ – x, y’-y) = ( 70 – 2, 6-6) = (68, 0) 
          Ketika mempelajari hal ini, kita tentu akan mengenal Diophantus (250-200 SM). Ia telah menjelaskan bagaimana cara kerja Aritmetika sebagai langkah awal dari semua kerjaan Matematika. Karena memang tidak ada hukum Matematika yaang tidak membutuhkan Operasi Aritmetika. Dalam cara kerjanya, misal ada 2 + 4 = 6 menunjukkan makna yang dalam. Angka 2, merupakan “titik awal” dari sebuah nilai, kemudian, angka 4 bukanlah nilai yang sesungguhnya melainkan hanya simbol untuk menjelaskan “aksi” dari perubahan nilai tersebut. Operasi tersebut menandakan pelambangan dari sebuah gagasan, “suatu nilai memiliki besar dua, kemudian ia berpindah dari nilai tersebut sebanyak empat kali besarnya nilai, dengan nilai satuan yang sama besar dengan nilai awal.” Jika dijelaskan dengan nomor (urutan angka), maka angka 2 merupakan nomor, dan 4 bukanlah nomor, melainkan nilai perubahan/perpindahan. 
         Operasi ini merupakan kegiatan paling dasar dari Aritmetika, kemudian ada sistem multiply (perkalian). Sistem ini merupakan sistem pertambahan “ruang dua dimensi”, yang dikembangkan dari “perpindahan posisi”. Misalnya, suatu “bentuk”, memiliki luas x, kemudian dibesarkan menjadi 3x. Bentuk akhir, didapat dari perpindahan titik dari sisinya dengan sistem langkah pertambahan. Akan tetapi, luas “bentuk” akhir inilah yang kemudian mengilhami sistem perkalian, yaitu kelipatan dari bentuk awal. Kelipatan ini bisa dikembangkan dari sistem perpindahan posisi. Misal, 3 × 2 = 3 + 3, nilai tersebut sama, akan tetapi berbeda pada cara kerja dan pemahaman. Jumlah bagian dari sisi pertambahan, memiliki besar sesuai “nilai kelipatan”, yaitu peubah dari nilai 3. 
Pasca perkalian, ada sebuah bentuk lagi berupa “pangkat eksponen”. Sistem ini lebih kompleks dari perkalian. Sebab, dalam penentuan nilai akhir, pangkat eksponen memiliki pemahaman “geometri” atau “ruang”. Kita ambil misalnya 32 = 3 × 3 = 3 + 3 + 3, kita bisa lihat bahwa angka pangkat, menandakan jumlah bagian dari sistem kelipatan, dan kemudian berlipat lagi pada sistem operasi pertambahan. Jika an maka jumlah angka a x a...sebanyak n kali, dan a + a sebanyak kelipatan a x a. Misal, 33 = 3 × 3 × 3 = 3 + 3 + 3 + 3 + 3 + 3 + 3 + 3 + 3. Kita bisa lihat, bahwa jumlah angka pada sistem pertambahan sebanyak 3 × 3. Maka jelas, bahwa sistem ini menyederhanakan begitu kompleksnya sistem dasar matematika. 
Dari sistem aritmetika inilah kemudian kita bisa melihat bahwa selalu ada pengembangan dan keterkaitan antar semua sistem yang ada. Bermula dari aritmetika, bermunculan konsep-konsep lain seperti aljabar, geometri, trigonometri, statistika, kalkulus, dan lainnya. Dari setiap gagasan itu, selalu ada “pijakan” dasar yang mengawali pengerjaan. Maka tak heran jika Matematika memang sebuah ilmu sistematis. Butuh sebuah pengembangan lebih lanjut mengenai hal ini, apabila hendak menemukan perumusan baru. Seperti hal lain, dalam pembahasan Logaritma. Kita tak bisa melupakan Pangkat Eksponen dalam persoalan Logaritma. Karena memang begitu koheren antar bagian, maka jelaslah bahwa Matematika menjadi satu kesatuan yang amat kompleks. 
           Maka, dengan sedikit pembahasan itu, sangat apik jika kita mampu memahami bahwa “Matematika harus struktural dan sistematis sesuai prosedural urutan.” Seperti contohnya, penyelesaian f(x) = ax2 + bx + c. Kita bisa menyelesaikan dengan cara (nx + α) (mx + β). Jika di jabarkan lagi, menjadi n.m = a, n.β + mα = b, dan  α.β = c. Satu pemahaman, urutan inilah yang seharusnya dimengerti, arah dari perjalanan, titik awal sampai tujuan itulah yang seharusnya dimengerti. Jika mampu memahami ini, jelaslah, tiada kesulitan bagi setiap siswa.


Daftar Pustaka

Abdurrahman, Muhammad. 2003. Pendidikan  Bagi  Anak  Berkesulitan  Belajar.  Jakarta  :  PT.  Rineka  Cipta.
Chairani, Zahra. 16. Metakognisi Siswa dalam Memecahkan Masalah Matematika. Yogyakarta : Deepublish.
Iskandar, Bayu. 2013. PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA        MELALUI PROBLEM BASED LEARNING. Skripsi disajikan sebagai  salah satu syarat dalam memperoleh gelar   Sarjana  Pendidikan  Sekolah Dasar. Universitas Negeri Semarang.
Prasetyawan, Dwi Galih. 2016. DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV  SD  NEGERI  CONGKRANG  1  MUNTILAN MAGELANG. Skripsi, Diajukan kepada  Fakultas  Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta   untuk  Memenuhi Sebagian Persyaratan   guna  Memperoleh  Gelar  Sarjana  Pendidikan. 
Zulfikar. 2014. Manajemen Riset dengan Pendekatan Komputasi statistika. Yogyakarta : Deepublish.

Minggu, 26 Februari 2017

AKSI BELA ISLAM

Menyingkap Basis Primer Pembelaan Umat Islam 
Terhadap Agamanya Beserta Kritik Terhadapnya.

Arif Yusuf
Email : arif_yusuf47@yahoo.co.id


Abstract

Rampant events Struggle Muslims in the Middle East and Indonesiain the early 21st century is reaping conflict in stark contrast. There are some groups that articulates with the "war" against the oppression of Islam, and there are also other groups strongly criticized it and reject that kind of attitude. Our discussion this we mean to see universal basis of the Islamic fighters, to perform "jihad," and the main base of the critics. With so much happening on the contrasts between Muslims themselves. Our records indicate that intra-religious tolerance takes precedence over tolerance between Muslims themselves. It is able to prove that such an attitude is no noticeable difference from Sahabat Nabi shalallahu alaihi wa salam and the scholars of the Salaf that shows the attitude of brotherhood although they differ. Two "thinking" this contradictory have their own reasons. For the "defenders of Islam", verse 7 of Surah Muhammad became the main base, with "obligation to defend Allah azza wa jalla." Then for the "Connoisseurs of Islam", peace and comfort to practice Islam made them did not bother to do the right radical movements. Due to a hadith, "Islam is easy, and it's not a difficult, but will be defeated by his religion."


Keywords ; al 'Unf, asy Syida'u alaal Kufar, jihad al Daf', Amar Ma'ruf nahi munkar, at Turats.



Pendahuluan

Akhir tahun 2016 ini, kaum muslimin Indonesia dibuat geger dengan 3 aksi “unjuk rasa” yang luar biasa. Diawali dengan personel sekitar 5000 orang pada Jum’at, 14 Oktober 2016 dengan aksi “long march” dari Istiqlal menuju Balaikota.(1) Kemudian, 3 minggu berlalu, di lakukan aksi lanjutan juga pada hari Jum’at, 4 November yang dihadiri sekitar 2,3 juta orang melakukan long march dari Istiqlal menuju Istana Negara.(2) Aksi Bela Islam jilid II ini dinilai oleh Komnas HAM sebagai demo paling bermartabat pascareformasi, karena tak ada kericuhan, tak ada bentrok, dan tak ada sampah sekalipun.(3) Tak cukup sampai disitu, aksi Bela Islam itu berlanjut sampai jilid III tepatnya pada Jumat, 2 Desember 2016, GNPF dan FPI menjadi lembaga paling bertanggungjawab atas pelaksanaannya. Habib Muhammad Rizieq Shihab dan Bachtiar Nashir adalah 2 tokoh gembong pendobrak aksi besar yang melibatkan sekitar 4 - 7 juta orang itu.(4) Dalam keadaan yang demikian, mengingatkan saya pada sebuah aksi gerakan  Syaikh Ahmad Yassin yang mendirikan Harakat Muqawamah Islamiyah (Hamas)(5) Ahmad Yassin merupakan seorang orator ulung yang pernah mengenyam pendidikan di Universitas Ain Syam, Kairo, Mesir. Awak tahun 1980an, dia mendirikan Mujtama’ al Islami, yang membuat geram pemerintah Israel. Lalu ia ditangkap dan dipernjara 3 tahun pada tahun 1982. Seusai menjalani masa hukuman, dia mendirikan Hamas bersama Abdul Aziz ar Rantisi dan Khalid Meshal. Yang membuatnya dipenjara lagi selama 8 tahun (1989-1997). Setelah bebas kedua ini,beliau kembali memimpin Palestina untuk melawan Israel selama 7 tahun (sampai wafat tahun 2004).
Dari apa yang kami lihat pada kedua sosok ini, kami menemukan satu gelombang yang sama namun berbeda pada media dan sarana. Syeikh Ahamad Yassin melakukan contructive conflict(6) dengan sarana kekuatan militer, namun Habib Rizieq lebih membawa pada sosial politik rekontruktif untuk menata masyarakat Islam. Ahmad Yasin dan Habib Rizieq adalah dua punggawa mujahid karena alasan keduanya sama, yaitu malo(7) yang didapatkan oleh masyarakat Islam. Perbedaan yang signifikan adalah Ahmad Yassin melakukannya untuk membebaskan Muslim dari jajahan fisik dan psikis, Riziq Shihab hanya melakukan perlawanan terhadap jajahan tsaqafah (ideologi). 
Kedua orang ini juga telah meninggalkan jejak yang teramat bersejarah bagi dunia internasional. Hamas membuat Dunia terkagum karena begitu kuatnya dalam bertahan. Serangan memborbardir dari Israel yang disebut telah menlanggar Konvensi Jenewa,(8) tak membuat gentar sedikitpun pasukan Hamas. Bahkan, Brigadir Golan (petinggi Militer Israel) mengaku takjub atas keajaiban dari pasukan Hamas(9). Begitu pula dengan apa yang terjadi pada Habib Muhammad Riziq Shihab. Pada aksi Bela Islam II 4/11, ia dan para pengunjuk rasa di jejali gas air mata dan peluru karet yang ditembakkan ke kerumunan secara langsung. “ Ini kejahatan kemanusiaan yang amat berat, karena genosida terhadap umat islam..” tutur Riziq(10). Selain dari itu, Syeikh Ahmad Yassin juga dikenal sebagai lelaki lumpuh yang brillian dengan kemampuan wawasannya yang mencakup berbagai disiplin ilmu.(11)  Habib Riziq pun sangat brilian dengan mengupas “Pengaruh Pancasila terhadap Penerapan Syariah Islam di Indonesia.” (12)
Dari bagian “jihad dan sikap asy syida’u alaal kufar” dari kedua tokoh ini telah menuai kritik tajam dari berbagai kalangan, baik umat Islam sendiri, maupun non muslim(13). Ada yang menyebut, sikap kedua tokoh ini akan berujung pada violence, sedangkan Islam melarang kekerasan dan menentang penguasa(14). Dengan nada seperti ini, diantara kalangan yang seringkali mengkritik Habib Riziq adalah para kiayi Nahdlatul Ulama’, meskipun tidak secara utlak, namun kami mendapatkan dari berbagai sumber, nilai itu mayor. Akan tetapi, ada pula yang bahkan menjelaskan, “NU amar ma’ruf, FPI nahi munkar.”(15)
Dari kisah kedua tokoh ini, kami juga belajar penuh pada Imam Ahmad bin Hambal rahimahullah, yang bertahun-tahun dengan lantang berani menentang Khalifah Al Ma’mun, yang mengeluarkan maklumat akan kemakhlukan al Quran, Imam Ahmad berani melanggar dan tidak mengakui maklumat dari khalifah. Lalu dia dihukum oenjara dan cambuk ratusan kali mulai dari tahun 218 H sampai masa Al Mu’tashim lalu Al Watsiq sampai berakhir di tahun 232, setelah kehadiran al Mutawakil. (16) Lalu, apakah pihak penentang penguasa, dan melakukan aksi untuk “nahi munkar” atau “jihad” ini benar-benar bertentangan dengan ajaran Islam yang rahmatan ? Agama Islam yang damai ? 
Dari pendahuluan yang kami sampaikan inilah kami akan mencoba sedikit membahas bagaimana sejarah Islam menyikapi dua kelompok ini ? Bagaimana solusi Islam atas konflik yang terjadi didalam masyarakat ? Apakah amar ma’ruf nahi munkar mampu mengatasi konflik itu ?


Pembahasan

1. Muhammad Rasulullah asy Syida'u alaal kufar.

Muhammad bin Abdullah (570-632 M) merupakan tokoh sentral dalam Al Quran yang telah mendapat keagungan berupa, “akhlak yang mulia”.(17) Karena kemuliaan ini berasal Al Quran dan risalah Allah azza wa jalla yang menyebutkan, “tidaklah kami mengutusmu, melainkan sebagai rahmah (kasih sayang) untuk Alam semesta.”(18) Tabiat rahmah dan kelemah lembutan Muhammad saw ini telah mengakar dalam hati yang terdalam sampai seolah tiada celah untuk dicabutnya. Kemudian setelah turun ayat 73 dari at Taubah,(19) Rasulullah saw yang dulunya sabar, kasih sayang, dan penuh rahmat, berubah menjadi keras terhadap orang kafir.(20) Akan tetapi, satu hal yang perlu diperhatikan ialah “al wala hanya untuk orang mu’min”.(21) Yaitu apabila menyangkut Aqidah dan syariah Islam, Muhammad saw tidak pandang bulu, sangat keras dan tegas kepada orang non Muslim. Sedangkan untuk moralitas, Muhammad saw tetap menjunjung tinggi nilai-nilai “akhlakul Kariimah sebagai bekal utamanya dalam kehidupan sosial.(22)
Ketika berbicara mengenai sikap keras ini, Rasulullah saw bersikap keras apabila Aqidah dan Syiar Islam disentuh oleh orang kafir. Muhammad shalallahu alaihi wa salam tidak mau kompromi dan dengan tegas akan memerangi jika mereka mencoba mengusik Aqidah Islam(23) Perang yang akan dilakukan oleh Rasulullah shalallahu alaihi wa salam bukanlah perang untuk menegasikan (ilgha’) orang kafir, akan tetapi untuk menuntut perlakuan yang sama kepada umat Islam. Jika Islam melindungi dan menyayangi orang kafir, selagi mereka tidak mengganggu, maka Islam juga berhak mendapatkan hal serupa asalkan Islam tidak mengganggu. Ayat 73 dari At Taunah juga bukan memberi “keharusan” untuk memerangi orang lafir secara mutlak, melainkan informasi, batasan-batasan dan hukum yang memberi peringatan agar berhati-hati.(24)
Banyak orang yang menyebut bahwa Habib Riziq dan orang-orang yang seperti dia tidaklah mencerminkan Islam yang rahmatan lil alamin. Said Aqil Siraj, Ulil Abshar Abdala, dan kawan-kawannya dari JIL bahkan dengan gamblang menyebut, “ambil Islamnya, buang Arabnya.” Juga perkataan yang lain, “Orang berjenggot itu mengurangi kecerdasan...semakin panjang, semakin goblok.” Ada pula, “...berbeda dengan Islam Arab yang selalu konflik dan perang antar saudara.”(25) Sedangkan mereka justru mengidolakan para tokoh-tokoh “intelektual” Islam seperti Gus Dur, Nurcholis Madjid, dan lain-lain yang bahkan tidak dikenal berafiliasi kepada fiqih dan syariah. Mereka lebih condong pada tsaqafah Islamiyah yang dicampur adukkan dengan konsep Ideologi Barat. Mereka-mereka ini amat jauh dari Rasulullah saw yang amat lemah lembut dan akhlakul kariimah, tapi amat garang ketika berada di medan perang.(26) Muhammad shalallahu alaihi wa salam juga dengan gagah menentang Abu Jahal dalam setiap kehidupan.(27) Bahkan, Rasulullah shalallahu alaihi wa salam pun sangat tegas dan keras kepada umat Islam sendiri jika ia berbuat kesalahan. Sebagaimana terjadi pada Ka’ab bin Malik dan dua orang lainnya pada Perang Tabuk, lalu Rasulullah shalallahu alaihi wa salam menghukum dengan mendiamkannya selama 50 hari.(28)

Dari sikap Nabi Shalallahu alaihi wa salam ini, kami mengingat sebuah hadits, “"Datang seseorang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam lalu bertanya: "Tunjukkan kepadaku suatu amal yang dapat menyamai jihad?" Beliau menjawab: "Aku tidak menemukannya ".Beliau melanjutkan: "Apakah kamu sanggup jika seorang mujahid keluar berjihad sedangkan kamu masuk ke dalam masjidmu lalu kamu tegakkan ibadah tanpa henti dan kamu berpuasa tanpa berbuka?" Orang itu berkata: "Mana ada orang yang sanggup berbuat begitu".(29) Hal ini menunjukkan bahwa sikap “asy syida’u alaal kufar” merupakan suatu keharusan yang dimiliki seorang mujahid. Karena apabila ia tidak “tegas dan keras”, jihad yang mereka lakukan akan mengurangi cahaya Islam dan ketakutan dari para musuhnya, yaitu orang-orang yang terhasut oleh Syaithan.(30) Yang dengan demikian, Firman Allah azza wa jalla tidak dapat di pegang lagi  yaitu :
 سَنُلْقِي فِي قُلُوبِ الَّذِينَ كَفَرُوا الرُّعْبَ بِمَا أَشْرَكُوا بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَاناً
“Akan Kami masukkan ke dalam hati orang-orang kafir rasa takut/gentar (menghadapi orang-orang beriman), disebabkan mereka mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah sendiri tidak menurunkan keterangan tentang itu.” (QS. Ali ‘Imraan: 151).
Alasan umat Islam diperintahkan keras ini juga untuk mengurangi sisi berbaurnya umat Islam dan selain Islam, agar identitas Islam terjaga.(31) Selain itu, jika umat Islam meninggalkan jihad dengan keras dan tegas ini, kehinaan juga akan hadir pada Umat Islam.(32) Maka jelaslah, sikap a’izatul alaal kafiriin dan asy syida’u alaal kufar dijadikan alat “jihad ad daf’” yaitu jihad guna menghalau apabila musuh Islam mencoba mengganggu kenyamanan Muslim, mencoba merusak keamanan, mengancam umat Islam, menindas Aqidah, dan membuat fitnah agama.(33) Ketika keadaan ini hadir, Allah mewajibkan “ Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui.” (QS al Maaidah : 54)
Ayat ini merupakan penegasan ulang kepada Umat Islam yang benar-benar beriman agar tidak melakukan apa yang dilarang pada ayat 51 dan 52 dari surah yang sama. Karena seyogyanya seorang yang iman itu bersikap keras kepada orang kafir melebihi sikap kerasnya pada ahlu maksiat dari umat ini (umat Islam). Hal itu disebabkan kekufurannya kepada Allah azza wa jalla.(34)

2. Antara Jihad, al 'Unf, al Ghazwah, as Sariyyah, al Harb, Al Qitaal, dan al Irhab.

Al Jihad, adalah sebuah istilah yang menjadi problem besar bagi kalangan awam. Jihad, seringkali diindikasikan pada al ‘Unf (kekerasan), Harb (perang), ghazwah (pertempuran), sariyah (ekspedisi ke dalam wilayah musuh), qital (peperangan), dan Irhab (terorisme). Sejatinya, al jihad tidak sama seperti semua istilah itu.(35) Ahmad asy Sya’labi, menjelaskan bahwa keadaan orang awam sering tidak bisa memperhatikan ketepatan istilah dengan fakta lapangan dan teori. Al ghazwah sering tertukar dengan as sariyyah.(36) Kata al Jihad, al Harb, al ghazwah dan as sariyyah, memiliki konteks yang serumpun, yaitu penyerangan terhadap musuh.(37) Akan tetapi, pemaknaan dari setiap kata memiliki perbedaan, dan secara mayor, objek dari aktifitas itu juga berbeda, yakni musuh dalam agama dan musuh kenegaraan. Dalam hal urusan keagamaan, istilah yang paling pantas ialah al jihad. Sedangkan al qital, al harb, al ghazwah, as sariyyah, al Jaisy, al askariyah, dan al jund menjadi sebuah istilah dalam as siyasah, yaitu ketatanegaraan. 
Perbedaan yang amat jelas mengenai teori dan pemahaman manusia ialah pada irhab. Ketika seorang pengamat menyudutkan Muslim melakukan irhab ialah menakut-nakuti kelompok orang dengan kekuatan agar memberi kesan ancaman. Ini seperti pengertian terorisme yang dikenal masyarakat, dan telah dilembagakan seperti tertulis dalam UU No 1 tahun 2002, “terorisme merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan dan peradaban serta merupakan salah satu ancaman serius terhadap kedaulatan setiap negara, karena terorisme sudah merupakan kejahatan yang bersifat internasional yang menimbulkan bahaya terhadap keamanan, perdamaian dunia serta merugikan kesejahteraan masyarakat sehingga perlu dilakukan pemberantasan secara berencana dan berkesinambungan sehingga hak asasi orang banyak dapat dilindungi dan dijunjung tinggi”.(38) Namun sebenarnya al irhab bukanlah al jihad penyerangan (jihad at thalab), melainkan al jihad al daf’ (jihad perlawanan) sebagai tindakan preventif sebelum terjadi penyerangan dari pihak musuh.(39) Bagi kalangan difa’iyyah, tidak ada kata jihad menyerang kecuali bila ia diserang, baik dirumah maupun di negeri sendiri.
Ahmad Yasin, telah menjadi contoh yang agung atas jihad daf’ ini. Ia melawan, dan mempertahankan kehormatan, harga diri, harta dan agamanya. Maka, seperti janji Allah azza wa jalla dan Rasul-Nya, ia telah mati syahid.(40) Habib Riziq juga mengambil jalur yang senada dengan alasan bahwa Agamanya telah dihinakan. Maka ia sangat dianjurkan untuk melawan, karena membela harta, kehormatan, dan agama merupakan suatu keharusan bagi seorang Muslim. Barangkali, al Qital merupakan cara yang diperbolehkan apabila, mereka dirampas, dan diserang.(41) Maka disinilah letak problematik, kalangan pengamat Barat lebih condong melakukan demonologi Islam dengan menyudutkan konsep jihad hanya seputar al ‘unf. Karena memang kekerasan dalam rangka perlawanan, sebagai alternatif terakhir, sangat dianjurkan. Yaitu apabila tidak ada jalan yang lebih efektif dan efisien. (42)
Konsep jihad yang sering kali dipahami sebagai basis untuk melegalkan kekerasan dalam Islam memang telah berjalan terus menerus.(43) Maka diperlukan adanya pemahaman bagi para pelaku, yaitu umat Islam sendiri dan pembenahan sorotan publik. Karena isu publik bisa lebih mudah dicerna oleh masyarakat, daripada gagasan Islam tentang jihad. Dalam beberapa kasus, ditemukan bahwa jihad dengan semacam al ‘unf, al harb, al qital, merupakan sebuah gejala politik untuk bersaing dalam masyarakat. Maka konsep jihad ini diselewengkan oleh perintah politik.(44) Jihad dengan al unf, al Qital, al harb hanya dilakukan dalam bentuk jihad tubuh (fisik), adapun untuk jihad al daf’ dan jihad at thalab ini bisa pada lisan dan tangan. Dengan lisan yaitu penjelasan-penjelasan akan syariat Islam, dengan argumentasi, yaitu untuk mengalahkan para pengkritik Islam dan untuk melawan kebatilan. Dengan tangan (tubuh) yaitu dalam pertempuran. Semua itu wajib, jika mampu untuk dilakukan. (45)
Sedangkan dari sandaran ahli fiqih, jihad hukumnya fardhu kifayah dengan konsekuensi yang tegas. Yaitu apabila dalam kondisi tertentu, ada kaidah “ma laa yatimal wajiba fahuwa wajib”, kondisi kifai ini bisa berubah seketika menjadi ‘aini. Ini adalah pendapat mayoritas ulama ahlu fiqih dan ahli hadits seperti Syafi’i, Maliki, Ibnu Mubarak, Ibnu Taimiyah, Al Iraqi, Ibnu Qayyim, Ibnu Qudamah, Ibnu Hajar dan banyak yang lainya.(46) Jihad yang dimaksud yaitu jihad jiwa, jihad harta, jihad hati, dan jihad tangan. Untuk jihad tangan, asalnya kifai, yaitu hanya orang-orang yang mampu dan berkenan melakukannya, apabila tidak ada sekelompok pun, maka berdosa seluruh umat.
Penjelasan jihad tangan ini bukan merujuk pada al unf, al qitaal, al harb, dan yang selainnya, melainkan jihad al daf’, yang apabila lawan menyerang dengan kezaliman, wajib untuk melakukan kegiatan itu. Apabila musuh tiada berbuat kezaliman, yaitu dengan pijakan “lana a’maluna walakum a’malakum”, maka terlarang bagi umat Islam untuk melakukan penyerangan kepada orang non-Islam(47). Kesalahan persepsi juga berada dalam pandangan bahwa amaliyah istisyhad adalah bagian terpenting dari jihad. Ada sebagian sekte yang menganggap bom bunuh diri, sengaja menyerang musuh, sengaja masuk ke wilayah musuh, yang semuanya bertujuan untuk mencari syahid, mak hal ini menjadi haram. (48).

3. Batasan 'Adilatil alaal Mu'min dan A'izah alaal Kufar.

Allah azza wa jalla telah menyandingkan kata ‘adilati alaal mu’minin wa a’izatu alaal kafiriin setelah kalimat “Wahai orang-orang beriman, barangsiapa diantara kalian murtad”.(49) Maka jelaslah bahwa sikap orang yang seperti ini, adalah musuh bagi murtadiin. Orang-orang murtad, menjadi sasaran utama atas sikap keras ini, mengapa ? Karena mereka telah menjadi apa yang diisyaratkan Allah azza wa jalla, dalam ayat 1-8 QS al Munafiqun. Yaitu hati yang terkunci karena meninggalkan keimanan, menuju pengingkaran (kufur). Merekalah orang-orang yang akan mendapat siksaan yang pedih, yaitu karena memilih berlindung pada orang kafir, bukan pada Allah dan Rasul-Nya beserta seluruh jamaah kaum Muslimin. (50)
Sikap ‘adilatil alaal mu’minin adalah sebuah sikap dimana umat Islam merasakan bahwa mereka seperti satu tubuh,(51) saling menyayangi,(52) menjaga harta dan kehormatan muslim lain,(53) dan saling bergandengan membentuk suatu jamaah yang kokoh.(54) Sikap saling kritik menjadi sebuah wacana yang wajar, selagi masih dalam koridor bukan menyerang harta, dan kehormatan kaum muslimin, atau bahkan takfiri(55)  dan membunuh kaum muslimin.(56) Akan tetapi, apabila terjadi perselisihan, kita bisa melihat sikap Nabi shalallahu alaihi wasalam, saat Abu Bakar ra dan Umar ra berselisih akan waktu sholat witir, maka Rasulullah menyebut bahwa Abu Bakar adalah orang yang teguh atas kehati-hatiannya, dan Umar adalah orang yang kuat. (57)
Rasulullah shalallahu alaihi was salam juga memberikan teladan akan sikapnya yang keras dan tegas atas rayuan dan bujukan Abu Lahab.(58) Beliau shalallahu alaihi wa salam juga pernah dengan tegas menolak anjuran pamannya, Abu Thalib untuk tidak menegaskan dakwah Islam nya. Maka di balas tegas, “andaikan mereka mampu mendatangkan matahari di tangan kananku, dan bulan di tangan kiriku. Niscaya aku tidak akan menghentikan dakwah ini.”(59) Sikap ini menandakan bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wa salam amat tegas dan keras dalam mengemban tugas sebagai pendakwah Agama Islam. 
Dalam tradisionalisme Islam (at Turats), kedudukan peta sejarah Islam menjadi sebuah kebanggaan. Seperti perkataan Imam Muslim, “Wajib bagi setiap Muslim untuk mengetahui ini (ilmu rijal, jarh wat ta’dhil”, dan keotentikan hadits Nabi shalallahu alaihi wassalam).”(60) Hal ini menandakan betapa pentingnya data yang valid dalam sejarah. Tidak mungkin beliau mengatakan demikian kecuali bila Tradisionalisme yang berasal dari Nabi saw tidak diperhitungkan. Kemudian, dikembangkan Islam kontemporer untuk menunjang kelestarian antara turats, tajdid, dan hadatsah dalam sebuah intigritas murni. Berbeda dengan pemikiran Islam tradisional yang melihat modernitas sebagai semacam dunia lain, dan berbeda pula dengan pemikiran Islam modernis yang menggilas tradisi demi pembaharuan, pemikiran Islam kontemporer melihat bahwa  turâts  adalah prestasi sejarah, sementara  hadâtsah  adalah realitas sejarah. Maka tidak bisa menekan  turâts  apalagi menafikannya hanya demi pembaharuan; rasionalisasi atau modernisasi sebagaimana perspektif modernis selama ini.(61)
Mengapa diperlukan kebanggaan terhadap sejarah Islam tradisional ? Karena sikap “a’izah alaal kafiriin” dalam dunia Islam modern, lebih tepat menggambarkan dialektika Islam dan dunia Barat. Dunia Barat, baik saat masa Rasulullah shalallahu alaihi wa salam, sampai hari ini, menjadi sebuah identitas proton dan elektron. Yang tak pernah bisa bersatu dan selalu menimbulkan reaksi yang kontradiktif. Sikap dan keinginan orang Barat, untuk membaratkan umat Islam. Yaitu menerima konsep pemikiran barat, menanamkan pendidikan jiwa oraang Barat, sehingga kaum Muslimin menjadi kering akan nilai-nilai Islami.(62) Hal seperti kata Huntington bahwa peradaban besar yang masih eksis beberapa waktu lamanya hannyalah Islam, yang berpotensi mengguncang dunia Barat. (63)
Huntington juga memahami bahwa Islam menganggap Barat sebagai musuh, dan kemudian dipertegas oleh M. Sid Ahmed, bahwa telah terjadi benturan keras antar peradaban, yaitu Judeo-Kristen Barat dan Kebangkitan Islam. Ini bukan saja konflik antar agama, melainkan antar peradaban.(64) Sehingga jelas, bahwa sikap a’izah itu hanya diperuntukkan bagi kalangan non Muslim yang berusaha menempatkan Islam sebagai ancaman. Bukan secara mutlak semua orang kufur. Sebab, orang kafir yang dzimii, dan mendapat jaminan keamanan, wajib untuk di jaga hidup dan kehidupannya. (65) Sehingga ketika seorang non Muslim tidak mengganggu kehidupan, baik syariat, akidah, maupun tsaqafah Islamiyah, tidak ada dakwaan untuk menyikapi mereka, kecuali nasehat dan dakwah dengan tujuan mengajak kepada satu kategori yang sama, yaitu kalimat yang tiada berselisih bahwa “tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah azza wa jalla”.
Adapun bila mereka enggan, jelas bahwa anjuran Allah ta’ala agar membalas jika mereka menghardik atau menyiksa, dengan balasan yang setimpal. Akan tetapi, bersabar lebih baik. Ketika mereka melakukan itu, kesabaran dan keyakinan akan pertolongan Allah ta’alaa akan membawa umat Islam menjadi muttaqiin al muhsiniin.(66)


4. Antara 'Amr ma'ruf dan Nahi Munkar 

Pada poin ini, satu yang kami ingat, bahwa ada dua sisi dari Sahabat yang dijanjikan berada di Surga pasca maut menjemput. Satu nama berjuluk “saifullah” yang amat ganas ketika ikut bertempur dalam perang Uhud dan mengalahkan Umat Islam.(67) Kemudian, ia masuk Islam dan sangat teguh menjadi Panglima militer Islam kala itu. Perang Mu’tqh menjadi titik awal yang membawanya di sebut oleh Nabi shalallahu alaihi was salam sebagai “saifullah”.(68) Selain Khalid, ada pula Hudzaifah al Yaman yang justru bertanya kepada Nabi shalallahu alaihi was salam tentang “keburukan”, karena ia takut untuk tertimpa.(69) Sikap ini tiada lain karena Hudzaifah mengambil pilihan melihat “nahi munkar”, daripada “amar ma’ruf”. Karena jelas, ia memilih melihat keburukan yang akan terjadi. Selain dua orang ini, tentu, kita melihat sesosok Umar bin Al Khaththab yang begitu ganas dengan kekuatannya. Suatu hari, ia pernah memukul bertubi-tubi orang yang berbincang-bincang setelah isya’.(70)
Di lain pihak, kita tentu akan mampu melihat bagaimana seorang yang tiada kaya, tiada punya kekuatan lebih, tiada punya ketampanan lebih, dan tiada punya skill organisir para mujahidin, tetap dijanjikan surga oleh Allah azza wa jalla.(71)  Dialah Bilal bin Rabbah al Habasyi, seorang anak budak yang hitam dari negeri Habasyah.(72) Sebagaimana kita ketahui, bahwa Fadhilah adzan sangatlah agung, yang seandainya manusia tahu, mereka akan berlomba mengumandangkannya,(73) diantaranya, Syetan akan lari terbirit-birit mendengarnya,(74)  muadzin akan mendapat sanjungan dan ampunan dari sang Ilahi rabbi. (75) Dan masih banyak lagi. Lalu, ketika kita melihat apa yang dilakukan Bilal bin Rabbah sebagai muadzin Nabi shalallahu alaihi wasalam, maka tiada dusta bahwa dialah yang telah pertama mengajak berbuat baik (‘amar ma’ruf).(76)  Bilal telah menjalani sebagai pelaku amar ma’ruf yang penuh kesungguhan, akan tetapi, ia tiada terkenal sebagai pembantai kemaksiatan seperti yang dilakukan oleh “Singa” Saad bin Abi Waqqash, atau “Pedang Allah” Khalid bin Walid, dan Amirul Mukminin Umar bin al Khaththab ra.
Ini tentu sangat meruntuhkan perkataan Cak Nun, bahwa kita (orang Islam) masih sama-sama membaca “ihdinash Shiratal mustaqim”, berarti sampai hari dimana maut menjemput kita tidak boleh menghakimi orang lain. Karena sikap Umar yang begitu tegasnya, bukan dengan tujuan merasa “benar” dan paling suci, melainkan karena ketegasannya akan syariat dan tata aturan Islam yang di sempurnakan di jaman Muhammad shalallahu alaihi was salam. Demikian, jelas bahwa al amru bil ma’ruf wal nahyu anil munkar, tiada harus di praktiskan kedalam kehidupan, memilih satu diantara keduanya tiada hal yang menyimpang. Karena Allah tiada membebani suatu kewajiban jika diluar kemampuan hamba-Nya.(77)


Kesimpulan

Demikian telah kami sanpaikan beberapa bukti, bahwa Al Jihad adalah amalan tertinggi dari seorang hamba Allah ta’alaa. Apabila seorang hamba memilih berjihad dengan an nahtu anil munkar, bukan berarti dia dia berada dalam kemaksuman, melainkan kewajiban yang dia ambil untuk menanggung kewajiban seluruh kaum Muslimin. Jihad, tidaklah identik dengan kekerasan dan peperangan, yang utama ialah dengan nasehat dan mauizah khasanah. Apabila jihad dengan kelemah lembutan tiada berdampak baik, maka jihad dengan keras akan mampu menempati posisi keharusan. 
Jihad merupakan sikap aizah alal kafiriin yang wajib dilakukan sebagai balasan dari kaum kufar apabila mereka menyerang Islam. Apabila mereka menyerang, sikap asy syida’, perlu ditekankan dan bahkan al qitaal diperbolehkan jika harus. Ini diambil jika amar ma’ruf bin nashihah tiada berdampak jelas. Sikap mempertahankan kedudukan Islam, tiada akan berdampak besar jika tiada kekuatan dari Muslim. Kekuatan inilah yang akan menjaga tegaknya agama Islam dari Invansi kaum kufar, di samping amar ma’ruf dari tubuh Islam itu sendiri. Maka jelaslah, tiada kekeliruan bagi seorang mujahid bi nahyu anil munkar, juga bagi para penjaga Islam bil ‘amru bil ma’ruf.



Footnote :
6. Yaitu konflik yang berakibat pada suatu kondisi perubahan kearah yang lebih positif. Lihat pembahasan mengenai konflik ini pada Alo Liliweri. 2005. Prasangka dan Konflik. Yogyakarta : LKiS. Hal 290-291.  Kami menyebut demikian karena pada dasarnya, baik Riziq maupun Yassin sama-sama bertujuan untuk menggalakkan perjuangan Islam menuju perbaikan umat. Yassin telah mengubah image Islam menjadi Islam yang kuat, anti malas, pantang menyerah dan tiada berpangku tangan. Sedangkan Riziq menyadarkan masyarakat Indonesia untuk tergugah bahwa tsaqafah Islamiyah mulai diancam oleh virus-virus Liberalisme, Sekulerisme, Materialisme, Pluralisme dan Pemurtadan. Sehingga, ketika Riziq melakukan gerakannya yang dimulai tahun 17 Agustus 1998, sering terjadi dialog-dialog yang teramat serius mengenai basis ideologi yang melanda umat Islam. http://laskarsyahadat.blogspot.co.id/2017/01/foto-habib-terharu-pada-umat-polisi.html?m=1 
7. Malo adalah perasaan terhina dan mendapat tekanan mental baik secara virtual maupun visual. Kata ini, digunakan oleh Wiyata (2013) sebagai “pemicu konflik” yang sering terjadi di masyarakat Madura. Lihat dalam A. Latief Wiyata. 2013. Mencari Madura. Jakarta : Bidik-Phronesis Publishing. Hal. xvii
8. Konvensi Jenewa merupakan hukum dasar dunia internasional yang mengatur tentang Hukum Humaniter, atau hukum Perang. Konvensi ini merupakan lanjutan dari Konvensi Den Haag tahun 1899 dan 1907. Lalu lahirlah Konvensi Jenewa I di tahun 1949, pasca Perang Dunia II. Konvensi itu terus disempurnakan sampai jilid IV pada tahun 1977.  Israel, telah melanggar setidaknya 6 Pasal dalam Hukum Perang tersebut. Lihat dalam https://sangprofesor.wordpress.com/2011/04/20/analisa-konflik-bersenjata-israel-palestinamengenang-hukum-humaniter-internasional/
10. http://wartakota.tribunnews.com/2016/11/06/berita-video-detik-detik-habib-rizieq-terkena-serangan-gas-air-mata lihat pula http://www.jabungonline.com/2016/11/tembakan-gas-air-mata-411-habib-rizieq.html?m=1 Fahri Hamzah mengatakan bahwa “jangankan massa, tentara yang menghalau massa pun banyak yang bergelimpangan.” Lalu disebut, perlakuan dari Polisi itu atas inisiatif Kapolda bersama para orang-orang yang sejalan dengannya, karena disebut “IPW mengataka bahwa ada miskomunikasi antara Kapolri dan Kapolda (Jakarta)... Kapolri melarang...namun Kapolda memerintahkan.”
12. Disertasi Habib Riziq Shihab pada Sarjana Syariah Bahagian II Universitas Malaya, Kuala Lumpur. Tahun 2012.
13. Banyak yang melakukan aksi “say war” kepada Riziq atas inisiatifnya melakukan aksi Bela Islam jilid 1 – 4. Diantara yang sangat populer adalah fatwa “tidak sah sholat Jum’at di jalan” dari Ketum PBNU, KH Said Aqil Siraj. Ia menyebutkan bahwa Madzab Maliki dan Syafii menyatakan tidak sahnya sholat itu. Lihat http://www.nu.or.id/post/read/73201/kiai-said-tegaskan-shalat-jumat-di-jalanan-tidak-sah Namun, anehnya, Komisi Fatwa MUI pusat mengeluarkan fatwa bahwa sholat itu sah. Lihat https://beritasepuluh.com/2016/11/30/fatwa-mui-shalat-jumat-di-jalan-sah/ bahkan ada yang mengeluarkan rujukan ilmiah, Komisi Fatwa MUI juga telah menguraikan akan rujukan yang diambil oleh Said Aqil Siraj dan Abdul Moqsith Ghozali, bahwa Al Majmu’ karya An Nawawi telah menuliskan hukum tidak sahnya sholat itu, lalu di bantah pada buku, juz, dan halaman yang sama, yaitu sah apabila di luar ruangan. Lihat https://beritasepuluh.com/2016/11/25/heboh-212-ketika-imam-an-nawawi-membolehkan-shalat-jumat-di-ruang-terbuka/ ini tentu menjadikan “pemicu surplus value” dari beberapa kalangan, bahwa sesuatu yang seharusnya menjadi haknya, dicoba untuk dirampas.
Ada pula dari Luthfie asy Syaukani yang menyebut “aksi bela Islam itu hanya tipu-tipu saja.” Lihat http://www.idnusa.com/2016/10/dedengkot-jil-pendukung-ahok-tuding.html?m=1 diakses pada 16 Februari 2017. Dan lebih banyak yang tidak kami sampaikan disini.
14. Banyak sekali kalangan asatidz dan da’i di Indonesia yang mengecam aksi “bughat” (perlawanan terhadap penguasa) adalah haram. Alasan mereka semua sama, “wajib mendengar dan taat kepada pemimpin, sekalipun ia tidak suka.” (HR Bukhari No. 7144, Muslim no. 1839,  Abu Dawud No. 2626, At Tirmidzi no. 1707, semuanya dari jalan Ubaidullah, dari Nafi’, dari Ibnu Umar ra)
15. Hal ini disebutkan oleh KH Luthfi Bashori (Pemimpin NU Garis Lurus) ketika berbicara dalam seminar “Radikaalismr dalam Islam” yang bertempat di Gedung Sekretariat PP Sidogiri Lt. 3, Kraton, Pasuruan. Lihat http://www.nugarislurus.com/2015/03/kh-lutfi-bashori-nu-amar-makruf-fpi-nahi-munkar.html
16. Mishbakhul Khair, Ahmad Faisal. (Ed). 2008. Tanpa Ayah Tapi Sukses. Jakarta : Maghfirah Pustaka. Hal. 14-18.
17. QS Al Qalam : 4. Ibnu Katsir menjelaskan panjang lebar mengenai akhlak Nabi saw ini, dan diantara yang tegas ialah “فَإِنَّ خُلُقَ نَبِيِّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ الْقُرْآنَ” Sesungguhnya  akhlak Nabi saw adalah Al Quran. (HR Musslim, Kitab Shalatul Mufasirun, Bab Shalatul lail, hadits no. 746, dengan sanad “Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Mutsanna Al 'Anzi telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abu 'Adi dari Said dari Qatadah dari Zurarah, bahwa Sa'd bin Hisyam bin Amir...”
18. Qs Al Anbiya : 107 ayat ini didukung sepenuhnya deengan sebuah hadits, “Sesungguhnya aku adalah rahmat yang dihadiahkan (oleh Allah)” (HR. Al Bukhari dalam Al ‘Ilal Al Kabir 369, Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman 2/596. Hadits ini di-shahih-kan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah, 490, juga dalam Shahih Al Jami’, 2345)  oleh beberapa kalangan, ayat ini dijadikan alasan untuk “adilatil alaal kafirin”, namun, pemahaman ini sangatlah keliru dan keluar jalur dari penafsiran Ath Thabari, Asy Syaukani, Al Qurthubiy, Ash Shabuni, Ibnu Katsir, Ibnul Qayyim, Al Maraghi, dll. Lihat http://muslim.or.id/1800-islam-rahmatan-lil-alamin.html dengan beberapa tambahan dari sumber lain. Lihat Ruwaifi bin Sulami. Islam Nusantara dan Rahmatan lil Alamin. Majalah Asy Syariah : No. 112/x/1437/2016 hal. 16-20
19. Pengampunan (At-Taubah):73 - Hai Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka ialah Jahanam. Dan itu adalah tempat kembali yang seburuk-buruknya. 
20. Lihat Said Hawwa. 2003. Ar Rasul. Terj. Abdul Hayyie al Khatanni, dkk. Jakarta : Gema Insani. Hal. 88-89
21. Lihat Ahzami Sami’un Jazuli. 2006. Al Hijrah fil Quranul Kariim. Terj. Eko Yulianti. Jakarta : Gema Insani. Hal. 283-284.
22. Lihat Ar Rhaghib as Sirjani. 2014. Rahmah ar Rasul. Terj. M. Suri Sudahri. Jakarta : Pustaka al Kautsar. Hal. 29. Nabi shalallahu alaihi wa salam dan orang Islam juga diperintahkan untuk mengucap salam kepada orang yang dikenal maupun tidak (HR Bukhari no. 6323) dan salam kepada orang kafir itu dianjurkan dengan maksud bukan penghormatan, yaitu mendoakan semoga lepas dan diringankan azab, serta diberikan hidayah bagi mereka sebelum azab neraka menghampuri mereka. Lihat Ibnu Hajar al Asqalaniy. 1997. Fathul Bari’ Syarah Shahih Al Bukhari. Riyadh : Maktabah Darussalam. Ed. Indonesia. Terj. Ghazirqh Abdi Ummah. 2002. Jakarta : Pustaka Azzam. Jilid 1,hal. 64.
23. Lihat Ahmad Yani. 2005. Materi Khotbah Jum’at. Jakarta : Al Qalam. Hal. 213
24. Lihat Muhammad Syahrur. 2003. Tirani Islam :  Geneologi Masyarakat dan Negara. Yogyakarta : LKiS. Hal. 414
25. Lihat Majalah Syariah. Op.cit. hal. 15 & 19.
26. Said Hawwa. Op.cit
27. Lihat Fuad Kauma. 2000. 50 Muljizat Rasulullah saw. Jakarta : Gema Insani. Hal. 67
28. Lihat Wendi Zarman. 2011. Ternyata mendidik Anak cara Rasulullah itu Mudah dan Efektif. Bandung : Ruang Kata. Hal. 183.lihat pula Nashiruddin Al Albani. 2002. Mukhtasar Shahihul Bukhari. Riyadh : Maktabah al Ma’arif. Ed. Indonesia. Ringkasan Shahih Bukhari II. Terj. Abdul Hayyie al kattani. Jakarta : Gema Insani. Hal. 223
29. Lihat Shahih Al Bukhari, Kitab jihad, bab fadhilah Jihad. Hadits no. 2785, dengan sanad حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ مَنْصُورٍ أَخْبَرَنَا عَفَّانُ حَدَّثَنَا هَمَّامٌ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جُحَادَةَ قَالَ أَخْبَرَنِي أَبُو حَصِينٍ أَنَّ ذَكْوَانَ حَدَّثَهُ أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ حَدَّثَهُ قَالَ
30. Sebuah hadits menjelaskan, “َ
 يُوشِكُ الْأُمَمُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ كَمَا تَدَاعَى الْأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا فَقَالَ قَائِلٌ وَمِنْ قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ قَالَ بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌوَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ وَلَيَنْزَعَنَّ اللَّهُ مِنْ صُدُورِ عَدُوِّكُمْ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ

Artinya : “Hampir-hampir bangsa-bangsa memperebutkan kalian (umat Islam), layaknya memperebutkan makanan yang berada di mangkuk." Seorang laki-laki berkata, "Apakah kami waktu itu berjumlah sedikit?" beliau menjawab: "Bahkan jumlah kalian pada waktu itu sangat banyak, namun kalian seperti buih di genangan air. Sungguh Allah akan mencabut rasa takut (orang-orang kafir) kepada kalian,” (HR Abu Dawud, Kitab Al malahim, no. 4297, dengan sanad حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ إِبْرَاهِيمَ الدِّمَشْقِيُّ حَدَّثَنَا بِشْرُ بْنُ بَكْرٍ حَدَّثَنَا ابْنُ جَابِرٍ حَدَّثَنِي أَبُو عَبْدِ السَّلَامِ عَنْ ثَوْبَان. 
31. 
32. Rasulullah saw bersabda :  إِذَا تَبَايَعْتُمْ بِالْعِينَةِ وَأَخَذْتُمْ أَذْنَابَ الْبَقَرِ وَرَضِيتُمْ بِالزَّرْعِ وَتَرَكْتُمْ الْجِهَادَ سَلَّطَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ ذُلًّا لَا يَنْزِعُهُ حَتَّى تَرْجِعُوا إِلَى دِينِكُمْ
Artinya : “Jika kalian berjual beli secara cara 'inah, mengikuti ekor sapi, ridla dengan bercocok tanam dan meninggalkan jihad, maka Allah akan menguasakan kehinaan atas kalian. Allah tidak akan mencabutnya dari kalian hingga kalian kembali kepada agama kalian." (HR Abu Dawud, Kitab buyu’, no. 3462 dengan sanad َدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ دَاوُدَ الْمَهْرِيُّ أَخْبَرَنَا ابْنُ وَهْبٍ أَخْبَرَنِي حَيْوَةُ بْنُ شُرَيْحٍ ح و حَدَّثَنَا جَعْفَرُ بْنُ مُسَافِرٍ التِّنِّيسِيُّ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يَحْيَى الْبُرُلُّسِيُّ حَدَّثَنَا حَيْوَةُ بْنُ شُرَيْحٍ عَنْ إِسْحَقَ أَبِيالرَّحْمَنِ قَالَ سُلَيْمَانُ عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْخُرَاسَانِيِّ أَنَّ عَطَاءً الْخُرَاسَانِيَّ حَدَّثَهُ أَنَّ نَافِعًا حَدَّثَهُ عَنْ ابْنِ عُمَر قَالَسَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُول
33.. Lihat Al Qardhawiy. 2009. Fiqh Jihad. Kairo : Maktabah Wahbah. Edisi Indonesia terj. Irfqn Maulana Hakim. 2010. Fikih Jihad. Bandung : Mizan Pustaka. Hal. 5. Dalam hal ini, kami melihat apa yang dilakukan oleh Said Aqil Siraj dan Kawan-kawan sangatlah bertentangan dengan anjuran Rasulullah saw. Karean ia pada tahun 2009 telah ditentang oleh masyarakat NU sendiri karena menerbitkan buku berjudul “Tasawuf sebagai Kritik Sosial” yang dianggap oleh kalangan NU sendiri jauh dari Aqidah Ahlus Sunnah wal jamaah. Diskusi FKM Jatim (KH Abdullah Syamsul Arifin dan Idrus Ramli) dan KH Said Aqil Siraj. Ponpes Bumi Sholawat, Sidoarjo. Juli 2009. Kenapa ? Karena orang-orqng yang demikian, berusaha melegalkan penindasan akidah bagi umat Islam. Maka, karena sikap aizah alaal kafiriin dan asy syida’u alaal kuffar ini tidak ada pada dalam dirinya, menandakan jauhnya ia dari “Muhammad Rasululllah saw dan orang-orang yang bersamanya.” (QS al Fath : 29).
34. Lihat Ibnul Qayyim al Jauziyah. 2006. Al Fadhilah al Jihad fii Sabilillah. Terj. Ibnu Qusry. Surakarta : Pustaka Arafah. Hal 76.
37. Lihat Hilman Latief. 2015. Islam dan Kemanusiaan. Jakarta : Serambi Ilmu semesta. Hal . 136-137
38. Lihat Lembar Penerangan Pasukan Kodam XII/Tanjungpura. Edisi 11 November 2011. Atau lihat pula pengertian Terorisme dalam Fatwa MUI no. 3 tahun 2004, tentang Terorisme. Bagian Ketentuan Umum, ayat pertama disebut, “Terorisme adalah tindakan kejahatan terhadap kemanusiaan dan peradaban yang menimbulkan ancaman serius terhadap kedaulatan negara, bahaya terhadap keamanan, perdamaian dunia serta merugikan kesejahteraan masyarakat. Terorisme adalah salah satu bentuk kejahatan yang diorganisasi dengan baik (well organized), bersifat trans-nasional dan digolongkan sebagai kejahatan luar biasa (extra-ordinary crime) yang tidak membeda-bedakan sasaran (indiskrimatif).”
39. Lihat Al Qardhawi. 1926. Fiqh Jihad. Selangor : PTS Islamika. Haal. 1699.
40. Lihat Al Jami’ at Tirmidzi, Kitab Diyat, bab Barangsiapa terbunuh karena membela agamanya, maka dia syahid. Hadits no. 1421. Dengan sanad حَدَّثَنَا عَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ قَالَ أَخْبَرَنِي يَعْقُوبُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ بْنِ سَعْدٍحَدَّثَنَا أَبِي عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي عُبَيْدَةَبْنِ مُحَمَّدِ بْنِ عَمَّارِ بْنِ يَاسِرٍ عَنْ طَلْحَةَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَوْفٍ عَنْ سَعِيدِ بْنِ زَيْدٍ. Lalu Imam at Tirmidzi memberi komentr “هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ” 
41. Lihat Sunan Ibnu Majah. Kitab Hudud. No. 2581, dengan sanad  الْخَلِيلُ بْنُ عَمْرٍو حَدَّثَنَا مَرْوَانُ بْنُ مُعَاوِيَةَ حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ سِنَانٍ الْجَزَرِيُّ عَنْ مَيْمُونِ بْنِ مِهْرَانَ عَنْ ابْنِ عُمَرَ  bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wa salam bersabda “مَنْ أُتِيَ عِنْدَ مَالِهِ فَقُوتِلَ فَقَاتَلَ فَقُتِلَ فَهُوَ شَهِيدٌ
42. Lihat dalam Asep Syamsul M. Romli. 2000. Demonologi Islam : Upaya Barat untuk Membasmi Islam. Jakarta : Gema Insani. Hal 42. Terlebih lagi hadits yang amat populer, bahwa Rasulullah saw bersabda : "Barangsiapa di antara kamu melihat kemungkaran hendaklah ia mencegah kemungkaran itu dengan tangannya. jika tidak mampu, hendaklah mencegahnya dengan lisan, jika tidak mampu juga, hendaklah ia mencegahnya dengan hatinya. Itulah selemah-lemah iman." (HR Muslim, kitab Iman no. 49) dalam hal ini, An Nawawi berkata :” فَلْيُغَيِّرْهُ menurut ijma’ ulama terdapat perintah yang wajib”. Lihat dalam An Nawawi. 1994 Shahih Muslim bi Syarah an Nawawi. Kairo : Darul Hadits. Edisi Indoneaia. Terj. Wawan Djunaedi Sodfandi. 2003. Syarah Shahih Muslim Imam Nawawi. Jakarta : Mustaqim. Hal 517.
43. Lihat Ashgar Ali Engineer. 2007. Islam dan Pembebasan. Terj. Hairus Saalim. Yogyakarta : LKiS. Hal. 17.
44.. Lihat Budi Susanto (ed.) 2003. Politik dan Poatkoloniaalitas. Yogyakarta : Kanisius. Hal. 85
45. Lihat pendapat Ibnu Taimiyah dalam Muthalib Ulin Nuha, dikutip dari Yusuf Al Qardhawiy. Op.cit. hal. 5
46. Lihat pembahasan mengenai hal ini dalam Yusuf al Qardhawi. Op.cit. hal 19-24.
47. Rasulullah shalallahu alaihi was salam bersabda : 
َ أَلَا مَنْ قَتَلَ نَفْسًا مُعَاهِدًا لَهُ ذِمَّةُ اللَّهِ وَذِمَّةُ رَسُولِهِ فَقَدْ أَخْفَرَ بِذِمَّةِ اللَّهِ فَلَا يُرَحْ رَائِحَةَ الْجَنَّةِ وَإِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ سَبْعِينَ خَرِيفًا
قَالَ وَفِي الْبَاب
“Ketahuilah, barangsiapa membunuh seseorang yang terikat janji dengan kaum muslimin dan memiliki jaminan keamanan dari Allah dan RasulNya, maka ia telah melanggar perlindungan Allah dan ia tidak akan mencium bau surga, dan sesungguhnya baunya dapat dicium sejauh perjalanan tujuh puluh masa." (HR Tirmidzi, kitab Diyat. No. 1403, dengan sanad حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا مَعْدِيُّ بْنُ سُلَيْمَانَ هُوَ الْبَصْرِيُّ عَنْ ابْنِ عَجْلَانَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَة )
48. Lihat fatwa MUI. Op.cit. poin ke tiga.
49. QS al Maaidah : 54
50. Lihat QS an Nisa’ : 137 – 139.
51. HR Bukhari 6011, Muslim no. 2586, keduanya berasal dari Nu’man bin Bisyr, berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: “تَرَى الْمُؤْمِنِينَ فِي تَرَاحُمِهِمْ وَتَوَادِّهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ كَمَثَلِ الْجَسَدِ”. Ini redkasi milik al Bukhari.
52. Lihat HR Bukhari no. 13, Muslim no. 2515, Nasa’i no. 5016, kesemuanya berasal dari Qatadah, dari Anas, dari Nbi shalallahu alaihi wasalam.
53. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 'Janganlah kalian saling mendengki, saling memfitnah, saling membenci, dan saling memusuhi. Janganlah ada seseorang di antara kalian yang berjual beli sesuatu yang masih dalam penawaran muslim lainnya dan jadilah kalian hamba-hamba Allah yang saling bersaudara. Muslim yang satu dengan muslim yang lainnya adalah bersaudara tidak boleh menyakiti, merendahkan, ataupun menghina. Takwa itu ada di sini (Rasulullah menunjuk dadanya), Beliau mengucapkannya sebanyak tiga kali. Seseorang telah dianggap berbuat jahat apabila ia menghina saudaranya sesama muslim. Muslim yang satu dengan yang Iainnya haram darahnya. hartanya, dan kehormatannya." (HR Muslim no. 2564) untuk kalimat, seorang muslim haram harta, kehormatan dan darahnya, Abu Dawud, Ahmad, dan Ibnu Majah juga meriwayatkannya.
54. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Orang mukmin yang satu dengan mukmin yang lain bagaikan satu bangunan, satu dengan yang lainnya saling mengokohkan.'" (HR Bukhari Muslim, dengan redaksi milik Muslim)
55. Rasulullah shalallahu alaihi wassalam bersabda : “"Siapa pun orang yang berkata kepada saudaranya, 'Wahai kafir' maka sungguh salah seorang dari keduanya telah kembali dengan kekufuran tersebut, apabila sebagaimana yang dia ucapkan. Namun apabila tidak maka ucapan tersebut akan kembali kepada orang yang mengucapkannya." (HR Muslim no. 60 dengan sanad “telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya at-Tamimi dan Yahya bin Ayyub dan Qutaibah bin Said serta Ali bin Hujr semuanya dari Ismail bin Ja'far, Yahya bin Yahya berkata, telah mengabarkan kepada kami Ismail bin Ja'far dari Abdullah bin Dinar bahwa dia mendengar Ibnu Umar berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:..). Imam Nawawi menjelaskan bahwa para ulama sepakat, seorang Muslim tidak murtad, tidak kufur karena maksiat, melainkan pengakuan atas kekufurannya. Lihat An Nawawi. Op.cit. hal 570-571
56. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Mencela orang muslim adalah kefasikan dan membunuhnya adalah kekufuran." (HR Bukhari – Muslim, dengan redaksi dari Al Bukhari no. 6044)
57. saya telah mendapatkan pada tulisan bapakku, telah bercerita kepada kami Abu Sa'id, budak Bani Hasyim telah bercerita kepada kami Za'idah telah bercerita kepada kami Abdullah bin Muhammad dari Jabir bin Abdullah, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bertanya kepada Abu Bakar, "Kapan engkau berwitir?" (Abu Bakar Radliyallahu'anhu) berkata; awal malam setelah sholat isya', (Nabi shallallahu 'alaihi wasallam) bertanya, kalau engkau wahai 'Umar? (Umar Radliyallahu'anhu) menjawab, akhir malam. (Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam) bersabda: "Engkau wahai Abu Bakar, telah mengambil kepercayaan, sementara engkau wahai 'Umar telah mengambil kekuatan". (HR Ahmad no. 13803)
58. Lihat Khalid Muhamad Khalid. 2015. Rijal Haula ar Rasul. Jakarta : Shahih. Hal. 563
59. Sirah Ibnu Hisyam, I/266. Dikutip dari Lajnah Khusus Intelektual DPD 1 HTI Jawa Timur. 2016. Bunga Rampai Pemikiran Intelektual Seputar Syariah dan Khilafah. Yogyakarta : Deepublish. Hal. 37
60. Lihat an Nawawi. Op.cit. hal 136.
61. Arkoun dan Louis Gardet. 1997. Islam Kemarin dan Hari Esok, Bandung: Mizan Pustaka. Hal. 120
62  Lihat Asep Syamsul M. Romli. Op.cut. hal. 3
63. Lihat Adian Husaini. 2005. Wajah Peradaban Barat. Jakarta : Gema Insani Press. Hal. 131
64. Ibid. Hal. 137
65. Rasulullah shalallahu alaihi wa salam bersabda : مَنْ قَتَلَ مُعَاهَدًا لَمْ يَرِحْ رَائِحَةَ الْجَنَّةِ وَإِنَّ رِيحَهَا تُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ أَرْبَعِينَ عَامًا
"Barang siapa yang membunuh mu'ahad (orang kafir yang terikat perjanjian) maka dia tidak akan mencium bau surga padahal sesungguhnya bau surga itu dapat dirasakan dari jarak empat puluh tahun perjalanan". (HR Bukhari, kitab Jizyah no. 3166)
66. QS an Nahl : 125 -128.
67. Lihat Al Waqidi. 2012. Kitab al Maghazi Muhammad. Terj. Rudi G. Aswan. Jakarta : Zaituna. Hal. 242-244
68. Ibid hal. 781. Al Bukhari meriwayatkan sebuah hadits, Al Khalid bin Walid telah di juluki “saifullah” (pedang Allah). Lihat Shahih Bukhari. Kitab makanan no. 5391
69. Al Bukhari meriwayatkan,
 حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ بْنُ مُسْلِمٍ حَدَّثَنَا ابْنُ جَابِرٍ حَدَّثَنِي بُسْرُ بْنُ عُبَيْدِ اللَّهِ الْحَضْرَمِيُّ أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا إِدْرِيسَ الْخَوْلَانِيَّ أَنَّهُ سَمِعَ حُذَيْفَةَ بْنَ الْيَمَانِ يَقُولُكَانَ النَّاسُ يَسْأَلُونَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ الْخَيْرِ وَكُنْتُ أَسْأَلُهُ عَنْ الشَّرِّ مَخَافَةَ أَنْ يُدْرِكَنِي فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّا كُنَّا فِي جَاهِلِيَّةٍ وَشَرٍّ فَجَاءَنَا اللَّهُ بِهَذَا الْخَيْرِ فَهَلْ بَعْدَ هَذَا الْخَيْرِ مِنْ شَ

Hudzaifah al Yaman berkata : “Orang-orang bertanya Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam tentang kebaikan sedang aku bertanya beliau tentang keburukan karena khawatir jangan-jangan aku terkena keburukan itu sendiri.”
70. Lihat pada http://bbg-alilmu.com/archives/10779 Kharsyah bin Al Hujr meriwayatkan kisah tersebut yang dinukil oleh Ibnu Nashr al Marwazi dalam kitabnya “Qiyamul Lail”. Lihat http://latiansyah.abatasa.co.id/post/detail/14788/segeralah-tidur-setelah-sholat-isya%E2%80%99.html
71. HR Tirmidzi. Kitab Al Manaqib. No. 3689, dengan redaksi, “Pada suatu pagi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memanggil Bilal lalu bersabda: "Hai Bilal, dengan apa kau mendahuluiku ke Surga, tidaklah aku masuk ke surga sama sekali kecuali aku mendengar derapan sandalmu dihadapanku, tadi malam aku masuk ke surga lalu aku mendengar derapan sandalmu, lalu aku mendatangi istana emas yang tinggi dan menjulang, aku bertanya: "Untuk siapakah ini?" Mereka (para Malaikat) menjawab; "Untuk seseorang dari bangsa Arab." Aku berkata: "Aku orang Arab, untuk siapakah istana ini? Mereka menjawab: "Untuk seorang laki-laki dari ummat Muhammad." Aku berkata: "Aku Muhammad, untuk siapakah istana ini?" Mereka menjawab: "Untuk 'Umar bin Al Khaththab." Maka Bilal berkata; "Wahai Rasulullah, tidaklah aku mendengar adzan melainkan setelah itu aku menunaikan shalat (sunnah) dua raka'at, dan tidaklah aku berhadats melainkan aku lekas bersuci karenanya, dan saya berpendapat bahwa Allah menetapkan dua raka'at atasku." Lihat  Said bin Ali bin Wahf al Qathani. 2006. Enslikopedia Shalat Menurut Al Quran dan Sunnah. Terj. M. Abdul Ghofar. Jakarta : Pustaka Imam Syafii. Hal. 515-516
72. Lihat Abdurrahman  Ra’fat Basya. 2010. Mereka Adalah Para Sahabat,  Terj.  Izzudin  Karimi. Solo:  At Tibyan. Hal. 243.
73. Hr Bukhari kitab Adzan, bab Berlomba mengumandangkan adzan, no. 615
74. HR Bukhari, kitab Adzan, bab fadhilah tu’adzin. No. 608
75.  HR Abu Dawud, kitab Shalat, bab Adzan fajar. No. 1203.
76. Rasulullah shalallahu alaihi was salam bersabda : "Pokok dari perkara agama adalah Islam, tiangnya adalah shalat, sedangkan puncaknya adalah jihad.' (HR Tirmidzi, kitab Iman, bab Kehormatan Shalat, no 2616), lalu Beliau shalallahu alaihi wassalam juga bersabda, “"Sesungguhnya yang pertama kali akan di hisab dari amal perbuatan manusia pada hari kiamat adalah shalatnya..” (HR Abu Dawud, kitab Shalat, no. 864) juga ada riwayat yang tegas,  "Barangsiapa mendengar suara adzan kemudian tidak mendatanginya, maka tidak ada shalat baginya kecuali karena udzur." (HR Ibnu Majah, kitab Masajid wa shalat jamaah, no. 793). Maka jellaslah, muadzin itu memiliki tingkat yang amat tinggi di bandingkan yang lainnya. Sebab ada riwayat lain, "Allah dan para malaikat mendoakan (orang-orang) yang berada di shaf terdepan. Seorang muadzin akan diampuni sepanjang suaranya dan dibenarkan oleh yang mendengarnya dari semua yang basah dan kering, dan dia mendapat pahala seperti pahala orang yang ikut shalat bersamanya." (HR an Nasa’i, kitab Adzan no. 646)
77. QS al Baqarah : 286, At Taghabun : 16.


Rabu, 18 Januari 2017

Ancaman di Balik Kehidupan Pemuda Islam.

Telah beberapa bulan kami mengikuti sebuah forum di media sosial dengan tajuk Dialog Atheis Indonesia - Sekuler Ilmiah (DAISI) yang pada saat kami menulis ini telah diikuti sebanyak 13.755 member di seluruh tanah air. Sebelum kami mengajukan keberatan akan kontradiksi yang baanyak terjadi, kami akan memberikan sedikit gambaran tentang Forum ini. Dalam informasi forumnya, DAISI memiliki visi yang sangat indah, tertulis, “terutama untuk mendidik para theis dan kaum agamawan yang fanatik, tujuan DAISI adalah untuk mendidik kita sebagai umat manusia agar memiliki Sifat yang Mulia dan Tercerahkan.”  Juga telah tertulis di lembar informasi bahwa kegunaan forum ini, seperti tertulis yaitu, “Forum diskusi ini bertujuan menumbuhkan Pencerahan dan saling pengertian antara orang-orang yang berbeda keyakinan. Tujuan diskusi bukan untuk mencari menang dan kalah, karena Forum DAISI sangat mengedepankan Ilmu Pengetahuan-Dalil Logis-Open Minded untuk meningkatkan pencerahan antar umat manusia.”

Dari informasi tersebut perlu digaris bawahi, yaitu menumbuhkan Pencerahan dan saling pengertian antara orang-orang yang berbeda keyakinan. Apakah ini sebuah sikap formalitas saja yang pantas dijadikan sebagai penutup aib ? Dari kalimat itu pula kami mengadakan sedikit penelusuran dalam postingan-postingan yang disampaikan pada forum ini. Sangat mengejutkan, walaupun memang, kadang kala ada yang cukup bijak dengan menjadi penengah atas segala diskusi yang ada. Namun, sayangnya kelompok itu hanya minoritas. Kelompok yang mayor, sangatlah tidak memedulikan akan tujuan utama dari forum ini. Kalimat, Tujuan diskusi bukan untuk mencari menang dan kalah,, tidak lagi siperhatikan, asal ia berargumen logis – yang kadang kala sama sekali tidak logis – mereka terus berkoar-koar untuk menyerang kaum agamis. Bahkan ada diantara mereka yang membabi buta, melupakan tujuan menidik kita sebagai umat manusia agar memiliki sifat yang mulia. Betapa memilukan ketika cara mereka mulia yang seharusnya saling pengertian antara orang-orang yang berbeda keyakinan, namun mereka malah menyerang dengan membabi buta kepada kaum agamis. Menyerang Tuhan, menyerang ajarah agamis, yang setelah kami telisik, tidak ada kalangan umat Hindu, Buddha, Kristiani, Konghucu, Zoroaster, Manichisme, Jainisme, atau Yahudi yang di serang demikian. 

Sebenarnya, apa yang kami lakukan bukan semata untuk mencari alternatif pelarian karena begitu banyaknya keyakinan kami di serang. Tidak. Kami yang mengaku Muslim, memang tidak begitu fundamental, dan juga tidak begitu liberal. Seperti yang telah kami bahas dalam bahasan Ada Apa Dengan Agama ?, kami cukup mengikuti faham bahwa agama dan sains seharusnya bersifat independen dan dialektik. Kenapa ? Dengan alasan bahwa sampai kapanpun, agama dan sains akan selalu mencari pelarian diri agar tidak saling bertabrakan. Keduanya seperti dua potong spon yang mengapung dalam arus yang sama dengan tujuan yang sama, namun berbeda perjalanan. Perbedaan yang sangat mencolok, yaitu pada tempat. Jika agama mengurus urusan khayali, namun sains berjalan dengan urusan realitas berobjek. Objek sains harus mampu dirasakan oleh panca indera, tidak boleh ada hukum sains yang di ajarkan tanpa adanya objek yang riil. 

Namun, disisi lain, ada pula kelompok yang mengintegrasikan antara sains dan agama, yang menurut salah seorang tokoh terkemuka dalam kelompok ini, untuk memahami agama yang benar-benar tangguh, sebuah kitab suci haruslah lulus ujian setiap zaman. Zakir Naik menyebut bahwa al Quran dari zaman ke zaman selalu mampu memenuhi ujian peradaban ini. Zaman abad awal masehi yang penuh kekuatan magis, al Quran mampu memberikan mukjizat yaang tiada seorangpun pernah mengalahkan, dan bahkan di tantang untuk membuat satu ayat saja yang semisal dengannya, namun manusia saat itu gagal. Kemudian, abad pertengahan masehi, sekitar abad 5 – 11, peradaban manusia sangat mengunggulkan sastra, saat itulah huruf, angka, dan segala bentuk sastra mulai terkenal hebat. Kemudian, semenjak renainsance, sekitar abad 13 sampai sekarang, peradaban manusia menempatkan sains sebagai sebuah identitas manusia yang sangat tinggi. Seperti ungkapan Einsten, Ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang luar biasa seandainya seseorang tidak harus menghabiskan hidupnya terhadap hal tersebut.” Dari hasil peradaban ini pula, para tokoh-tokoh Islam kontemporer sering menyebutkan bahwa Al Quran mampu untuk dijadikan pedoman akan garis besar kemajuan manusia. Al Quran sering di gadang-gadang mampu untuk memenuhi kebutuhan para ilmuwan modern yang mencari petunjuk pembenaran teori-teori mereka.
Lantas, pertanyaan yang akan kami ajukan, mengapa dalam forum itu, selalu mengintimidasi Muslim dengan koridor Islamnya ?

Menarik sekali untuk dilihat, sensus penduduk Indonesia tahun 2010, didapat hasil warga muslim sekitar 207 juta jiwa atau sekitar 87,2 %, Protestan 16,5 juta jiwa atau sekitar 7%, Katolik 7 juta atau 3%, Hindu sekitar 4 juta atau 1,7 %, Buddha sekitar 1,7 juta atau 0,7 %, dan penganut kepercayaan lain sekitar 1,3 juta atau 0,5 %. Entah karena apa, Muslim yang mayoritas ini, akan selalu mendapat serangan yang lebih besar daripada yang lainnya. Seperti pepatah, semakin tinggi pohon, semakin besar angin menerpa. Sedangkan, dari sebanyak 87% itu, umat Islam terkelompok lagi menjadi 40% atau sekitar 83 juta adalah warga NU, 19% atau sekitar 40 juta, jumlah warga LDII sekitar 25 juta atau 12%, Jumlah warga Syiah, sekitar 2,5 juta atau 1,2 %, jumlah jamaah Hizbut Tahrir sekitar 0,48% atau sekitar 1 juta jiwa. Sisanya, tersebar ke berbagai kelompok Islam berbagai jenis yang lain. 

Lalu, dari beberapa ormas Islam ini, terindikasi kecacatan yaang amat memprihatinkan. Semenjak kepulangan Nurcholis Madjid (w.2005) dari Amerika, umat Islam itu dirasuki pemikiran liberal yang pada dekade pertama abad 21 telah melakukan berbagai propaganda untuk memecah belah umat Islam. Pemikiran Liberal ini kemudian secara tegas di bekukan dalam sebuah ormas bernama Jaringan Islam Liberal dengan situs utama islamlib.com yang di asuh oleh sang pimpinan, yaitu Ulil Abshar Abdala (50 tahun). Serta pada dekade terakhir abad 20, di kembangkan pemikiran liberal ini dengan pendirian Universitas Paramadina yang sangat menganjurkan pemikiran bebas kepada mahasiswanya. Sebut saja setiap tahun keluar 500 mahasiswa liberal, maka kisaran angka 10.000 orang telah berhasil di liberalkan oleh sekolah tinggi ini.

Selain itu ada pula sekolah tinggi filsafat Driyakara yang amat enjoy meluluskan para  sarjana filsafat dengan pemikiran bebas. Jika di asumsi setiap tahun ada 50 orang, maka sudah sekitar 2.500 orang yang berperan dalam dunia pemikiran bebas dari kalangan muslim. Selain itu, ada indikasi pula dari UIN dan IAIN di seluruh tanah air yang juga mengeluarkan lulusan liberal ini, jika di hitung sejak tahun 1990, dengan asumsi setiap tahun ada sekitar 500 orang, maka sudah ada sekitar 13.000 orang. Tak lupa dari seluruh sekolah lainya, jika dari tahun 1990 di asumsikan ada sekitar 10.000 lulusan yang liberal, berarti sudah sekitar 260.000 orang. Maka, kisarannya yang hidup sekarang kira-kira 280.000 an orang dari kaalangan Muslim yang memiliki pemikiran liberal. Angka itu hampir mencapai jumlah mahasiswa lulus SBMPTN dari tahun 2014 hingga 2016.

Dari kisaran data di atas, maka forum yang kami ulas ini hanya berisikan sekitar 5% saja dari keseluruhan masyarakat dengan pemikiran yang sama. Dari penelusuran kami, dalam 1 minggu terakhir, sekitar 60% postingan merupakan ajang cacian untuk mencari menang kalah dari atheis dan theis. Dari sekitar 60% itu, setidaknya ¾ merupakan cacian terhadap umat Islam. Jika rata-rata 50 post dalam seminggu, maka sekitar 22 post yang berusaha menjatuhkan Islam. Maka, dalam satu tahun, sekitar 1100 postingan dari 2600 postingan yang berusaha menjatuhkan Islam. Itu artinya sekitar 42% dari postingan atau sebut saja disampirkan ke setiap 2 orang memposting satu, maka sekitar 5500 orang dalam grup ini memiliki pemikiran membenci Islam. Jika lebih tinggi, dari para lulusan perguruan tinggi di atas, sekitar 55.000 orang memiliki sikap anti Islam. Itu artinya di setiap kabupaten/kota rata-rata 107 orang dari 400.000 Muslim mewakili pemikiran liberal ini.  Maka diantara 3600 orang, 1 orang mewakili Islam yang liberal ini.

Kemudian, apakah memang hanya Islam yang pantas untuk di serang liberal dan sekuler ini ? 

Kami akan membahasnya sedikit disini. Pertanyaan klasik yang perlu ditekankan, sebagai agama yang mayoritas, bisakah Islam menata dan mengatur seluruh kehidupan di Indonesia ? Inilah yang perlu kita ajukan untuk memenuhi seluruh tuntutan dari kalangan atheis liberal yang amat gembira ketika menyerang tubuh Islam. Solusi apa yang paling tepat ? Kami rasa, seharusnya memang, konteks independen dan dialog itu bisa di terapkan, agar sesama masyarakat Indonesia mampu mengadakan kenyamanan dan keamanan dalam konteks toleransi antar masyarakat. Tidak diperbolehkan umat dengan keyakinan berbeda menyerang dan mencoba menyalahkan umat lain. Mereka diperbolehkan menjalani kehidupan sesuai keyakinannya tanpa harus memaksa orang lain masuk ke dalamnya.


Selasa, 17 Januari 2017

Ada Apa Dengan Sains ?

Menginjak awal tahun 2017 ini, sangat indah yang kami temukan beberapa kejadian di tahun 2016 lalu. Ketika flashback sedikit, saya tertarik kembali dengan fenomena yang menjadi trending topik di pertengahan 2016 lalu. Sejarah yang pernah terkubur hidup-hidup selama puluhan abad, pada abad 21 ini kembali dibangunkan dari tidurnya. Entah apa yang menjadikan orang-orang ini begitu berani menentang draft ilmuwan yang telah ditulis sepanjang 20 abad lebih. Gagasan Phytagoras (495 SM) telah mendobrak keluar daerah dari yang sangat sensitif tentang siapa manusia, dan dimana manusia ini tinggal. Pernyataan ini sangat koheren dengan pernyataan, “untuk mengetahui siapa dirimu, ketahuilah seperti apa tempat berpijak.” Kalimat ini penuh makna yang amat luas jika di jabarkan. Namun, yang akan kami tuliskan ialah mengenai sebuah gagasan Phytagoras yang menyebutkan bahwa Bumi itu bulat.
         Gagasan mengenai Bumi yang bulat ini menurut catatan sejarah telah melukai prinsip-prinsip doktrin budaya theisme pada beberapa peradaban, seperti Babylonia, Yunani Kuno, China Kuno, Jepang Kuno, India Kuno, dan ini terus berlanjut sampai datangnya periode Hellinistik. Phytagoras sendiri juga melawan gagasan Thales (546 SM) yang dikatakan sebagai guru selama beberapa tahun hidup Phytagoras. Pernyataan Phytagoras ini menolak gagasan Thales yang menyebut Bumi datar dan air mengambang diatasnya. Phytagoras membuktikan bahwa Bumi bulat dengan secara bijak mengamati pergerakan siang dan malam. Akan tetapi kalangan pengikut Thales tidak mempercayainya, masyarakat Yunani saat itu tetap mengagungkan bahwa Bumi itu datar.
     Gagasan tentang bumi yang datar ini, kemudian di dukung lagi oleh Gereja Katolik pada awal kelahiran tahun Masehi. Dengan dukungan Claudius Ptolomeus (w. 168 M) yang dengan gagasan Geosentrisnya, bahwa Bumi menjadi pusat dari tata surya. Akan tetapi, sangat di sayangkan bahwa Ptolomeus sebenarnya menyebut Bumi berbentuk bulat dan ini tentu menjadi sebuah disharmoni yang amat tampak bagi gereja. Doktrin ini terus di geluti oleh para pendeta Kristen yang menyebut Bumi itu sebagai pusat. Bahkan, ketika Galileo melakukan aksi riset Teropongnya, ia malah dihukum oleh Paus Paul V. Kenapa ? Karena Galileo menolak untuk mengikuti doktrin gereja bahwa teori Geosentris memang benar. 
Namun, ada satu titik lemah, bahwa bentuk Bumi oleh Al Kitab disebut 2 bentuk. Pertama, berbentuk lempengan datar segi empat. Hal ini seperti di tulis oleh Yohanes dalam kitab Wahyu 7 :1 “Kemudian dari pada itu aku melihat empat malaikat berdiri pada keempat penjuru bumi dan mereka menahan keempat angin bumi, supaya jangan ada angin bertiup di darat, atau di laut atau di pohon-pohon.”

Yesaya 11:12 (TB)  Ia akan menaikkan suatu panji-panji bagi bangsa-bangsa, akan mengumpulkan orang-orang Israel yang terbuang, dan akan menghimpunkan orang-orang Yehuda yang terserak dari keempat penjuru bumi. 

Mazmur 19:4 (TB)  (19-5) tetapi gema mereka terpencar ke seluruh dunia, dan perkataan mereka sampai ke ujung bumi. Ia memasang kemah di langit untuk matahari, 
  Dalam sebuah tulisan dalam instropeksidiri.wordpress.com yang di post tanggal 4 November 2012, ada sebuah tulisan yang menyebut  bahwa Bumi itu datar dan memiliki sudut 4. Maka secara gamblang bahwa maksud dari itu, bumi itu hamparan segi empat. Hal ini dipertegas dalam sebuah situs sarapanpagi.org yang di post setelah gagasan The Flat Earth sedang trending di pertengahan 2016. Pada postingan tanggal 19 Agustus 2016 ini, penulis memberikan note :
“Para penginjil akan berargumen bahwa itu bukan mimpi daniel-lah, bukan ucapan Daniel-lah, bukan ucapan tuhan-lah. Mereka lupa bahwa Daniel adalah seorang pakar tafsir Mimpi [karena anugerah yang diberikan padanya]. Kalimat Nebukadnezar, yaitu "seluruh [kol] ujung [sofe] bumi..[Dan 4:11]", Daniel/Beltsazar kemudian tafsirkan "seluruh [kol] bumi [4:20]" menjadi "[..] sampai ke ujung [sofe] bumi" [4:22] [Message bible menulis ujung itu dengan 4 sudut bumi]. Padahal Daniel bisa saja mengatakan "seluruh" namun Ia justru memilih kata "ujung".
Benda bulat mana ada ujungnya?.”
     Kemudian, penulis yang sama menulis, “Ayub juga menyatakan bahwa Alah mengetahui jalan ke sana, Ia juga mengenal tempat kediamannya. Karena Ia memandang sampai ke ujung-ujung bumi, dan melihat segala sesuatu yang ada di kolong langit. [28:23-24], kalimat terakhir menunjukkan bahwa segala sesuatu dapat terlihat hanya jika bentuknya TIDAK BULAT. Jelas sudah bahwa Kitab Ayub, sudah dengan jitu menggambarkan bumi itu datar.”
       Akan tetapi, dalam sebuah tulisan dari situs GKI Pondok Indah, Jakarta, yang dipost tanggal 8 Juli 2011, kami mendapati bahwa “keempat penjuru” bumi ini hanya sebagai kiasan akan arah mata angin yang empat. Pendapat ini di dukung oleh sebuah tulisan dalam portal jw.org yang di post tanpa identitas, penulis memberikan gagasan :

“Alkitab menggunakan kata-kata ”ujung bumi” untuk memaksudkan ”bagian yang paling jauh di bumi”; ini tidak menunjukkan bahwa bumi datar atau ada tepinya. (Kisah 1:8; 13:47) Demikian juga, ungkapan ”keempat ujung bumi” adalah ibarat yang berarti seluruh permukaan bumi; sekarang pun orang menggunakan keempat mata angin untuk memaksudkan hal yang sama.—Yesaya 11:12; Lukas 13:29.

Ada pula yang berargumen dengan Yesaya 40:22 yang bunyinya,  “Dia yang bertakhta di atas bulatan bumi yang penduduknya seperti belalang; Dia yang membentangkan langit seperti kain dan memasangnya seperti kemah kediaman!”

Dari ayat ini, situs fe-id.blogspot.co.id yang di post pada 27 Juli 2016 mengulas akan kata “bulatan Bumi.” Dalam bahasa Ibrani, versi Allepo Codex, kami mendapatkan 

  כב הישב על חוג הארץ וישביה כחגבים הנוטה כדק שמים וימתחם כאהל לשבת
   
    Kata חוג (ḥūḡ) dalam leksikal, diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris menjadi “The circle.” Jika masuk ke bahasa Indonesia berarti Lingkaran, bukan bulatan. Karena, dalam leksikal, kata bulatan, dalam bahasa inggris disebut “Round”, dan dalam bahasa Ibrani di tulis עָגוֹל (‘ağil) yang menandakan bahwa kata bulat tidak cocok untuk mengartikan bentuk Bumi. Dari uraian itu, rahasiaalkitab.wordpress.com menuliskan bahwa bentuk bumi seperti koin mata uang. Ini tentu mampu menolak argumen bahwa 4 penjuru Bumi itu 4 sudut.
     Akan tetapi, telah ribuan tahun disampaikan di masyarakat ataupun di kelas-kelas. Bahwa Bumi ini bentuknya seperti sebuah bola Futbol, bukan bulat penuh, melainkan elips. Pendapat ini di kuatkan dengan fakta sehari-hari bahwa Matahari selalu beredar dan tidak pernah terputus dari setiap belahan Bumi. John Gribbin telah menulis buku, dan terjemahannya oleh Dimas A. H., dengan judul BENGKEL ILMU : Fisika Modern, telah kami baca sedikit dan berisi pembuktian bahwa Fisika mendukung teori Bumi itu Bulat. Sedangkan, para pendukung Flat Earth malah menuduh salah satu argumen Gribbin, yaitu tentang gaya gravitasi sebagai sebuah kebohongan. Ini sangat aneh, sebab, jika memang Newton telah berbohong, bagaimana mungkin ia berani berujar, “Kita mengenal-Nya hanya melalui perancangan-Nya yang paling bijak dan luar biasa atas segala sesuatu... [Kita] memuji dan mengagungkan-Nya sebagai hamba-Nya...” (Sir Isaac Newton, Mathematical Principles of Natural Philosophy, Great Books of the Western World 34, William Benton, Chicago, 1952:273-274)
          Banyak di kalangan pengagum Flat Earth yang mencoba melakukan  justifikasi yang mengarah pada gagasan Konspirasi Global. Ini memang, dalam kaitan sejarah ilmu pengetahuan. Si Tokoh teratas dalam bidang ilmu pengetahuan, Isaac Newton (w. 1727 M) dalam catatan sejarah sering disebut sebagai tokoh penentang gereja. Sebab, penemuan paling populer darinya disebut-sebut sebagai musuh terbesar gereja. Gaya Gravitasi yang di gagas Newton itu telah menyakiti doktrin gereja yang kukuh pada teori Geosentrisnya. Maka jelaslah, jika para kaum yang tersakiti ini kemudian membuat isu bahwa ini hanya konspirasi, yang pastinya guna merusak citra Newton. 
Ada sebuah sisi menarik dari pembahasan ini, bahwa telah ada sebuah gagasan dari Frijtof Capra (77 tahun) yang menyebutkan bahwa Agama dan sains seperti dua potong spon yang mengapung pada aliran air yang sama. Frijtof yang mencoba menyatukan antara Mistikisme Timur dengan Fisika Modern ini menyebut bahwa Sains dan Agama sama-sama berjalan menuju pencarian Bahasa Alam Semesta. Dari sini, kaami juga mendapatkan bahwa ada argumen dari seorang tokoh sarjana falsafah dari Paramadina, bahwa seharusnya Sains dan Agama berpola Independen, yaitu berjalan masing-masing tanpa harus saling serang.
        Melihat fenomena yang saya bahas itu, tentu, ini sebuah hasil Say War antara agama dan sains. Namun, pada era modern ini baanyak para tokoh yang malah mengarahkan jalan pada integrasi antara Agama dan Sains, yang oleh orang Indonesia populer dengan Cocoklogi. Jalan ini, sampai abad 21 menemui titik temu, yaitu bahwa manusia haanya hidup dalam dimensi 3, ada makhluk yang hidup di dimensi lain, yaitu Astral yang menempati dimensi 4, dan Ligthbeings yang disebut hidup di dimensi lebih tinggi. Dengan adanya pengetahuan tentang dimensi ini, memberikan sebuah sinyal, bahwa raga kita hanya mampu hidup di dimensi 3. Akan tetapi, tidak ada satu pun tokoh di dunia ini, bahwa ada alam pikiran dan alam roh yang mampu mengeplorasi waktu. Ini tentu mematahkan argumen ateis yang tidak percaya akan hari kemudian. Disinilah letak pertemuan antara sains dan agama.
         Akan tetapi, salah satu hal yang sungguh menarik. Bahwa, ada sebuah gagasan yang menurut beberapa sumber di katakan oleh Albert Einsten,
"Aku tidak tahu senjata apa yang akan digunakan sebagai alat pada PD ke 3, namun pada PD 4, manusia akan menggunakan tongkat dan batu." Ini menarik.
Apa yang dapat kami fahami dari Albert Einsten ini punya 2 sisi yang berbeda, yaitu :

1. Ia mengindikasikan bahwa pada masa yang akan datang, Bumi kehabisan SDA dan manusia tidak dapat lagi mengolah SDA untuk di jadikan sebagai alat-alat canggih. Termasuk hal ini alat-alat perang di masa depan yang tidak dapat lagi di buat karena SDA semakin terkikis habis.
          Akan tetapi, hal ini agak ganjil, sebab, Einsten menyebut Tongkat dan Batu. Mungkin hanya sebuah kiasan untuk mengatakan kembalinya manusia kepada keruntuhan akibat kemajuan industri di jaman Modern. SDA yang tidak terbarukan kian terkikis, sehingga manusia akan memakai alat seadanya dan tidak ada lagi industri-industri besar yang memainkan peran penting dalam kehidupan manusia modern. Kita tampung dulu gagasan ini.

2. Gagasan ini mengindikasikan bahwa, Sains modern benar-benar tak berguna di masa depan. Tongkat dan Batu hanya sebuah kiasan merujuk pada alam. Sehingga, ketika manusia telah mencapai batas dalam riset-riset sains, mereka akan kembali tunduk patuh pada alam.
         Gagasan kedua ini, sangat relevan dengan apa yang sedang hangat di awal abad 21 ini. Sejarah yang di kubur hidup-hidup selama puluhan abad kembali di bangunkan dari tidurnya oleh Shelton (w.1971) yang mendirikan The Flat Earth Society. Tujuan utama kelompok ini untuk mengungkap konspirasi global yang selama puluhan abad berjalan, bahwa Bumi itu Bulat. Mereka menentang teori ini dan mengambil ajaran agama yang menyebut Bumi Datar.
           Trending mengenai Flat Earth Teory ini tentu akan memberikan dukungan terhadap The Peak Oil Teory yang telah dikembangkan oleh para ilmuwan dan kemudian terungkap hanya sebuah konspirasi Global. 
Pertanyaannya :
"Apakah memang benar-benar Sains itu pada masa depan tidak berguna sama sekali ?
Apakah memang selama puluhan abad ini, seluruh ilmuwan yang miliaran jumlahnya telah sia-sia menjalani kehidupannya ?
           Pertanyaan yang menurut saya mustahil untuk di jawab, kenapa ? Jika Tuhan marah karena Adam mampu menjadi bagian dari-NYA yang mampu mengetahui baik dan buruk, bukankah Tuhan akan sangat tidak mau jika ada manusia yang tahu akan tujuan manusia di hidupkan di Bumi. Kami sependapat dengan Einsten yang menyebutkan, 
“Ketika seseorang bertanya kepada Einstein, pertanyaan apa yang akan diajukan kepada Tuhan bila dia dapat mengajukan pertanyaan itu, dia menjawab, Bagaimana awal mula jagad raya ini? Karena segala sesuatu sesudahnya hanya masalah matematika. Tapi setelah berpikir bebrapa saat dia mengubah pikirannya lalu bilang, bukan itu. Saya akan bertanya, kenapa dunia ini diciptakan? karena dengan demikian saya akan mengetahui makna hidup saya sendiri.”

Balikpapan, 17 Januari 2016.
Pkl 18.16 WITA
Arif Yusuf