Sabtu, 09 April 2016

KWALITAS NEGARA ADA PADA PENDIDIKKAN


“Warisan yang paling berharga yang dapat saya berikan adalah membiarkan mereka sanggup berusaha sendiri.”, Soichiro Honda (pendiri Perusahaan otomotif HONDA)

Apa yang dapat kita bayangkan bila kita selaku anak muda di biarkan hidup sendiri dalam lingkungan sosial ?
Barangkali kita akan merasakan sebuah kebebasan yang tiada tara. Bertindak semau kita, berkelana sejauh mungkin untuk mencari kepuasan hedonis, meluanglang buana demi bersenang-senang mungkin. Tapi itu tidak dikehendaki oleh Soichiro Honda. Ia hanya mau agar anak-anqknya kelak menjadi seorang yang mandiri, kreatif, inovatif dan aktif edukatif. Yang ia harapkan kelak anak-anaknya bisa bersaing di sosial masyarakat dengan ketrampilan berkarya yang mungkin ia pelajari dari manapun. Meskipun tanpa bantuan orang tua, anak-anaknya sqnggup membangun sebuah pribadi yang superpower.
Ketika awal tahun 2014 yang lalu, Kementrian Pendidikkan dan Kebudayaan RI telah mengajukan sebuah bentuk kurikulum yang seringkali terlihat menimbulkan polemik bagi para pelaku dunia pendidikkan. Kurikulum INI agaknya kits tanggapi secara bijaksana dengan positif thinking. Pasalnya, kita telah ditempatkan pada posisi dimana kretifitas, keaktifan Dan kemandirian yang tinggi yang diharapkan akan menciptakan sebuah produk yang di at as rata-rata. Dalam kurikulum ini, diharapkan setelah selesai dari negeri pengabdian ilmu, para siswa akan memiliki suatu keahlian khusus dalam suatu aspek. Berbeda dengan kurikulum KTSP yang lalu yang notabene hanya mengejar status siswa. Barangkali dalam kurtilas ini, para pejabat negara menghendaki agar pemuda Indonesia dilatih dan dibiasakan untuk beraktifitas secara mandiri. Begitu indah bila memang alasannya untuk meniru kesuksesan Jepang.
Bila kita mereview ulang ke arah 1,5 dekade yang lalu, TIMMS (1999) telah merilis daftar negara yang di uji untuk mengetahui kemampuan intelektual siswa sekolah. Dari 38 negara yang terkait, Indonesia menempati posisi ke 32 untuk bidang Sains (IPA) dan 34 untuk bidang Matematika. Hal ini menjadi sebuah pukulan keras bagi penyelenggara dunia pendidikkan di Indonesia. Semakin membahagiakan bila kita bisa mendapatkan bahwa para pahlawan tanpa tanda jasa di Indonesia berkenan untuk merubah mindset. Hal ini mengingat apa yang telah disampaikan oleh TA Romberg, di dalam bukunya Mathematics Classroom that Promotate Understanding mengatakan bahwa banyak materi IPA dan Matematika yang terlalu abstrak sehingga menyebabkan miss konsepsi dari para peserta didik. Sehingga bila diadakan sebuah gerakan perubahan dari para petinggi pendidikkan kami rasa akan memberi nafas segar bagi dunia pendidikkan Indonesia.
Menarik untuk disimak apa yang pernah disampaikan oleh mantan Menteri Agama RI yang pertama, Muhammad Natsir. Pada tepat 6 tahun kemerdekaan RI, 17 Agustus 1951, ia menulis sebuah artikel berjudul “Jangan Berhenti Tangan Mendayung, Nanti Arus membawa Hanyut.” Dalam tulisan itu ia menyetukui ungkapan Dr G.J Neauwenhuis, “suatu bangsa tidak akan maju sebelum ada diantara bangsa itu segolongan guru yang rela berkorban demi bangsanya.” Ini bukan sekedar isapan jempol belaka, perlu tindakan lebih lanjut guna mengumandangkan kembali nilai-nilai persatuan dan kebangkitan nasional. Semua berakar dari dunia pendidikkan, seperti yang diungkapkan M. Nuh pada pertemuan LPTPK di auditorium Unimed, 15 April 2010. Pendidikkan akan menjadi sebuah identitas bangsa, sebagaimana yang telah dikatakan oleh mantan Mendiknas ini.
Bukanlah sebuah keterasingan bila kita kembali mengoreksi apa yang telah diperintahkan oleh para petinggi kependidikkan negara. Tahun 2010 telah dimulai misi pendidikkan yang baru. Pendidikkan karakter yang diharapkan bisa menjadi tumpuan g mengarungi lautan internasional. Namun, apa yang kita temukan tidaklah sejalan dengan yang harusnya diharapkan. Pendidikkan moral dan karakter itu malah menjadi sebuah materi tertulis wajib. Mereka menghafalnya, mempelajarinya dengan tekun berharap akan keluar dalam ujian. Sehingga setelah dewasa, seperti yang digambarkan oleh Prof HAMKA, dalam bukunya, Pribadi yang terbit tahun 1982 mengatakan bahwa banyaknya para doaen, insinyur, guru, dokter yang bukunya segudang, jabatan tinggi, namun mereka mati di masyarakat. Mereka digambarkan sebagai seorang hedonis, gelarnya untuk mencari uang semata, hatinya membatu yang tak lagibpunya cita-cita kecuali untuk sebuah kesenangan pribadi. 
Memasukki periode ketiga setelah Pemilu 2004, Indonesia kini dipimpin oleh seorang tokoh yang sangat mencengangkan perannya. Seorang yang digadang-gadang mampu membawa bangsa ini ke tanah yang lebih baik lagi. Menjadi salah satu nama walikota terbaik se dunia menjadikan nama Jokowi luarbiasa. Satu tahun kerja, ia telah membuat gebrakan dengan meniadakan hukum lama yang di pakai para founding father. Meakipun begitu, nampaknya ia ingin seperti yang dilakukan oleh pendahulunya, Ir Soekarno. Pada masa pemerintahan orde lama, era Demokrasi Terpimpin, ia dengan lantang membubarkan DPR dan menggantinya dengan DPR Gotong Royong. Dengan kebijakan itu, jelas bahwa presiden menginginkan para pejabat pemerintahan adalah orang-orang dengan ketulusan kerja demi masa depan bangsa. Ini pula yang menjadi tujuan Jokowi. Jokowi menyebut pemerintahannya adalah Kabinet Kerja.
Seorang yang paling berpengaruh bagi dunia pendidikkan Indonesia telah memberikan sebuah formula yang cukup menjanjikan. Soewardi Soerjaningrat, atau familiar dengan nama Ki Hajar Dewantara didalam bukunya, Pendidikan (1977) halaman 323 menyebut bahwa pendidikkan seharusnya membentuk pribadi dengan intelek yang mumpuni, moral yang terhormat dan tentunya jasmani dengan kwalitas skill mumpuni. Maka apa yang dilakukan oleh bapak Jokowi memang bisa menjadi pelajaran bagi kita. Dikala para pelaku pendisikkan tidak punya andil dalam kinerja negara, seorang yang bukan lulusan sekolahpun tak segan untuk didatanginya. Hal ini terlihat jelas seperti saat beliau mengangkat Susi Pudjiastuti sebagai Menteri Kelautan. 
Pendidikkan hari ini perlu kita pertanyakan, apakah yang sebenarnya terjadi pada penyelenggara pendidikkan itu. Mengapa Presiden sampai hati mengangkat lulusan Sekolah Menengah sebagai Menteri ? Padahal banyak para insinyur, profesor, dan ribuan sarjana kelautan di Indoneaia.
Keahlian para sarjana dalam menghadapi problem memang pantas dipertanyakan. Maka adalah berguna jika kami menyebut statement kami, seharuanya kwalitas skill para sarjana ini bisa dilakukan tindakan preventif. Semasa sekolah di jenjang yang wajib – kini Indonesia hendak mencanangkan progran wajib belajar 12 tahun – seharusnya aiawa sudah dibekali keahlian dalam menghadapi realitas sosial. Seperti contoh pada negeri Yahudi, Israel, dimana para pelajar dipaksa untuk benar-benar bekerja dalam sosial. Sebelum para sarjana dinyatakan lulus, mereka harus menciptakan sebuah proyek, sesuai bidang masing-masing yang bukan hanya sebuah coretan hitam diatas putih. Hal ini sangat berbeda dengan Indonesia. Jika kita melihat, dari pengakuan asli para sarjana (kami mendapati dari beberapa guru dengan title masing-masing, S1, ataupun S2, dimana mereka cukup cerdik mengelabuhi para penguji dwngan hanya memainkan kata-kata di atas kertas) sistem pengujian kelulusan siswa sangatlah mudah. Tak perlu repot dalam proyek, tak perlu susah payah mengejar nilai sempurna. Asalkan ada uang, asalkan ada kejeniusan dalam merekayasa, kata LULUS bukan hal yang tabu. 
Inilah yang seharusnya kita berani untuk mengatakan kepada seluruh masyarakat Indoneaia. Negara tak butuh Ijasahmu, Negara tak butuh nilai bagusmu, hanya saja yang dibutuhkan negara adalah Kwalitas Pendidikkanmu.
Seorang guru, bila memang ia cinta negara, ia bangga dengan negaranya, seharusnya tak segan memberi target besar dan tak begitu mudah untuk memberi nilai. Meskipun itu melanggar konvensi, meskipun aengkau harus kehilangan jabatan, meskipun anak cucumu kelaparan. Mengapa ? Karena engkau adalah PAHLAWAN.

Study Bible, Bab 2

B.  HILANGNYA IDENTITAS
Sebagaimana kita ketahui, bahwa dalam catatan Sejarah, tidaklah ada ketetapan pasti dimana, kapan dan saat-saat seperti apa Yesus lahir. Hanya perkiraan saja yang tersebar luas di Masyarakat.Kisah kehidupan Isa as jika dikaitkan dengan Perjanjian Baru tentulah sudah tidak asing lagi bagi pkita semua , karena itu bisa membosankan jika dikunyah-kunyah lagi. Tapi, ada juga segi-segi yang masih layak dicatat.
Pertama, sebagian terbesar informasi yang kita peroleh tentang kehidupan Isa tidak karu-karuan, simpang-siur tak menentu. Bahkan kita tidak tahu siapa nama aslinya. Besar kemungkinan nama aslinya Yehoshua, sebuah nama umum orang Yahudi (orang Inggris menyebutnya Yoshua). Dan tahun kelahirannya pun tidaklah pasti, walaupun tahun 6 sebelum Masehi dapat dijadikan pegangan.Bahkan tahun wafatnya pun yang mestinya diketahui dengan jelas oleh para pengikutnya, juga belum bisa dipastikan hingga hari ini. Isa sendiri tidak meninggalkan karya tulisan samasekali, sehingga sebetulnya segala sesuatu mengenai peri kehidupannya berpegang pada penjelasan Perjanjian Baru.
Seluruh kehidupan yang ia alami tidaklah jelas diperhatikan oleh orang-orang disekitarnya. Sebagaimana Informasi yang disampaikan oleh Lukas, bahwa ia menulis bukan dari perintah langsung Isa as, namun, ia menuliskan menurut apa yang diterimanya tersebar di masyarakat. Walaupun memang hal ini bukanlah sebuah aib, tapi lihatlah !apakah keabshahan dari berita yang diterima oleh Lukas ini bisa di agungkan ?
Kami rasa tidak, informasi yang seharusnya kita sampaikan bahkan jika hal itu menyangkut masyarakat dunia, seharusnya harus disertai perincian maraji’ yang jelas. Sehingga yang disampaikan pada kita tidak menimbulkan polemic, dan memenuhi persyaratan 5 W 1 H. Hal inilah yang membedakan antara ilmu agama Islam dengan ilmu agama manapun, karena kita tahu bahwa Islam telah tinggi dengan ISNAD yang dimiliki dalam rangka periwayatan Hadits.
Para ulama hadits tidak mau menerima hadits yang datang kepada mereka melainkan jika mempunyai sanad, mereka melakukan demikian sejak tersebarnya dusta atas nama Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang dipelopori oleh orang-orang Syi’ah.
Seorang Tabi’in yang bernama Muhammad bin Sirin (wafat tahun 110 H) rahimahullah berkata, “Mereka (yakni para ulama hadits) tadinya tidak menanyakan tentang sanad, tetapi tatkala terjadi fitnah, mereka berkata, ‘Sebutkan kepada kami nama rawi-rawimu, bila dilihat yang menyampaikannya Ahlus Sunnah, maka haditsnya diterima, tetapi bila yang menyampaikannya ahlul bid’ah, maka haditsnya ditolak.”
Kemudian, semenjak itu para ulama meneliti setiap sanad yang sampai kepada mereka dan bila syarat-syarat hadits shahih dan hasan terpenuhi, maka mereka menerima hadits tersebut sebagai hujjah, dan bila syarat-syarat tersebut tidak terpenuhi, maka mereka menolaknya.
Michael H. Hart dalam bukunya menuliskan :
Malangnya, ajaran-ajaran Isa bertentangan satu sama lain dalam banyak pokok masalah. Matthew dan Lukas menyuguhkan versi yang samasekali berbeda mengenai kata-kata akhir yang diucapkan Isa.Kedua versi ini sepintas lalu tampak berasal dari kutipan-kutipan langsung dari Perjanjian Lama.
Apabila peninggalan Isa semata-rnata dalam kwalitas selaku pemuka spirituaI, tentu saja tepat jika orang mempertanyakan sampai sejauh mana gagasan spiritualnya mempengaruhi dunia.Salah satu sentral ajaran Isa tentu saja Golden Rule-nya.Kini, Golden Rule-nya itu sudah diterima oleh banyak orang, apakah dia itu Nasrani atau bukan sebagai patokan tingkah laku moral.
Kita bisa saja berbuat tidak selalu atas dasar patokan itu, tetapi sedikitnya kita mencoba menyelusuri relnya.Jika Isa benar merupakan perumus pertama dari patokan dan petunjuk yang sudah diterima sebagai hampir prinsip yang universal, bisa dipastikan dia layak didudukkan pada urutan pertama daftar ini.
Tapi, fakta menunjukkan yang namanya, Golden Rule itu sebenarnya sudah menjadi patokan yang jadi pegangan Yudaisme, jauh sebetum Isa lahir. Pendeta Hillel, pemuka Yahudi yang hidup satu abad sebelum Masehi secara terang-terangan mengatakan bahwa Golden Rule itu adalah patokan utama Yudaisme.
Hal ini bukan saja diketahui oleh dunia Barat melainkan juga Timur.Filosof Cina Kong Hu-Cu telah mengusulkan konsepsi ini pada tahun 500 sebelum Masehi.Juga kata-kata seperti itu terdapat di dalam Mahabharata, kumpulan puisi Hindu purba.Jadi, kenyataan menunjukkan bahwa filosofi yang terkandung di dalam The Golden Rule diterima oleh hampir tiap kelompok agama besar.Apakah ini berarti Isa tak punya gagasan etik yang orisinil? Bukan begitu! Pandangan yang bermutu tinggi dan terang benderang di persembahkan dalam Matthew 5:43-44
Kamu dengar apa yang dikatakan bahwa kamu harus mencintai tetanggamu dan membenci musuhmu. Tapi kukatakan padamu, kasihanilah mereka yang telah mengutukmu, berbuat baiklah kepada mereka yang membencimu, berdoalah buat mereka yang menaruh dendam kepadamu dan menganiayamu.
Dan kalimat sebelumnya berbunyi " ... janganlah melawan kejahatan. Jika mereka tampar pipi kananmu, berikan pipi kirimu juga."
Kini, pendapat ini bukan merupakan bagian dari Yudaisme di masa Isa dan bukan pula jadi bagian pegangan Agama-agama lain. Sudah dapat dipastikan merupakan yang pernah terdengar. Apabila ide ini dianut secara meluas, saya tidak ragu maupun bimbang sedikit pun menempatkan Yesus dalam urutan pertama dalam daftar.
Tapi, kenyataan menunjukkan anutan ide itu tidaklah meluas benar.Malahan, umumnya takkan bisa diterima.Sebagian besar pemeluk Nasrani rnenganggap perintah "Cintailah musuhmu" hanyalah bisa direalisir dalam dunia sempurna, tapi tidak bisa jalan selaku penuntun tingkah laku di dunia tempat kita semua hidup sekarang ini.Umumnya ajaran itu tidak dilaksanakan, dan pula tidak mengharapkan orang lain melakukannya.Kepada anak-anak pun kita tidak memberi ajaran begitu.Ajaran Isa yang paling nyata adalah tetap merupakan semacam ajaran yang bersifat kelompok dan secara mendasar tak lewat anjuran yang teruji lebih dulu.
Tiga dari empat injil, Matius, Markus, dan Lukas, dikenal sebagai injil sinoptik sebab ketiganya menampilkan banyak kesamaan dalam isi, penyusunan narasi, bahasa, dan struktur kalimat dan paragraf. Ketiga injil ini ju- ga dianggap memiliki sudut pandang yang sama.
Injil kanonik keempat,Injil Yohanes, memiliki perbedaan di- bandingkan ketiga injil terdahulu. Setiap Injil menggambarkan kehidupan Yesus dari sudut pandang yang berbeda.
Secara khusus, Injil Yohanes bukanlah suatu biograļ¬ Yesus tetapi sebuah penjelasan teologis mengenai Yesus dari segi KeTuhanan-Nya .
Injil Markus memerikan Yesus sebagai seseorang yang heroik, karismatik dan memiliki kekuasaan yang tinggi.Injil Matius menggambarkan Yesus khususnya sebagai pemenuhan nubuatan nabi-nabi Yahudi.Lukas menekankan perbuatan-perbuatan ajaib yang Yesus lakukan serta dukunganNya terhadap wanita dan kaum miskin.Yohanes memandang kehidupan Yesus di bu- mi sebagai perwujudan Firman Tuhan.
Injil Yohanes dimulai dengan suatu sajak yang memperkenalkan Yesus sebagai penjelmaan Firman Allah, yang membentuk alam semesta (Yohanes 1:1-5;9-14). Seluruh kehidupan Yesus di bumi adalah inkarnasi dari Firman Allah (Yoh 1:4)

Kamis, 07 April 2016

KEECEWAAN YANG BERUJUNG PERMUSUHAN Fenomena Persaingan Ilmu Pengetahuan dan Agama

Tepat pada tahun 1632, sebuah buku ilmiah luar biasa berhasil diterbitkan. Namun, baru beberapa bulan berlalu, buku tersebut menjadi bahan perbincangan publik. Pasalnya, didalam buku yang terbit di Italia ini, menuliskan sebuah teori yang awalnya hanya hipotesa, namun akhirnya menjadi fakta ilmiah. Buku itu berjudul “Dialog Tentang Dua Sistem Penting Dunia.” Sebuah karya ilmiah yang menuliskan dua teori penting alam semesta, yaitu mengenai Tata Surya. Teori Heliosentris yang diajukan oleh Mikolav Copernik (Nicholaus Copernicus, 1473-1543) dan teori Geosentris Ptolemy, serta menyebut beberapa hasil kerja Johannes Kepler (1571-1630) yang juga menyebut bahwa planet-planet di Tata Surya bergerak dengan orbit tertentu.
Sekilas memang tidak ada yang aneh, kecuali setelah beberapa bulan saja buku itu tersebar, dunia benar-benar mengalami kekalutan. Sudah selama 16 abad, dunia mengenal bahwa pusat dari alam semesta berada di Bumi (Geosentris). Meskipun sejak abad 13 SM, seorang filosof Yunani, Aristarchaus dari Samos mengatakan bahwa Bumi dan planet lainnya bergerak mengitari Matahari, namun ia kalah populer dengan Aristoteles dan Ptolemy yang dengan penuh kehormatan menjadi rujukan bagi Gereja. Hal yang tak mustahil mengingat peran Gereja pada abad pertengahan yang begitu signifikan. Hal inilah yang menjadikan buku Dialogo itu dikecam Gereja. Mereka lebih condong mengikuti Geosentris, yang membuat pengarang buku itu di panggil di Pengadilan Gereja kota Roma.
Siapakah sebenarnya penulis buku tersebut ? Mengapa ia bisa begitu terhormat untuk dicekal oleh Gereja ?
Pada tahun, 1609 ilmuwan ini mengetahui kabar bahwa seorang astronom Polandia, Nicolaus Copernicus telah menulis buku  Revolutionibus Orbium Coelestium yang terbit pada 24 Mei 1543. Kemudian, ia mengetahui bahwa dari negeri Belanda, ada alat teleskop bintang, namun ia gagal untuk mendapatkanya yang membawanya berfikir untuk menciptakan sendiri. Pada tahun itu pula telah terbit buku astronomi terbesar sepanjang sejarah, yaitu Astronomia Nova karya Kepler yang membawa ilmuwan ini mengambil sebagian dalil darinya. Akhirnya, karena memang para ilmuwan saat itu menolak gagasan Copernicus, ia di berikan ultimatum agar tidak lagi mengajarkan teori ini ke masyarakat. Ini dilakukan oleh Paus Urban VII yang menjadi pimpinan Gereja Katolik Vatikan. Tepat pada 1616, ilmuwan itu benar-benar berada pada sebuah kebohongan dengan menerima tawaran kerjasama dengan Gereja. Hal inilah yang menyebabkan Gereja merasa dikhianati oleh ilmuwan ini tatkala teori Heliosentri benar-benar diagungkan kembali di tahun 1632, yang membawanya ia di adili di Roma pada tahun itu.
Dialah Galileo Galilei, seorang ilmuwan terkemuka abad pertengahan yang lahir tahun 1564 di Pisa, Italia. Dalam pengadilan tersebut, ia dituntut agar menarik gagasanya dan mengakui kebenaran Geosentris. Namun, menurut cerita yang masyhur, ia mengakui dan dengan penuh kehinaan bersumpah di pengadilan gereja, bahwa Geosentris yang dianut gereja adalah benar. Ternyata, beberapa saat setelah ia berucap, ia menunduk dan berbisik, “lihat ! Dia masih terus berputar !” yang menandakan bahwa Bumi berputar mengelilingi Matahari, bukannya Matahari mengelilingi Bumi seperti bulan.  Kemudian, ia di asingkan di Arcetri, disebuah vila tempat tinggalnya, dan dilarang sedikitpun mengajar. Hingga akhirnya, bertepatan dengan lahirnya ilmuwan tersohor sepanjang sejarang, Sir Isaac Newton pada tahun 1642, Galileo meninggal dunia.
Satu hal lain yang perlu kita ketahui ialah bahwa selama 10 tahun ia di asingkan, ia menulis karya ilmiah lain di rumah pengasingan tersebut. Dua buku paling fenomenal yang tak pernah di kenal dunia, Discorseus on the Tides (Diskursus pada Gelombang Pasang Surut) dan Diagramma della Veritas (Diagram Kebenaran) yang didalamnya ia tetap mengemukakan bahwa Heliosentris adalah kebenaran, gereja telah begitu berdosa dengan penangguhan dirinya. Setelah beberapa saat beredar, buku itu di dengar oleh Paus Urban VIII, yang meskipun ia cukup mendukung Galileo, namun para Kardinal Vatikan tetap menolak teori itu. Akhirnya tidak ada lagi warna buku itu tersebar luas di masyarakat setelah Vatican Secret Archieves menyimpan dokumen ini dan tak ada orang yang dapat melihat kecuali seorang Paus, atau seorang yang mendapat rekomendasi darinya.
Kami kira pernyataan Galileo sangatlah bijaksana, “Saya haturkan syukur tak terkira kepada Tuhan yang begitu baiknya telah memilih saya sendiri sebagai yang pertama menyaksikan pemandangan menakjubkan yang selama ini telah tersembunyi dalam kegelapan selama berabad-abad lamanya. ( ungkapan Galileo yang dikutip oleh Mike Wilson dalam “The Foolishness of the Cross”, Majalah Fokus.)
Dari peristiwa tersebut, telah menimbulkan berbagi polemik dari para ilmuwan setelahnya. Setelah mendengar peristiwa itu, para ilmuwan belakangan menjadi tertantang untuk mencoba mencari pembenaran dan bukti akan kebenaran berbagai ajaran keagamaan dunia. Tercatat para ilmuwan seperti Newton (1642-1727), Nicolas Steno (1631-1686) (Stratigrafi), Thomas Burnet (1635-1715) (Geologi), Increase Mather (1639-1723) (Astronomi), Nehemiah Grew (1641-1712) (Kedokteran), John Dalton (1766-1844) (Pendiri teori atom modern), Johann Gauss (1777-1855) (Geometri, geologi, magnetisme, astronomi), Benjamin Silliman (1779-1864) (Mineralogi), Peter Mark Roget (1779-1869) (Fisiologi), William Buckland (1784-1856) (Geologi), William Whewell (1794-1866) (Astronomi and Fisika), Richard Owen (1804-1892) (Zoologi, Paleontologi), Balfour Stewart (1828-1887) (Listrik Ionosfir), P.G.Tait (1831-1901), Blaise Pascal, Gregor Mendel (1822-1884), Louise Pasteur (1822-1895), Max Planck (1854-1947), Carrolus Linneus, George Cuvier (1769-1832) dan lain sebagainya telah mencoba membuktikan, Tuhan memang ada, namun belum tentu agama telah berada pada titik kebenaran.
Pada tahun 1929 yang lalu, seorang berkebangsaan Amerika, Edwin Hubble secara sistematis menyusun hipotesis teori Big Bang (Dentuman Dahsyat), yang dalam gagasannya iji, ia mencoba membuktikan bahwa apa yang dikatakan oleh Kitab Kejadian (Genesis) dari Alkitab Kristiani adalah kebenaran. Ia melakukan ini guna menguji, seberapa valid doktin-doktin agama di dunia, terutama Kristen. Kita bisa melhat hal ini dengan indikator yang pernah diucapkan oleh Dr Zakir Naik (pakar perbandingan Agama, kepala Islamic Research Foundation Mumbay, India) bahwa untuk mengatakan kebenaran sebuah kitab suci, haruslah lulus tes pada tiap masa. Dulu, ada masa mukjizat, ada masa sastra, dan sekarang adalah masanya dunia ilmiah, jadi untuk menguji kebenaran sebuah kitab suci, di era sekarang ini, haruslah lulus uji ilmiah di masa sekarang ini. Inilah yang mencoba dijawab oleh para ilmuwan tersebut.
Berbagai peristiwa itu memicu konflik antar para ilmuwan sendiri, diantara mereka dibesarkan dalam dunia religius ke Kristenan, namun pada dewasanya, mereka kalut dengan pilihan ? Tetap pada ajaran agama, atau pada temuan ilmiah yang apabila keduanya tidak sependapat. Dan sampai hari inipun, para ahli fisika, astronomi, matematika dan bahkan biologi sekalipun telah dengan lantang “Fisika akan membawa anda lebih mengenal Tuhan daripada Agama !”. Apa yang terjadi ?
Agama, dari artian yang sesungguhnya akan dijangkau oleh ilmu pengetahuan. Namun, untuk bisa menjadi sebuah agama yang faktual, harusnya lulus dalam setiap uji ilmiah yang valid. Dan, kita bisa saksikan, kita tidak lagi membutuhkan sebuah agama, kecuali bila memang ada sebuah agama yang mendekati Agama. Itulah yang akan menjadi ritik pemuas bagi para ilmuwan yang tetap mempercayai eksistensi Sang Pencipta ini.
Mengapa agama dan ilmu pengetahuan tidak dapat bersandingan ??
Karena memang, dunia telah di kecewakan oleh peristiwa yang dialami oleh Galileo. Ia tak begitu terhormat bagi Gereja, dan tentu mempertanyakan, untuk apa sebuah agama di sebarkan bila hanya menyimpan berbagai kebohongan, kemunafikan, dan kebersendiriannya. Sejak saat itulah, dunia ilmu pengetahuan modern lebih tertarik melupakan Gereja dan kemudian beralih ke Al Quran. Yang pada kemudian hari telah diketahui, 
"llmuwan itu sebenarnya hanya menegaskan apa yang telah tertulis di dalam al-Quran beberapa tahun yang lalu. Para ilmuwan sekarang hanya menemukan apa yang telah tersebut di dalam al-Quran sejak 1400 tahun yang lalu." (Prof. Shroede, ahli Kelautan Jerman)
Islam adalah bahasa Tuhan dalam bentuk lembaga. Jika ingin mengenal Tuhan, kita hanya perlu memahami Al Quran. Selebihnya, hanya sebuah media !
Namun, satu hal yang perlu kita waspadai. Setelah Yahudi yang menjajak di Bumi sekitar tahun 1300 SM, Zoroaster sekitar abad 6 SM, Hindu sekitar abad 5 SM, Jainisme abad 5 SM,Taoisme abad 5 SM, Buddha sekitar abad 4  SM Konghucu sekitar abad 4SM, Kristen sekitar abad 1 M, atau Manichisme sekitar abad 3 M mengalami kegagalan dalam menjalani ujian pada setiap era, kini para ilmuwan telah mencoba menguji ISLAM sebagai sebuah agama termuda (abad 6 M). Tujuan mereka hanyalah mencoba membuktikan apakah Islam mampu mewakili setiap pertanyaan dasar bagi pencarian makna kehidupan. Jika Islam -sebagai wakil terakhir- juga mengalami kegagalan dalam ujian ini, maka jelaslah itu kemenangan Ilmu Pengetahuan daripada Agama.


Diselesaikan di Siwalan rt 11/03, Blangu, Gesi, Sragen
Senin, 28 Maret 2016. Pukul 18.45 WIB
Arif Yusuf
http ://www.arifyusuf14.blogspot.com
arif_yusuf47@yahoo.co.id
Fanpage : Jalan Pencerahan Dalam Impian

Podo-podo tinggal nganggo, ngopo gak milih seng unggul

Sebuah pertanyaan yang sederhana namun memerlukan sebuah analisa yang cukup.   Misal saja kita melihat ada seorang siswa  A berada dalam sebuh kelas. Ketika itu sedang berlangsung pelajaran Biologi oleh guru pengajar. Anehnya, si anak A teerlihat tidak begitu antusiasme dalam pelajaran. Ia terlihat sedang asyiik membaca dan mempelajari pelajaran lain. Setelah ditegur oleh sang guru, ia menjawab bahwa sedang mempeljari Matematika. Seketika itu pula siswa A diusir dari ruang kelas   Bagaimana anda menanggapi hal ini ? Benarkah yang dilakukan sang guru ? Salahkah yang dilakukan si A  ? Semasa di sekolah, kita tentu telah mempelajari sejarah konstitusi Indonesia. Dalam PKN dan atau Sejarah Indonesia, tentu kita telah mendapt pelajaran bahwa DPR RI pada masa Orde Lama pernah dibubarka oleh Presiden Soekarno, atau Dewan Konstituante era  Soekarno juga pernah dibubarkan. Hal itu dikategorikan dalm Sejarah sebgai “penyelewengan era Orde Lama”. Apa s3benarnya yang menjadi alasan Soekarno untuk melakukan tidakan itu ? Inilah yang kita sebut kedisiplinan yang munafik.  Soekarno melakukan itu semua atas dasar Indonesia adalah Negara Demokrasi PANCASILA. Sekarang kita diruang kelas “PANCASILA”, kalau ingin belajar Islam ya silahkan ke NegaraIslamseperti Arab Saudi.  Itu adalah kata yang sangat mungk8n dilontarkan oleh Soekarno. Ini jelas terlihat dengan sikapnya terhadap penerapan syariat Islam di Aceh yang digawangi oleh Muhammad Daud Beureuh. Soekarno melakukan penghianatan pada pejuang Islam. Ia membubarkan Masyumi yang sangat anggun sebagai partai Islam. Ini tidak ia lakukan jika ia mencintai Islam. Pernah kita mendengar wacana tentang penghapusan Agama dalam mata pelajaranndi bangku sekolah. Itu terjadi sekitar tahun 1977-1982, ketika ia menjabat sebagai menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Ini terlihat jelas dengan pengakuannya yang ia tulis melalui memoarnya yang ia terbitkan tahun 2006 silam. Ini semakin memperjelas arah Indonesia yang memojokkan Islam maupun agama lainnya di pentas pendidikkan Indonesia. Terlihat jelas dari sikap Soekarno, yang ia sendiri mengakui bahwa ia sangat ingin meniru M. Kemal Attaturk. Terlihat jelas ia lebih memilih meniru Dr Sun Yat Sen yang Komunis daripada mengamalkan ilmu dari pendeta Yahudi, A. Baars. Terlihat jelas dengan pembubaran DPR yang mayoritas Muslim. Terlihat jelas dengan pembubaran Dewan Konstituante yang didalamnya ada gembong-gembong Dakwah Islam (seperti Mohammad Natsir, atau Prof HAMKA). Di era reformasi, terlihat jelas dengan pengangkatan Megawati sebagai Presoden  (Islam dilarang mengangkat Imam dari kaum Perempun). Terlihat jelas dengan pengangkatan Susi Pudjiastuti sebagai menteri kelautan. Terlihat jelas dengan pengangkatan si Penjudi dalam kabinet Kerja ala Joko Widodo. Terlihat jelas dalam kasus Freeport yang hingga kini kontrak kerjanya masih dapat berjalan. Bukankah Indonesia itu Non-Blok ? bukankah dalam setiap pelajaran PKN maupun Sejarah Indonesia, gerakan nonblok untuk tidak memihak pada Komunisme di Timur, dengan Uni Soviet sebagai dalangnya ? non blok adalah tidak memeihak ke Barat dengan Liberalisme ditangan Amerika? Tidak cukupkah jabatan Indonesia sebagai pencetus GNB tahun 1961 dan ketua GNB pada tahun 1992 ? 
Aneh sekali saya saat menjalani ujian sekolah yang diselenggarakan tanggal 17 Maret lalu, pada soal PKN nomor 23 disebut jelas bahwa Liberalisme adalah ANCAMAN bagi bangsa Indonesia.  Mengapa Indonesia masih Pro Amerika ? ini sebuah jalan yang amat berbeda dari ucapan saat pidato Mendayung antara Dua Karang tertanggal 2 September 1948 oleh Bung Hatta di depan Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat. Inilah pendidikan kita. Jelas terlihat dalam sebuah lembar kerja siswa Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam untuk kelas XII semester genap karya Tim Edukatif HTS, terbitan CV Hayati Tumbuh Subur Surakarta. Pada halaman 53 di bab ke 10 point B, disebut nama Harun Nasoetion sebagai sumber referensi utama materi. Siapa yang takkenal dengan Prof. Harun Nasoetion ? ia adalah akarnya Liberalisme yang hidup dalam inang Islam. Mengapa Harun bukan ANCAMAN ? kalau ancaman smestinya tidak diajarkan. Bahkan, bukunya, Islam ditinjau dari Berbagai Aspeknya, merupakan buku pegangan wajib bagi Universitas Negeri ? yang bernuansa Islami. Inilah yang menempatkan Agama bukan bagian dari negara. Jika mempelajari agama, itu bukan urusan negara. Jika mempelajari Agama saat sedang dalam kelas PKN, dikeluarkan dari ruang kelas itu hal yang pantas. Jika anda mempelajari Islam dalam kelas Panvasila, silahkan keluar ! islam itu di lain pihak. Agama ada diluar mata pelajaran.  Pilihan yang harus kita ambil, keluar dari Indonesia dengan mmbawa panji Islam, atau meninggalkan Islam demi mendapat pelajaran Pancasila di kelas PKN ? Bukti kedua, sejak di tetapkan 18 Agustus tahun 1945, UUD 1945 telah mengalami 4 kali amandemen (1999, 2000, 2001, 2002). Sejak kongres Pendidikan pertama di Solo, 1946, sampai hari ini sudah 11 kali berganti Kurikulum Pendidikkan. Dari sini, mengapa kita tidak berfikir, tulalit sekali bangsa Indonesia. Sila pertama Pancasila yang kedudukkannya sebagai Rumah kita paling kokoh untuk  berrpijak, dirubah yang semula sudahtertulis dengan anggun di Jakarta Charter. Bila di banding negara atau RUMAH dari negeri lain, bisakah anda sebut manakah yang punya RUMAH yang belum pernah berubah ? Disini kami mengambil dari RUMAH yang paling berpengaruh sepanjang sejarah. Ialah Yahudi, Budddha, Jain, Zoroaster, Hindu, Konghucu, Kristen, Mani, dan Islam. D8antara peradaban ini, manakah yang punya RUMAH paling kokoh ? Taurat, Tripitaka, Baghavat Gita, Avesta, Weddha, Injil (Alkitab), dan Al Quran. Diantara daftar RUMAH tersebut, manakah yang punya predikat paling kokoh ? Al Quran ada dalam posisi terdepan. Bagaimana dengan Hadits yang kedudukannya sama seperti UUD 1945 dalam sistem Pancasila. Islam punya ISNAD yang begitu kokoh.  Lantas, dari kenyataan ini, mengapa kita tidak mengambil Al Quran saja sebagai rumah kita dan melupakan Pancasila ? Lha Pancasila kan asli buatan Indonesia. Itu milik kita sendiri.  Jadi, Al Quran bukan milikmu ? Silahkan keluar saja dari kelas ISLAM ! Pelajari saja kelas Pancasila, tinggallah dalam RUMAH Pancasila. Tinggalkan Al Quran ! Dan kita lihat, saya berani bertaruh, RUMAH Al Quran akan tetap yang paling kokoh. Anda akan hancur tenggelam bersama RUMAH Pancasilamu.