Sabtu, 07 Januari 2017

KAMU BERTANGGUNGJAWAB ATAS WILAYAHMU


Ketika Manusia Bercita-cita Melakukan Apa yang Tuhan Bisa Lakukan.



Fenomena ujian Nasional untuk SMA/SMK Se-Indonesia memang menjadi objek yang begitu mengundang perhatian lebih. Mata pelajaran yang di ujikan terdiri dari Matematika, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris untuk materi pokoknya. Mendapat tambahan dari Biologi, Fisika, dan Kimia untuk program IPA. Kemudian Ekonomi, Geografi dan Sejarah dalam program IPS. Para siswa terlihat begitu antusias menyambut hal itu. Berbagai kesibukan dilakukan untuk mempersiapkan diri. Sampai-sampai anak yang tidak suka belajar pun turut terjun dalam kesibukan itu. Belajar lebih banyak, mengurangi jatah bermain, menyiapkan mental dan kesehatan. Beberapa siswa mengaku begitu ngeri menghadapi UN. Entah diri yang belum siap, materi  yang belum 100% dikuasai, ataupun mengejar nilai yang terbaik. Sering kali terlihat mereka begitu tekun dan terfokus untuk mempersiapkan itu semua di detik-detik terakhir. Hal inilah yang sering kali membuat aneffektifitas pembelajaran. Mengejar sebanyak-banyaknya materi untuk mempersiapkan materi itu. Saya pun turut serta menjadi bagian itu. 
Satu keanehan yang saya dapatkan saat melakukan  persiapan itu. Ketika membuka bank soal, soal UN di bidang Biologi tahun 2013. Kami mendapatkan sebuah pelajaran berharga demi sebuah tujuan perjalanan kehidupan. Pada nomor ujian 40,secara gamblang disebut sebuah pernyataan bahwa ada diskontinuitas antara peran agama dan etika yang sudah sejak awal bumi berkembang telah mengisi setiap nafas manusia. Kini, kedudukannya hampir saja direbut oleh Ilmu Pengetahuan. Satu soal yang kami temukan adalah mengenai bioteknologi modern. Soal yang menyebut kelemahan dari peran bioteknologi dengan kehidupan manusia.
Apakah yang menyebabkan saya mengatakan kalau soal itu aneh?
Anda tentu juga pernah mendengar tentang Agama. Kalau menurut Prof. Sidi Ghazalba, Agama berakar dari 2 kata  dalam bahasa sanskerta. A yang merujuk pada tidak, dan gama yang merujuk pada kacau. Artinya Agama adalah suatu wadah bagi manusia untuk mengatur hidupnya agar tidak kacau. Sedangkan, ke tidak kacauan ini berorientasi pada sumber segala kekuatan di Alam, yaitu Tuhan yang Maha Kuasa.
Bila kita melihat pembahasan pada soal itu, kita akan menemukan keterangan yang absurd. Disebut, bahwa bioteknologi terutama Kloning, hibridoma, kultur jaringan, Gen insulin, plasmid adalah melanggar etika dan religi. Kloning dikatakan bertindak seolah seperti Tuhan yang mampu menciptakan dan menghilangkan nyawa sesuka hati. Ini tentu sangat mengusik kenyamanan para religiawan dalam mengatur tingkah laku manusia. Pasalnya, kenapa tugas yang seharusnya milik Tuhan malah di ambil alih oleh Manusia ?
Dalam kasus ini, kami punya sedikit ilustrasi yang mungkin bisa menggambarkan keadaan ini.
Pada suatu pagi, sebelum masa KBM di kelas pada sebuah sekolah menengah dimulai, seorang siswa tengah santai dan siap mengikuti kelas hari itu. Seorang siswa bernama Jago yang terkenal cukup unggul di kelas tiba-tiba berdiri di depan kelas dan berkata kepada teman-temannya, “selamat pagi anak-anak..” (sembari menirukan logat seorang guru Matematika yang akan mengajar di jam pertama.) Memang, semua siswa sudah hafal dengan style sang guru itu, dan tertawalah para siswa di kelas itu. Tanpa berfikir apa yang akan terjadi, Jago melanjutkan aksinya dengan mengajukan pertanyaan kepada teman-temannya, persis seperti sang guru bertanya kepada mereka. Ini dilakukan berkali-kali, karena memang, mereka sudah sangat hafal dengan gaya sang guru.
Beberapa menit kejadian itu berlangsung, sang guru ternyata sudah berada di dekat pintu, namun karena sang guru mengetahui apa yang terjadi di dalam. Jago tetap pada posisi dan ia beradu otak dengan teman-temannya dalam menyelesaikan soal yang ia ajukan, tetap dengan style sang guru. Ternyata memang luar biasa, Jago sangat hafal dan lihai mempraktikkan style dari sang guru. Akhirnya, sang guru mengetuk pintu dan memberi salam. Sontak seluruh isi kelas ribut menempatkan diri dan membalas salam dari guru tersebut. Namun, anehnya, Jago tidak menghiraukan kode dari teman-temannya yang memberitahukan bahwa guru sudah datang. Ia tetap melakukan kekonyolannya dalam menggantikan posisi sang guru di kelas.
Melihat sikap Jago yang demikian, sang guru coba memberikan isyarat agar si Jago mundur dan duduk di tempat duduknya. Namun, apalah dikata, Jago malah berkata kepada sang guru, “looh, saya kan juga bisa menyelesaikan soal seperti yang bapak sering lakukan. Kenapa saya harus mundur. Coba lihat, siapa diantara mereka yang bisa seperti ini ?.”
Sang guru menjawab, “sebentar nak, bukankah tugas siswa itu mendapat pelajaran dari guru, dan guru bertugas mengajari kalian ?”
“Tugas kami memang menjalankan perintah dan tugas dari guru, namun, jika saya bisa menjadi seperti guru, kenapa saya harus tunduk dan patuh pada perintah dan tugas guru ?” balas si Jago. “tapi ini bukan waktunya nak, sekarang waktu kamu belajar di kelas dan menjadi objek pengajaran guru. Nanti, kalo kamu sudah lulus dan sudah memenuhi syarat untuk menjadi seorang guru, silahkan kamu menggantikan posisi saya, tapi waktu ini, kamu belum punya hak untuk seperti itu.” Pungkas sang guru.

Dari ilustrasi pendek tersebut, kita bisa mengambil sebuah pelajaran, bahwa ketika seorang dengan tugas dan kewajiban yang di dapat sesuai posisinya menjadikan ia dilarang keras untuk merebut tugas dan kewajiban pihak lain. Tidak akan di izinkan seorang peserta ujian untuk menjadi pengawas dengan meninggalkan tugasnya mengerjakan ujian, walau ia sudah mengerjakan, ia tetap tidak diizinkan melakukan tugas dari pengawas ujian. Apabila ketentuan ujian itu dilanggar oleh seorang peserta, tentu, sanksi DO atau diskualifikasi yang harus ia terima. Karena ia telah keluar wilayah. Begitu pula misal dalam sebuah bank, ada suatu wilayah yang hanya boleh dimasuki oleh karyawan bank, selain itu haram hukumnya. Ketika ada seorang nasabah yang nekat masuk ke wilayah itu dan menjalankan pekerjaan seperti yang di lakukan oleh pegawai bank, tentu, pihak bank akan memberi peringatan dan bahkan menuntut ke jalur hukum.
Mengenai bioteknologi yang kami sebutkan, kami akan sedikit memberi keterangan mengapa bisa kami anggap problem. Kloning, sebagaimana kami dapati, bahwa secara umum berarti suatu upaya tindakan untuk memproduksi atau menggandakan sejumlah individu yang hasilnya secara genetik sama persis (identik) berasal dari induk yang sama, mempunyai susunan (jumlah dan gen) yang sama. Kultur Jaringan adalah suatu metode untuk mengisolasi bagian dari tanaman seperti sekelompok sel atau jaringan yang ditumbuhkan dengan kondisi aseptik, sehingga bagian tanaman tersebut dapat memperbanyak diri tumbuh menjadi tanaman lengkap kembali. Hibridoma adalah sel-sel yang dihasilkan dengan cara peleburan atau fusi dua tipe sel yang berbeda menjadi kesatuan tunggal yang mengandung gen-gen dari kedua yang digabungkan. Gen Insulin ialah insulin adalah protein kecil sederhana yang terdiri dari 51 asam amino, 30 di antaranya merupakan satu rantai polipeptida, dan 21 lainnya yang membentuk rantai kedua.
Semua rekayasa manusia di atas adalah sebuah usaha yang sama dalam hal tujuan, yaitu menghendaki supaya manusia berusaha menolak cacat dan kematian makhluk hidup. Para ilmuwan ini bekerja keras menciptakan bibit-bibit makhluk hidup unggul dengan kapabilitas lebih dan mampu terhindar dari segala kekurangan. Satu hal yang menjadi problem, bukankah seharusnya manusia telah kelewat batas ketika mereka bercita-cita ingin melakukan apa yang menjadi tugas Tuhan Semesta Alam ? Apakah memang tidak puas manusia ini melihat apa yang sudah Tuhan berikan ?
Ternyata, jawaban atas hal ini telah tertulis indah dalam kitab agama samawi  yang tiga, yaitu Taurat, Al Kitab, dan Al Quran. Dalam Taurat dan Alkitab, disebutkan Adam dan Hawa diusir oleh Tuhan dari Taman Eden karena melanggar perjanjian, bahwa ia dilarang untuk mendekati dan memetik buah Pengetahuan di tengah Taman. Karena Adam dan Hawa memetiknya lalu memakannya, mereka menjadi bagian dari Tuhan dan Malaikat yang tahu akan hal baik dan buruk. Karena wilayah Tuhan telah di jajah oleh Adam, maka ia diturunkan derajatnya, dari penghuni Taman yang penuh kenikmatan, menuju Bumi yang ia harus bersusah payah mencari kehidupan. Kisah ini juga di dapat dari Al Quran, Kitab Yobel dan Henokh dari Kitab Apocrifa. 
Bukankah itu menjadi pelajaran bagi manusia, ketika Adam telah melakukan dosa berupa memasuki wilayah Tuhan, ia di turunkan derajatnya dan di kutuk untuk kesusahan hidup di Bumi dan akan saling bermusuhan. Ini tentu akan memberikan peluang bahwa ketika manusia kembali melakukan dosa yang senada dengan Adam, tak khayal, Tuhan akan marah dan mengutuk manusia menjadi lebih hina lagi. Siapa yang lantas dapat dijadikan penanggungjawab ? Para ilmuwan yang minim akan ilmu keagamaanlah yang akan bertanggungjawab, sebab mereka akan mampu melakukan hal yang manusia awam tidak dapat melakukannya. Mereka yang jenius ini akan mampu melakukan apa yang menurut orang awam adalah khayal. Termasukpun sebuah karya yang diharapkan mereka akan mampu menciptakan kehidupan. Bahkan, cita-cita abad 21 ini, manusia berusaha mencari tempat lain selain muka bumi untuk berlari menghindari hari kehancuran yang telah ditulis dalam Kitab Suci agama Samawi itu. 
Penemuan Planet Nibbiru, pembuatan Pesawat antar Planet yang kecepatannya melebihi kecepatan cahaya, penciptaan makhluk hidup, penolakan atas takdir tua dan mati, semua di lakukan atas dasar manusia tidak mau pergi dari dunia nyata ini. Mereka ingin tetap berada disini selamanya dan tidak percaya akan masa yang lebih baik daripada masa di dunia ini. Ini tentu sangat mengusik kenyamanan para agamawan yang berjuang mati-matian untuk menomer dua kan kehidupan dunia dan mengutamakan kepentingan untuk hari esok di negeri Akhirat.
Maka, ketika sebuah kejayaan Intelektual yang tidak di barengi dengan beningnya hati dalam ranah agama, mustahil kehidupan yang indah nan damai akan tercipta. Ketika sebuah pertanyaan muncul, apa gunanya agama ? Benarkah Tuhan itu ada ? Maka kembalikan semua yang mereka pertanyakan, bukankah Huruf, Angka, Gambar, Perkakas, Sinar, atau Sebuah Suara, lahir karena adanya subjek pencipta. Tak ada sebuah objek yang muncul dari ketiadaan tanpa di ciptakan. Jika sebuah suara mampu di ciptakan oleh manusia dengan alat yang ada, lantas, bukankah seharusnya Galaksi dan alam raya ini ada yang menciptakan ? Manusia ? Oh, tentu tidak, bagaimana mungkin manusia menciptakan Alam semesta, sedangkan ia tidak pernah di kenal dalam sejarah ?
Maka begitulah kiranya, Pencipta Alam Semesta adalah Tuhan. Sangat jelas terlihat, apabila Tuhan marah dan tidak lagi percaya pada Manusia, bukankah DIA akan melakukan hal yang tidak diinginkan manusia. Jika CiptaanNYA ini di hancurkan karena Tuhan kesal dengan ulah manusia yang terus menuntut agar Manusia bisa seperti Tuhan, apa yang akan terjadi ? Manusia akan kehilangan Alam Semesta, dan Manusia akan kehilangan tempat untuk melakukan berbagai eksperimen agar ia bisa melakukan apa yang Tuhan bisa lakukan.


Diselesaikan di Balikpapan
Sabtu, 7 Januari 2017. Pkl 20.35 WITA
ARIF YUSUF