Kamis, 07 April 2016

KEECEWAAN YANG BERUJUNG PERMUSUHAN Fenomena Persaingan Ilmu Pengetahuan dan Agama

Tepat pada tahun 1632, sebuah buku ilmiah luar biasa berhasil diterbitkan. Namun, baru beberapa bulan berlalu, buku tersebut menjadi bahan perbincangan publik. Pasalnya, didalam buku yang terbit di Italia ini, menuliskan sebuah teori yang awalnya hanya hipotesa, namun akhirnya menjadi fakta ilmiah. Buku itu berjudul “Dialog Tentang Dua Sistem Penting Dunia.” Sebuah karya ilmiah yang menuliskan dua teori penting alam semesta, yaitu mengenai Tata Surya. Teori Heliosentris yang diajukan oleh Mikolav Copernik (Nicholaus Copernicus, 1473-1543) dan teori Geosentris Ptolemy, serta menyebut beberapa hasil kerja Johannes Kepler (1571-1630) yang juga menyebut bahwa planet-planet di Tata Surya bergerak dengan orbit tertentu.
Sekilas memang tidak ada yang aneh, kecuali setelah beberapa bulan saja buku itu tersebar, dunia benar-benar mengalami kekalutan. Sudah selama 16 abad, dunia mengenal bahwa pusat dari alam semesta berada di Bumi (Geosentris). Meskipun sejak abad 13 SM, seorang filosof Yunani, Aristarchaus dari Samos mengatakan bahwa Bumi dan planet lainnya bergerak mengitari Matahari, namun ia kalah populer dengan Aristoteles dan Ptolemy yang dengan penuh kehormatan menjadi rujukan bagi Gereja. Hal yang tak mustahil mengingat peran Gereja pada abad pertengahan yang begitu signifikan. Hal inilah yang menjadikan buku Dialogo itu dikecam Gereja. Mereka lebih condong mengikuti Geosentris, yang membuat pengarang buku itu di panggil di Pengadilan Gereja kota Roma.
Siapakah sebenarnya penulis buku tersebut ? Mengapa ia bisa begitu terhormat untuk dicekal oleh Gereja ?
Pada tahun, 1609 ilmuwan ini mengetahui kabar bahwa seorang astronom Polandia, Nicolaus Copernicus telah menulis buku  Revolutionibus Orbium Coelestium yang terbit pada 24 Mei 1543. Kemudian, ia mengetahui bahwa dari negeri Belanda, ada alat teleskop bintang, namun ia gagal untuk mendapatkanya yang membawanya berfikir untuk menciptakan sendiri. Pada tahun itu pula telah terbit buku astronomi terbesar sepanjang sejarah, yaitu Astronomia Nova karya Kepler yang membawa ilmuwan ini mengambil sebagian dalil darinya. Akhirnya, karena memang para ilmuwan saat itu menolak gagasan Copernicus, ia di berikan ultimatum agar tidak lagi mengajarkan teori ini ke masyarakat. Ini dilakukan oleh Paus Urban VII yang menjadi pimpinan Gereja Katolik Vatikan. Tepat pada 1616, ilmuwan itu benar-benar berada pada sebuah kebohongan dengan menerima tawaran kerjasama dengan Gereja. Hal inilah yang menyebabkan Gereja merasa dikhianati oleh ilmuwan ini tatkala teori Heliosentri benar-benar diagungkan kembali di tahun 1632, yang membawanya ia di adili di Roma pada tahun itu.
Dialah Galileo Galilei, seorang ilmuwan terkemuka abad pertengahan yang lahir tahun 1564 di Pisa, Italia. Dalam pengadilan tersebut, ia dituntut agar menarik gagasanya dan mengakui kebenaran Geosentris. Namun, menurut cerita yang masyhur, ia mengakui dan dengan penuh kehinaan bersumpah di pengadilan gereja, bahwa Geosentris yang dianut gereja adalah benar. Ternyata, beberapa saat setelah ia berucap, ia menunduk dan berbisik, “lihat ! Dia masih terus berputar !” yang menandakan bahwa Bumi berputar mengelilingi Matahari, bukannya Matahari mengelilingi Bumi seperti bulan.  Kemudian, ia di asingkan di Arcetri, disebuah vila tempat tinggalnya, dan dilarang sedikitpun mengajar. Hingga akhirnya, bertepatan dengan lahirnya ilmuwan tersohor sepanjang sejarang, Sir Isaac Newton pada tahun 1642, Galileo meninggal dunia.
Satu hal lain yang perlu kita ketahui ialah bahwa selama 10 tahun ia di asingkan, ia menulis karya ilmiah lain di rumah pengasingan tersebut. Dua buku paling fenomenal yang tak pernah di kenal dunia, Discorseus on the Tides (Diskursus pada Gelombang Pasang Surut) dan Diagramma della Veritas (Diagram Kebenaran) yang didalamnya ia tetap mengemukakan bahwa Heliosentris adalah kebenaran, gereja telah begitu berdosa dengan penangguhan dirinya. Setelah beberapa saat beredar, buku itu di dengar oleh Paus Urban VIII, yang meskipun ia cukup mendukung Galileo, namun para Kardinal Vatikan tetap menolak teori itu. Akhirnya tidak ada lagi warna buku itu tersebar luas di masyarakat setelah Vatican Secret Archieves menyimpan dokumen ini dan tak ada orang yang dapat melihat kecuali seorang Paus, atau seorang yang mendapat rekomendasi darinya.
Kami kira pernyataan Galileo sangatlah bijaksana, “Saya haturkan syukur tak terkira kepada Tuhan yang begitu baiknya telah memilih saya sendiri sebagai yang pertama menyaksikan pemandangan menakjubkan yang selama ini telah tersembunyi dalam kegelapan selama berabad-abad lamanya. ( ungkapan Galileo yang dikutip oleh Mike Wilson dalam “The Foolishness of the Cross”, Majalah Fokus.)
Dari peristiwa tersebut, telah menimbulkan berbagi polemik dari para ilmuwan setelahnya. Setelah mendengar peristiwa itu, para ilmuwan belakangan menjadi tertantang untuk mencoba mencari pembenaran dan bukti akan kebenaran berbagai ajaran keagamaan dunia. Tercatat para ilmuwan seperti Newton (1642-1727), Nicolas Steno (1631-1686) (Stratigrafi), Thomas Burnet (1635-1715) (Geologi), Increase Mather (1639-1723) (Astronomi), Nehemiah Grew (1641-1712) (Kedokteran), John Dalton (1766-1844) (Pendiri teori atom modern), Johann Gauss (1777-1855) (Geometri, geologi, magnetisme, astronomi), Benjamin Silliman (1779-1864) (Mineralogi), Peter Mark Roget (1779-1869) (Fisiologi), William Buckland (1784-1856) (Geologi), William Whewell (1794-1866) (Astronomi and Fisika), Richard Owen (1804-1892) (Zoologi, Paleontologi), Balfour Stewart (1828-1887) (Listrik Ionosfir), P.G.Tait (1831-1901), Blaise Pascal, Gregor Mendel (1822-1884), Louise Pasteur (1822-1895), Max Planck (1854-1947), Carrolus Linneus, George Cuvier (1769-1832) dan lain sebagainya telah mencoba membuktikan, Tuhan memang ada, namun belum tentu agama telah berada pada titik kebenaran.
Pada tahun 1929 yang lalu, seorang berkebangsaan Amerika, Edwin Hubble secara sistematis menyusun hipotesis teori Big Bang (Dentuman Dahsyat), yang dalam gagasannya iji, ia mencoba membuktikan bahwa apa yang dikatakan oleh Kitab Kejadian (Genesis) dari Alkitab Kristiani adalah kebenaran. Ia melakukan ini guna menguji, seberapa valid doktin-doktin agama di dunia, terutama Kristen. Kita bisa melhat hal ini dengan indikator yang pernah diucapkan oleh Dr Zakir Naik (pakar perbandingan Agama, kepala Islamic Research Foundation Mumbay, India) bahwa untuk mengatakan kebenaran sebuah kitab suci, haruslah lulus tes pada tiap masa. Dulu, ada masa mukjizat, ada masa sastra, dan sekarang adalah masanya dunia ilmiah, jadi untuk menguji kebenaran sebuah kitab suci, di era sekarang ini, haruslah lulus uji ilmiah di masa sekarang ini. Inilah yang mencoba dijawab oleh para ilmuwan tersebut.
Berbagai peristiwa itu memicu konflik antar para ilmuwan sendiri, diantara mereka dibesarkan dalam dunia religius ke Kristenan, namun pada dewasanya, mereka kalut dengan pilihan ? Tetap pada ajaran agama, atau pada temuan ilmiah yang apabila keduanya tidak sependapat. Dan sampai hari inipun, para ahli fisika, astronomi, matematika dan bahkan biologi sekalipun telah dengan lantang “Fisika akan membawa anda lebih mengenal Tuhan daripada Agama !”. Apa yang terjadi ?
Agama, dari artian yang sesungguhnya akan dijangkau oleh ilmu pengetahuan. Namun, untuk bisa menjadi sebuah agama yang faktual, harusnya lulus dalam setiap uji ilmiah yang valid. Dan, kita bisa saksikan, kita tidak lagi membutuhkan sebuah agama, kecuali bila memang ada sebuah agama yang mendekati Agama. Itulah yang akan menjadi ritik pemuas bagi para ilmuwan yang tetap mempercayai eksistensi Sang Pencipta ini.
Mengapa agama dan ilmu pengetahuan tidak dapat bersandingan ??
Karena memang, dunia telah di kecewakan oleh peristiwa yang dialami oleh Galileo. Ia tak begitu terhormat bagi Gereja, dan tentu mempertanyakan, untuk apa sebuah agama di sebarkan bila hanya menyimpan berbagai kebohongan, kemunafikan, dan kebersendiriannya. Sejak saat itulah, dunia ilmu pengetahuan modern lebih tertarik melupakan Gereja dan kemudian beralih ke Al Quran. Yang pada kemudian hari telah diketahui, 
"llmuwan itu sebenarnya hanya menegaskan apa yang telah tertulis di dalam al-Quran beberapa tahun yang lalu. Para ilmuwan sekarang hanya menemukan apa yang telah tersebut di dalam al-Quran sejak 1400 tahun yang lalu." (Prof. Shroede, ahli Kelautan Jerman)
Islam adalah bahasa Tuhan dalam bentuk lembaga. Jika ingin mengenal Tuhan, kita hanya perlu memahami Al Quran. Selebihnya, hanya sebuah media !
Namun, satu hal yang perlu kita waspadai. Setelah Yahudi yang menjajak di Bumi sekitar tahun 1300 SM, Zoroaster sekitar abad 6 SM, Hindu sekitar abad 5 SM, Jainisme abad 5 SM,Taoisme abad 5 SM, Buddha sekitar abad 4  SM Konghucu sekitar abad 4SM, Kristen sekitar abad 1 M, atau Manichisme sekitar abad 3 M mengalami kegagalan dalam menjalani ujian pada setiap era, kini para ilmuwan telah mencoba menguji ISLAM sebagai sebuah agama termuda (abad 6 M). Tujuan mereka hanyalah mencoba membuktikan apakah Islam mampu mewakili setiap pertanyaan dasar bagi pencarian makna kehidupan. Jika Islam -sebagai wakil terakhir- juga mengalami kegagalan dalam ujian ini, maka jelaslah itu kemenangan Ilmu Pengetahuan daripada Agama.


Diselesaikan di Siwalan rt 11/03, Blangu, Gesi, Sragen
Senin, 28 Maret 2016. Pukul 18.45 WIB
Arif Yusuf
http ://www.arifyusuf14.blogspot.com
arif_yusuf47@yahoo.co.id
Fanpage : Jalan Pencerahan Dalam Impian

Podo-podo tinggal nganggo, ngopo gak milih seng unggul

Sebuah pertanyaan yang sederhana namun memerlukan sebuah analisa yang cukup.   Misal saja kita melihat ada seorang siswa  A berada dalam sebuh kelas. Ketika itu sedang berlangsung pelajaran Biologi oleh guru pengajar. Anehnya, si anak A teerlihat tidak begitu antusiasme dalam pelajaran. Ia terlihat sedang asyiik membaca dan mempelajari pelajaran lain. Setelah ditegur oleh sang guru, ia menjawab bahwa sedang mempeljari Matematika. Seketika itu pula siswa A diusir dari ruang kelas   Bagaimana anda menanggapi hal ini ? Benarkah yang dilakukan sang guru ? Salahkah yang dilakukan si A  ? Semasa di sekolah, kita tentu telah mempelajari sejarah konstitusi Indonesia. Dalam PKN dan atau Sejarah Indonesia, tentu kita telah mendapt pelajaran bahwa DPR RI pada masa Orde Lama pernah dibubarka oleh Presiden Soekarno, atau Dewan Konstituante era  Soekarno juga pernah dibubarkan. Hal itu dikategorikan dalm Sejarah sebgai “penyelewengan era Orde Lama”. Apa s3benarnya yang menjadi alasan Soekarno untuk melakukan tidakan itu ? Inilah yang kita sebut kedisiplinan yang munafik.  Soekarno melakukan itu semua atas dasar Indonesia adalah Negara Demokrasi PANCASILA. Sekarang kita diruang kelas “PANCASILA”, kalau ingin belajar Islam ya silahkan ke NegaraIslamseperti Arab Saudi.  Itu adalah kata yang sangat mungk8n dilontarkan oleh Soekarno. Ini jelas terlihat dengan sikapnya terhadap penerapan syariat Islam di Aceh yang digawangi oleh Muhammad Daud Beureuh. Soekarno melakukan penghianatan pada pejuang Islam. Ia membubarkan Masyumi yang sangat anggun sebagai partai Islam. Ini tidak ia lakukan jika ia mencintai Islam. Pernah kita mendengar wacana tentang penghapusan Agama dalam mata pelajaranndi bangku sekolah. Itu terjadi sekitar tahun 1977-1982, ketika ia menjabat sebagai menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Ini terlihat jelas dengan pengakuannya yang ia tulis melalui memoarnya yang ia terbitkan tahun 2006 silam. Ini semakin memperjelas arah Indonesia yang memojokkan Islam maupun agama lainnya di pentas pendidikkan Indonesia. Terlihat jelas dari sikap Soekarno, yang ia sendiri mengakui bahwa ia sangat ingin meniru M. Kemal Attaturk. Terlihat jelas ia lebih memilih meniru Dr Sun Yat Sen yang Komunis daripada mengamalkan ilmu dari pendeta Yahudi, A. Baars. Terlihat jelas dengan pembubaran DPR yang mayoritas Muslim. Terlihat jelas dengan pembubaran Dewan Konstituante yang didalamnya ada gembong-gembong Dakwah Islam (seperti Mohammad Natsir, atau Prof HAMKA). Di era reformasi, terlihat jelas dengan pengangkatan Megawati sebagai Presoden  (Islam dilarang mengangkat Imam dari kaum Perempun). Terlihat jelas dengan pengangkatan Susi Pudjiastuti sebagai menteri kelautan. Terlihat jelas dengan pengangkatan si Penjudi dalam kabinet Kerja ala Joko Widodo. Terlihat jelas dalam kasus Freeport yang hingga kini kontrak kerjanya masih dapat berjalan. Bukankah Indonesia itu Non-Blok ? bukankah dalam setiap pelajaran PKN maupun Sejarah Indonesia, gerakan nonblok untuk tidak memihak pada Komunisme di Timur, dengan Uni Soviet sebagai dalangnya ? non blok adalah tidak memeihak ke Barat dengan Liberalisme ditangan Amerika? Tidak cukupkah jabatan Indonesia sebagai pencetus GNB tahun 1961 dan ketua GNB pada tahun 1992 ? 
Aneh sekali saya saat menjalani ujian sekolah yang diselenggarakan tanggal 17 Maret lalu, pada soal PKN nomor 23 disebut jelas bahwa Liberalisme adalah ANCAMAN bagi bangsa Indonesia.  Mengapa Indonesia masih Pro Amerika ? ini sebuah jalan yang amat berbeda dari ucapan saat pidato Mendayung antara Dua Karang tertanggal 2 September 1948 oleh Bung Hatta di depan Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat. Inilah pendidikan kita. Jelas terlihat dalam sebuah lembar kerja siswa Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam untuk kelas XII semester genap karya Tim Edukatif HTS, terbitan CV Hayati Tumbuh Subur Surakarta. Pada halaman 53 di bab ke 10 point B, disebut nama Harun Nasoetion sebagai sumber referensi utama materi. Siapa yang takkenal dengan Prof. Harun Nasoetion ? ia adalah akarnya Liberalisme yang hidup dalam inang Islam. Mengapa Harun bukan ANCAMAN ? kalau ancaman smestinya tidak diajarkan. Bahkan, bukunya, Islam ditinjau dari Berbagai Aspeknya, merupakan buku pegangan wajib bagi Universitas Negeri ? yang bernuansa Islami. Inilah yang menempatkan Agama bukan bagian dari negara. Jika mempelajari agama, itu bukan urusan negara. Jika mempelajari Agama saat sedang dalam kelas PKN, dikeluarkan dari ruang kelas itu hal yang pantas. Jika anda mempelajari Islam dalam kelas Panvasila, silahkan keluar ! islam itu di lain pihak. Agama ada diluar mata pelajaran.  Pilihan yang harus kita ambil, keluar dari Indonesia dengan mmbawa panji Islam, atau meninggalkan Islam demi mendapat pelajaran Pancasila di kelas PKN ? Bukti kedua, sejak di tetapkan 18 Agustus tahun 1945, UUD 1945 telah mengalami 4 kali amandemen (1999, 2000, 2001, 2002). Sejak kongres Pendidikan pertama di Solo, 1946, sampai hari ini sudah 11 kali berganti Kurikulum Pendidikkan. Dari sini, mengapa kita tidak berfikir, tulalit sekali bangsa Indonesia. Sila pertama Pancasila yang kedudukkannya sebagai Rumah kita paling kokoh untuk  berrpijak, dirubah yang semula sudahtertulis dengan anggun di Jakarta Charter. Bila di banding negara atau RUMAH dari negeri lain, bisakah anda sebut manakah yang punya RUMAH yang belum pernah berubah ? Disini kami mengambil dari RUMAH yang paling berpengaruh sepanjang sejarah. Ialah Yahudi, Budddha, Jain, Zoroaster, Hindu, Konghucu, Kristen, Mani, dan Islam. D8antara peradaban ini, manakah yang punya RUMAH paling kokoh ? Taurat, Tripitaka, Baghavat Gita, Avesta, Weddha, Injil (Alkitab), dan Al Quran. Diantara daftar RUMAH tersebut, manakah yang punya predikat paling kokoh ? Al Quran ada dalam posisi terdepan. Bagaimana dengan Hadits yang kedudukannya sama seperti UUD 1945 dalam sistem Pancasila. Islam punya ISNAD yang begitu kokoh.  Lantas, dari kenyataan ini, mengapa kita tidak mengambil Al Quran saja sebagai rumah kita dan melupakan Pancasila ? Lha Pancasila kan asli buatan Indonesia. Itu milik kita sendiri.  Jadi, Al Quran bukan milikmu ? Silahkan keluar saja dari kelas ISLAM ! Pelajari saja kelas Pancasila, tinggallah dalam RUMAH Pancasila. Tinggalkan Al Quran ! Dan kita lihat, saya berani bertaruh, RUMAH Al Quran akan tetap yang paling kokoh. Anda akan hancur tenggelam bersama RUMAH Pancasilamu. 

Minggu, 14 Februari 2016

Seperti Hukum Magnet dan Listrik



Ada kalanya memang kaum remaja sering terjebak masalah pergaulan. Anak-anak yang tinggal diperkotaan memang biasanya hidup dalam suasana glamor, penuh kegilaan, dan untuk dunia modern ini semakin mengenaskan dengan adanya virus demoralisasi. Para orangtua selalu dituntut untuk mewaspadai setiap gerak anak. Hal ini dimaksudkan agar dalam pergaulannya, anak-remaja terlalu labil untuk di biarkan sendiri. Mereka terlalu rentan atas setiap perbedaan, meningkatnya rasa ingin tahu dan mencoba hal baru, rasa iri pada apa yang dimiliki oleh orang lain. Inilah yang perlu kita telaah lebih mendalam tentang apa yang seharusnya menjadi alternatif orangtua menghadapi serbuan virus labilitas pergaulan remaja.

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh tim dari Keystone College, Pennsylvania, AS, menyebutkan bahwa seorang anak akan mampu menjalin hubungan persahabatan yang baik apabila ia memilih seorang teman yang memiliki sikap yang berkebalikan dengannya. Hal ini dapat membantu memberikan rujukan bagi para orangtua untuk bagaimana mengukur seberapa sukses seorang anak untuk bersosialisasi dan menjalin hubungan kerabat.

Meskipun memang ini hanya mewakili sebagian dari seluruh komunitas remaja, namun yang pantas untuk ditinggikan adalah ihwal kelanggengan hubungan. Dengan adanya sebuah tolak ukur ini maka orangtua akan dapat mengatur secara otonatis, dimana dan kemana anak itu akan bergerak. Segala yang dilakukan anak akan seringkali mendapat pertentangan dari solmednya, dengan ini seorang anak akan dipaksa untuk memahami perbedaan yang akhirnya akan mampu memaklumi segala masalah yang berkaitan denan perbedaan persepsi.

Mengapa Orang Berjalan Lambat Saat Ramai. ??



Kali ini, matematikawan menemukan bahwa saat kerumunan semakin rame, orang yang berjalan kaki cenderung bergeser posisi sehingga mereka dapat saling berkomunikasi dengan temannya dalam lingkungan yang bising. Tapi biasanya kan kita jalan beriringan kayak bebek kalau lagi sepi. Di jalanan yang rame, kelompok orang justru berjalan membentuk huruf V. Orang yang di tengah paling belakang, dan orang yang paling pinggir berada paling depan.
V for Virgin
Dalam kerumunan pejalan kaki, 70% orang yang ada merupakan anggota kelompok pertemanan yang berjalan bersama. Akibatnya, seluruh kerumunan menjadi melambat. Orang-orang pembuat lambat ini meniru bentuk corong loudspeaker agar suara mereka ngobrol lebih terdengar, bukannya meniru bentuk pesawat siluman atau kelompok angsa yang melaju cepat dengan formasi huruf V terbalik.
“Kita hampir tidak ada bedanya dari domba saat ada dalam kerumunan. Apa yang membedakan kita hanya karena kita berinteraksi secara sosial. Berjalan mundur jelas tidak praktis, jadi kita membentuk formasi V atau U dengan mengorbankan kecepatan,” kata Moussaid, matematikawan yang menemukannya. Dalam kelompok, para peneliti menemukan juga kalau mereka yang meminta orang lain bergerak lebih cepat, justru memperburuk keadaan. “Kamu menyebabkan kekacauan. Kerumunan adalah sistem terorganisir secara mandiri, jadi kalau kamu tidak bekerja sama, sistemnya rusak dan kamu memperlambat semua orang,” kata Moussaid.
Wah, jadi gimana. Kamu ternyata gak bisa memaksa orang didepan kamu untuk mempercepat jalannya. Ya, sudah, seharusnya kamu gak usah lewat jalan yang rame.
Referensi :
M. Moussaïd, N.Perozo, S. Garnier, D. Helbing, and G. Theraulaz. The walking behaviour of pedestrian social groups and its impact on crowd dynamics. PLoS ONE, 2010, 5(4):e10047

Krisis Keuangan: Menghitung Kemungkinan Peristiwa Ekstrim

Prof. Dr. Holger Dette, Dr. Axel Bücher dan Dr. Stanislav Volgushev dari Institute of Statistics (Fakultas Matematika  Ruhr-Universität) menerbitkan temuan mereka dalam jurnal The Annals of Statistics.
Hal besar diawali dengan yang Kecil
Hingga sekarang, ketika statistikawan memperkirakan kemungkinan peristiwa ekstrim, mereka biasanya menghitung dengan ketergantungan antara pencilan dari deret statistik. Pencilan, walau begitu, menyusun bagian terkecil data set, yaitu terbesar 100 dari 3600 data. Itu artinya mereka mengabaikan ketergantungan banyak data set yang relevan, yaitu 3500 data, dan karenanya mengambil resiko hilangnya informasi penting.  Axel Bücher menunjukkan bagaimana masalah ini dapat dipecahkan: “Penelitian kami memberikan alat keputusan untuk mengetahui apakah lebih baik memakai keseluruhan data dan tidak hanya pencilan. Bila semua data relevan, maka mereka harus dimasukkan. Walau begitu, hal ini tidak selalu terjadi. Kadang data ini akan menyalahkan hasil.”
Fungsi multidimensi
Para peneliti menggunakan fungsi kopula untuk evaluasi. “Ini adalah fungsi multi dimensi yang rumit, dimana mengkarakterkan ketergantungan stokastik antar data,” jelas   Stanislav Volgushev. Dengan bantuan ini, beberapa tahun lalu kami menemukan kalau banyak rayap mencari jalan mereka ke landasan kayu pada pasar keuangan global, sementara kami mencari predator besar.
Krisis keuangan sebagai motivasi penelitian
“Penelitian kami sangat dimotivasi oleh krisis keuangan terbaru. Pada saat itu, hampir semua model ekonomi dan alat penyiaran untuk kerugian pinjaman gagal karena mereka tidak memberikan perhatian yang cukup pada ketergantungan ekstrim. Dalam jangka panjang, kami mencoba mengembangkan model dan metode yang meramalkan peristiwa demikian lebih baik lagi,” kata Prof Dette, menjelaskan alasan penelitian mereka.
 Selama beberapa tahun, tiga peneliti ini telah mencari metode baru statistik asimptotik yang bekerja dengan ukuran sampel mendekati tak hingga. Mereka dibiayai oleh   German Research Foundation (DFG) di Collaborative Research Centre SFB 823 “Statistical modelling of nonlinear dynamic processes.”
Sumber berita
Referensi jurnal
Axel Bücher, Holger Dette, Stanislav Volgushev. New estimators of the Pickands dependence function and a test for extreme-value dependenceThe Annals of Statistics, 2011; 39 (4): 1963 DOI:10.1214/11-AOS890

KERJA OTAK LEBIH AKTIF SAAT SESEORANG BERDOA ATAU SHALAT



Sebuah penelitian medis baru-baru ini mengungkapkan adanya serangkaian perubahan dalam tubuh manusia selama ia dalam keadaan berdoa (shalat) atau meditasi. Menurut penelitian tersebut, perubahan pertama yang tampak adalah adanya integrasi pikiran sepenuhnya dengan alam semesta setelah lima puluh detik memulai doa (shalat).


Studi yang dilakukan oleh Ramchandran, seorang peneliti Amerika, bersama-sama dengan sekelompok peneliti lainnya menunjukkan bahwa laju pernapasan dan konsumsi oksigen dalam tubuh manusia berkurang selama doa (shalat) dalam kisaran antara 20 dan 30%, di samping resistensi kulit meningkat dan darah tinggi lebih membeku.

Hasil penelitian tersebut melaporkan bahwa sebuah gambar yang ditangkap melalui CT scan menunjukkan adanya aktivitas kerja otak yang sangat menakjubkan selama seseorang itu berdoa (shalat). Tercatat bahwa gambar otak seseorang dalam keadaan berdoa (shalat) atau meditasi berbeda dengan gambar (otak) dalam keadaan normal.

Aktivitas sel-sel saraf di otak telah berkurang dan terdapat warna mengkilap yang muncul di radiologi.

Ramchandran menegaskan bahwa hasil gambar ini merupakan bukti ilmiah mengenai apa yang yang disebut “spiritual transenden” dan kehadiran agama di dalam otak, yang membawa dampak terhadap seluruh anggota, seperti otot, mata, sendi dan keseimbangan organ-organ tubuh.

Ia juga menambahkan bahwa semua anggota tubuh mengirim sinyal ke otak selama seseorang berdoa (shalat) atau meditasi, hal inilah yang menyebabkan aktivitas otak meningkat, sehingga otak kehilangan kontak dengan tubuh sepenuhnya hanya menjadi pikiran murni dan menarik diri dari alam dunia ke dunia lain.

Pada gilirannya, penelitian tersebut merupakan upaya yang signifikan dari para ilmuwan untuk mengungkap batas hambatan antara manusia dan rahasia otak. Penelitian ini mendapat apresiasi kepuasan dari sebuah penerbitan Sains di AS. Penelitian ini penting untuk menjelaskan hubungan antara agama dan ilmu pengetahuan.

Yang perlu diperhatikan bahwa hal ini benar-benar membantah hasil studi dan penelitian William James, seorang pelopor psikologi agama, tentang misteri agama dalam otak yang menyimpulkan bahwa ilmu pengetahuan dan agama adalah dua dunia yang sama sekali berbeda. (sumber : ech-chaab.net)

Membentuk Guru Matematika yang Lebih Baik


Matematika Unik.

Dalam sebuah makalah yang diterbitkan tanggal 23 juni 2011 dalam jurnalScience bagian forum pendidikan, Dr Brent Davis dari Universitas Calgary mengatakan kalau penelitian tidak mendukungkeyakinan ini. Ada sedikit sekali bukti kalau pelajaran matematika tingkat lanjut mendorong pendidikan yang efektif.
 “Anda tahu perasaan tersebut, ketika anda mencoba menjelaskan pada anak bagaimana menambah bilangan banyak angka, dan anda menyadari kalau menjadi begitu jelas dan masuk akal kalau anda bertanya mengapa itu terasa sulit?” tanya Davis, profesor dan kepala jurusan pendidikan matematika di fakultas pendidikan.
 “Itu mengapa anda ingin menjadi seorang pakar, dan itu yang menyebabkan anda terhalang menjadi guru yang efektif. Dengan bertahun-tahun latihan dan pengalaman, mudah untuk melupakan sulitnya terlibat menjadi seorang yang baru belajar matematika untuk memahaminya.”
Dalam makalahnya,   “Mathematics Teachers’ Subtle, Complex Disciplinary Knowledge,” Davis berpendapat kalau studi terbaru menekankan pentingnya pengetahuan eksplisit guru mengenai muatan pelajaran matematika, juga sama berharganya bagi guru matematika untuk merasa nyaman dengan pengetahuan tasit yang tidak jelas dalam matematika. Tantangannya, kata Davis, adalah menemukan cara mengetahui pengetahuan tersebut.
 Davis memakai contoh perkalian untuk menunjukkan bagaimana guru dapat menerapkan pengetahuan implisit menggunakan berbagai pendekatan untuk menjelaskan kehalusan matematika pada siswa mereka. Ketika memperkenalkan perkalian, konsep langsung penambahan berulang menjadi lebih jelas dengan penerapan yang lebih kompleks, seperti mengalikan pecahan atau mengalikan bilangan negatif.
Davis percaya jika guru mampu mengembangkan pemahaman matematika yang lebih mendalam bersama murid mereka, itu dapat mencegah siswa frustasi dalam mata pelajaran yang lebih tinggi dan mempersiapkan mereka menyumbang dalam ekonomi berbasis pengetahuan.
 “Kita dapat membentuk guru matematika yang lebih baik,” kata Davis. “Namun lebih tentang keterlibatan satu sama lain untuk mendekonstruksi konsep daripada tentang belajar matematika lebih tinggi atau terlibat dalam pemecahan masalah.”

Sumber berita:
Referensi jurnal :
Brent Davis. Mathematics Teachers’ Subtle, Complex Disciplinary KnowledgeScience, 24 June 2011: Vol. 332 no. 6037 pp. 1506-1507 DOI:10.1126/science.1193541