Kamis, 07 April 2016

Podo-podo tinggal nganggo, ngopo gak milih seng unggul

Sebuah pertanyaan yang sederhana namun memerlukan sebuah analisa yang cukup.   Misal saja kita melihat ada seorang siswa  A berada dalam sebuh kelas. Ketika itu sedang berlangsung pelajaran Biologi oleh guru pengajar. Anehnya, si anak A teerlihat tidak begitu antusiasme dalam pelajaran. Ia terlihat sedang asyiik membaca dan mempelajari pelajaran lain. Setelah ditegur oleh sang guru, ia menjawab bahwa sedang mempeljari Matematika. Seketika itu pula siswa A diusir dari ruang kelas   Bagaimana anda menanggapi hal ini ? Benarkah yang dilakukan sang guru ? Salahkah yang dilakukan si A  ? Semasa di sekolah, kita tentu telah mempelajari sejarah konstitusi Indonesia. Dalam PKN dan atau Sejarah Indonesia, tentu kita telah mendapt pelajaran bahwa DPR RI pada masa Orde Lama pernah dibubarka oleh Presiden Soekarno, atau Dewan Konstituante era  Soekarno juga pernah dibubarkan. Hal itu dikategorikan dalm Sejarah sebgai “penyelewengan era Orde Lama”. Apa s3benarnya yang menjadi alasan Soekarno untuk melakukan tidakan itu ? Inilah yang kita sebut kedisiplinan yang munafik.  Soekarno melakukan itu semua atas dasar Indonesia adalah Negara Demokrasi PANCASILA. Sekarang kita diruang kelas “PANCASILA”, kalau ingin belajar Islam ya silahkan ke NegaraIslamseperti Arab Saudi.  Itu adalah kata yang sangat mungk8n dilontarkan oleh Soekarno. Ini jelas terlihat dengan sikapnya terhadap penerapan syariat Islam di Aceh yang digawangi oleh Muhammad Daud Beureuh. Soekarno melakukan penghianatan pada pejuang Islam. Ia membubarkan Masyumi yang sangat anggun sebagai partai Islam. Ini tidak ia lakukan jika ia mencintai Islam. Pernah kita mendengar wacana tentang penghapusan Agama dalam mata pelajaranndi bangku sekolah. Itu terjadi sekitar tahun 1977-1982, ketika ia menjabat sebagai menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Ini terlihat jelas dengan pengakuannya yang ia tulis melalui memoarnya yang ia terbitkan tahun 2006 silam. Ini semakin memperjelas arah Indonesia yang memojokkan Islam maupun agama lainnya di pentas pendidikkan Indonesia. Terlihat jelas dari sikap Soekarno, yang ia sendiri mengakui bahwa ia sangat ingin meniru M. Kemal Attaturk. Terlihat jelas ia lebih memilih meniru Dr Sun Yat Sen yang Komunis daripada mengamalkan ilmu dari pendeta Yahudi, A. Baars. Terlihat jelas dengan pembubaran DPR yang mayoritas Muslim. Terlihat jelas dengan pembubaran Dewan Konstituante yang didalamnya ada gembong-gembong Dakwah Islam (seperti Mohammad Natsir, atau Prof HAMKA). Di era reformasi, terlihat jelas dengan pengangkatan Megawati sebagai Presoden  (Islam dilarang mengangkat Imam dari kaum Perempun). Terlihat jelas dengan pengangkatan Susi Pudjiastuti sebagai menteri kelautan. Terlihat jelas dengan pengangkatan si Penjudi dalam kabinet Kerja ala Joko Widodo. Terlihat jelas dalam kasus Freeport yang hingga kini kontrak kerjanya masih dapat berjalan. Bukankah Indonesia itu Non-Blok ? bukankah dalam setiap pelajaran PKN maupun Sejarah Indonesia, gerakan nonblok untuk tidak memihak pada Komunisme di Timur, dengan Uni Soviet sebagai dalangnya ? non blok adalah tidak memeihak ke Barat dengan Liberalisme ditangan Amerika? Tidak cukupkah jabatan Indonesia sebagai pencetus GNB tahun 1961 dan ketua GNB pada tahun 1992 ? 
Aneh sekali saya saat menjalani ujian sekolah yang diselenggarakan tanggal 17 Maret lalu, pada soal PKN nomor 23 disebut jelas bahwa Liberalisme adalah ANCAMAN bagi bangsa Indonesia.  Mengapa Indonesia masih Pro Amerika ? ini sebuah jalan yang amat berbeda dari ucapan saat pidato Mendayung antara Dua Karang tertanggal 2 September 1948 oleh Bung Hatta di depan Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat. Inilah pendidikan kita. Jelas terlihat dalam sebuah lembar kerja siswa Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam untuk kelas XII semester genap karya Tim Edukatif HTS, terbitan CV Hayati Tumbuh Subur Surakarta. Pada halaman 53 di bab ke 10 point B, disebut nama Harun Nasoetion sebagai sumber referensi utama materi. Siapa yang takkenal dengan Prof. Harun Nasoetion ? ia adalah akarnya Liberalisme yang hidup dalam inang Islam. Mengapa Harun bukan ANCAMAN ? kalau ancaman smestinya tidak diajarkan. Bahkan, bukunya, Islam ditinjau dari Berbagai Aspeknya, merupakan buku pegangan wajib bagi Universitas Negeri ? yang bernuansa Islami. Inilah yang menempatkan Agama bukan bagian dari negara. Jika mempelajari agama, itu bukan urusan negara. Jika mempelajari Agama saat sedang dalam kelas PKN, dikeluarkan dari ruang kelas itu hal yang pantas. Jika anda mempelajari Islam dalam kelas Panvasila, silahkan keluar ! islam itu di lain pihak. Agama ada diluar mata pelajaran.  Pilihan yang harus kita ambil, keluar dari Indonesia dengan mmbawa panji Islam, atau meninggalkan Islam demi mendapat pelajaran Pancasila di kelas PKN ? Bukti kedua, sejak di tetapkan 18 Agustus tahun 1945, UUD 1945 telah mengalami 4 kali amandemen (1999, 2000, 2001, 2002). Sejak kongres Pendidikan pertama di Solo, 1946, sampai hari ini sudah 11 kali berganti Kurikulum Pendidikkan. Dari sini, mengapa kita tidak berfikir, tulalit sekali bangsa Indonesia. Sila pertama Pancasila yang kedudukkannya sebagai Rumah kita paling kokoh untuk  berrpijak, dirubah yang semula sudahtertulis dengan anggun di Jakarta Charter. Bila di banding negara atau RUMAH dari negeri lain, bisakah anda sebut manakah yang punya RUMAH yang belum pernah berubah ? Disini kami mengambil dari RUMAH yang paling berpengaruh sepanjang sejarah. Ialah Yahudi, Budddha, Jain, Zoroaster, Hindu, Konghucu, Kristen, Mani, dan Islam. D8antara peradaban ini, manakah yang punya RUMAH paling kokoh ? Taurat, Tripitaka, Baghavat Gita, Avesta, Weddha, Injil (Alkitab), dan Al Quran. Diantara daftar RUMAH tersebut, manakah yang punya predikat paling kokoh ? Al Quran ada dalam posisi terdepan. Bagaimana dengan Hadits yang kedudukannya sama seperti UUD 1945 dalam sistem Pancasila. Islam punya ISNAD yang begitu kokoh.  Lantas, dari kenyataan ini, mengapa kita tidak mengambil Al Quran saja sebagai rumah kita dan melupakan Pancasila ? Lha Pancasila kan asli buatan Indonesia. Itu milik kita sendiri.  Jadi, Al Quran bukan milikmu ? Silahkan keluar saja dari kelas ISLAM ! Pelajari saja kelas Pancasila, tinggallah dalam RUMAH Pancasila. Tinggalkan Al Quran ! Dan kita lihat, saya berani bertaruh, RUMAH Al Quran akan tetap yang paling kokoh. Anda akan hancur tenggelam bersama RUMAH Pancasilamu. 

Tidak ada komentar: