Jumat, 21 Oktober 2016

PENDAHULUAN STUDI HADITS



1. LATAR BELAKANG MASALAH
Setelah pada hari Senin, 13 Rabi’ul Awwal tahun 11 H atau yang bertepatan dengan 8 Juni 632 M,  telah terjadi berbagai peristiwa yang tak akan pernah dilupakan oleh umat manusia Dunia. Tepat tanggal 10 Dzulhijjah tahun 10 H /9 Maret 631 M, Nabi Muhammad saw membuat - seorang tokoh yang ditempatkan oleh Michael H Hart pada posisi ke 51 dalam daftar orang yang paling berpengaruh sepanjang sejarah – Umar bin Al Khaththab (bin Nufail bin Abdul Izzy bin Rabah bin Qirath bin Razah bin Adi bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib bin Fihr (Quraisy) bin Malik bin Nadhar bin Kinanaah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas Mudhor bin Nizaar bin Ma’ad bin Adnan  bin Udd bin Udad bin Muqowam bin Nahur bin Tairakh bin Ya’rub bin Yasyjub bin Naabit bin Nabi Ismail bin Nabi Ibrahim as bin Taraakh bin Nahuur bin Syarukh bin Arghu bin Falakh bin Aibar (Nabi Hud as)  bin Syalaakh bin Arfakhsyad bin Saam bin Nuh as bin Lamaak bin Mattusyalkho bin Khanuukh (Nabi Idris as) bin Yard bin Mahlaayiil bin Qainan bin Yanusy bin Syith bin Adam as.)  menangis tersedu-sedu. Apa yang membuat Umar bin Khatthab menangis ? Ialah sebuah kenyataan yang harus ia terima, bahwa Nabi Muhammad saw akan kembali keharibaan Allah swt. Umar bin Khatthab mengatakan, “sesungguhnya tidak ada lagi sesudah Kesempurnaan melainkan Kekurangan.” Kejadian itu terjadi beberapa waktu setelah Nabi saw melakukan haji pertama dan terakhir, yaiaitu Haji Wada’ dan menyampaikan surat  Al Maaidah ayat 3. Umar bin Al Khattab mengatakan hal tersebut karena ia mengetahui bahwa ini adalah hari-hari terakhir kehidupan Nabi saw. Tugas utama dari Nabi Muhammad sawadalah muntuk menyampaikan wahyu, maka jika sang penyampai Wahyu itu telah tiada, itu berarti menandakan akan terhentinya risalah wahyu. Inilah yang dikatatakan oleh Umar sebagai Kekurangan.
Begitu sedihnya para sahabat ketika mendengar ucapan Nabi saw di hari Jum’at Haji Wada’, banyak yang tak kuasa menanhan air mata. Bahkan Abu Bakar as Shidiq ra menangis didalam kamarnya karena mendengar isyarat Nabi saw “Pelajarilah tata cara Hajiku. Barangkali Aku tidak akan melihat kalian lagi setelah tahun ini.”  Kisah tentang Abu Bakar r.a. menangis telah sampai kepada para sahabat yang lain, maka berkumpullah para sahabat di hadapan rumah Abu Bakar r.a. dan mereka berkata: "Wahai Abu Bakar, apakah yang telah membuat kamu menangis sehingga begini sekali keadaanmu? Sepatutnya kamu berasa gembira sebab agama kita telah sempuma." Mendengarkan pertanyaan dari para sahabat maka Abu Bakar r.a. pun berkata: "Wahai para sahabatku, kamu semua tidak tahu tentang musibah yang menimpa kamu, tidakkah kamu tahu bahwa apabila sesualu perkara itu telah sempuma maka akan kelihatanlah akan kekurangannya. Dengan turunnya ayat tersebut bahawa ianya menunjukkan perpisahan kila dengan Rasulullah s.a.w. Hasan dan Husin menjadi yatim dan para isteri nabi men-jadi janda."
Sejak saat itulah seperti sebuah titik tolak perkembangan Islam. Abu Bakar as Shidiq ra ketika menangis, ditanya oleh para sahabat lain, kemudian ia menjawab, bahwa ketika Nabi saw mengatakan hal itu, itu berarti setelah itu tidak akan ada lagi wahyu yang akan turun. Risalah Islam telah sempurna dan tidak akan ada lagi seorang Nabi yang akan hidup di Dunia, sebagaimana sabda Nabi saw
وإنه سيكون في أمتي كذابون ثلاثون كلهم يزعم أنه نبي وأنا خاتم النبيين لا نبي بعدي

“Sesungguhnya kelak akan muncul di tengah-tengah umatku tiga puluh orang pendusta besar, masing-masing mengaku bahwa dia adalah nabi. Akulah (Muhammad) penutup para nabi dan tidak ada nabi lagi setelahku.”
ini shahih, diriwayatkan oleh Imam Abu Daud (4252) dan At Tirmidzi (2219).

Hal ini sebagai penguat atas Firman Allah swt
كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِنْ رِجَالِكُمْ وَلَكِنْ رَسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ

“Bukanlah Muhammad adalah bapak kalian. Akan tetapi ia adalah Rasulullah dan penutup para Nabi.” (QS Al Ahdzab :40)
Di hari-hari terakhir kehidupan Nabi saw ini para Sahabat seperti kehilangan arah, sebelum terjadi pada tepat wafatnya Nabi saw, Abu Bakar ash Shidiq ra mengatakan kepada para sahaaba ketika mendengar ucapan Umar ra ““Rasulullah ﷺ tidak wafat. Beliau tidak akan pergi hingga Allah memerangi orang-orang munafik.” (Ibnu Hajar dalam Fathul Bari, 8/146).
Abu Bakar hadir, “Duduklah Umar”, perintah Abu Bakar pada Umar. Namun Umar menolak duduk. Orang-orang mulai mengalihkan diri dari Umar menuju Abu Bakar. Kata Abu Bakar, “Amma ba’du… siapa di antara kalian yang menyembah Muhammad ﷺ, maka Muhammad telah wafat. Siapa yang menyembah Allah, maka Allah Maha Hidup dan tidak akan wafat. Kemudian ia membacakan firman Allah,
وَمَا مُحَمَّدٌ إِلَّا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ ۚ أَفَإِنْ مَاتَ أَوْ قُتِلَ انْقَلَبْتُمْ عَلَىٰ أَعْقَابِكُمْ ۚ وَمَنْ يَنْقَلِبْ عَلَىٰ عَقِبَيْهِ فَلَنْ يَضُرَّ اللَّهَ شَيْئًا ۗ وَسَيَجْزِي اللَّهُ الشَّاكِرِينَ
 “Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah Jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (QS:Ali Imran | Ayat: 144)

Mendengar ucapan itu, para Sahabat tergugah seolah ayat itu baru saja turun, padahal itu turun pada saat Peristiwa Perang uhud pada 7 Syawal 3 H / 22 Maret  625 M. Ayat ini pula yang menjadikan dasar dari sabda Nabi saw :
ِ فَلْيُبْلِغْ الشَّاهِدُ الْغَائِبَ لَا تَرْجِعُوا بَعْدِي كُفَّارًا يَضْرِبُ بَعْضُكُمْ رِقَابَ بَعْضٍ

“Maka hendaklah yang menyaksikan menyampaikannya kepada yang tidak hadir, dan janganlah kalian kembali menjadi kafir sepeninggalku, kalian saling memukul tengkuk kalian satu sama lain (saling membunuh) ".
Disitu disebut,janganlah kalian kembali menjadi kafir, sebuah penekanan yang sangat luar biasa, bahwa memang kata الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي adalah sebuah peringatan besar bagi umat Manusia. Tidak ada hal yang pantas diadakan lagi ketika sesuatu telah sempurna. Maka ketika seorang yang mendengar hadits itu, lalu ia kembali ke jalan yang tidak dibenarkan Islam, maka pastilah Adzab Neraka akan di sediakan kepadanya. Sebagaimana firman Allah swt
مَنْ كَفَرَ بِاللَّهِ مِنْ بَعْدِ إِيمَانِهِ إِلَّا مَنْ أُكْرِهَ وَقَلْبُهُ مُطْمَئِنٌّ بِالْإِيمَانِ وَلَكِنْ مَنْ شَرَحَ بِالْكُفْرِ صَدْرًا فَعَلَيْهِمْ غَضَبٌ مِنَ اللَّهِ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ
Artinya: “Barang siapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman (dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap terang dalam beriman (dia tidak berdosa), akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpanya dan baginya azab yang besar. (Qs an Nahl : 106)
Isyarat-isyarat akan perpecahan, perselisihan, pemurtadan telah di tekankan oleh Nabi saw. Syaikh Dr Abdul ‘Adzim Badawi telah menuliskan :
"Allah berfirman,

 “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”. [Al Hujurat : 6].
Dalam ayat ini, Allah melarang hamba-hambanya yang beriman berjalan mengikut desas-desus. Allah menyuruh kaum mukminin memastikan kebenaran berita yang sampai kepada mereka. Tidak semua berita yang dicuplikkan itu benar, dan juga tidak semua berita yang terucapkan itu sesuai dengan fakta. (Ingatlah, pent.), musuh-musuh kalian senantiasa mencari kesempatan untuk menguasai kalian. Maka wajib atas kalian untuk selalu waspada, hingga kalian bisa mengetahui orang yang hendak menebarkan berita yang tidak benar. Allah berfirman,

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti”

Maksudnya, janganlah kalian menerima (begitu saja) berita dari orang fasik, sampai kalian mengadakan pemeriksaan, penelitian dan mendapatkan bukti kebenaran berita itu. (Dalam ayat ini) Allah memberitahukan, bahwa orang-orang fasik itu pada dasarnya (jika berbicara) dia dusta, akan tetapi kadang ia juga benar. Karenanya, berita yang disampaikan tidak boleh diterima dan juga tidak ditolak begitu saja, kecuali setelah diteliti. Jika benar sesuai dengan bukti, maka diterima dan jika tidak, maka ditolak.
Kemudian Allah menyebutkan illat (sebab) perintah untuk meneliti dan larangan untuk mengikuti berita-berita tersebut. Allah berfirman.
“Agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya”.
Kemudian nampak bagi kamu kesalahanmu dan kebersihan mereka.
“Yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu” [Al Hujurat : 6]

Terutama jika berita tersebut bisa menyebabkan punggungmu terkena cambuk. Misalnya, jika masalah yang kalian bicarakan bisa mengkibatkan hukum had, seperti qadzaf (menuduh) dan yang sejenisnya. Sungguh, betapa semua kaum muslimin memerlukan ayat ini, untuk mereka baca, renungi, lalu beradab dengan adab yang ada padanya. Betapa banyak fitnah yang terjadi akibat berita bohong yang disebarkan orang fasiq yang jahat! Betapa banyak darah yang tertumpah, jiwa yang terbunuh, harta yang terampas, kehormatan yang terkoyakkan, akibat berita yang tidak benar!Berita yang dibuat oleh para musuh Islam dan musuh umat ini. Dengan berita itu, mereka hendak menghancurkan persatuan umat ini, mencabik-cabiknya dan mengobarkan api permusuhan diantara umat Islam.
Betapa banyak dua saudara berpisah disebabkan berita bohong! Betapa banyak suami-istri berpisah karena berita yang tidak benar! Betapa banyak kabilah-kabilah, dan kelompok-kelompok saling memerangi, karena terpicu berita bohong! Allah Azza wa Jalla Yang Maha Lembut dan Maha Mengetahui, telah meletakkan satu kaidah bagi umat ini untuk memelihara mereka dari perpecahan, dan membentengi mereka dari pertikaian, juga untuk memelihara mereka dari api fitnah.
Akan tetapi sangat disayangkan, tidak ada satu pun masyarakat muslim yang bebas dari orang-orang munafiq yang memendam kedengkian. Mereka tidak senang melihat kaum muslimin menjadi masyarakat yang bersatu dan bersaudara, dimana orang yang paling rendah diantara mereka dijamin bisa berusaha dengan aman, dan apabila orang akar rumput itu mengeluh, maka orang yang di tampuk kepemimpinan juga akan mengeluh.
Wajib atas kaum muslimin untuk waspada dan mewaspadai musuh-musuh mereka. Dan hendaklah kaum muslimin mengetahui, bahwa para musuh mereka tidak pernah tidur (tidak pernah berhenti) membuat rencana dan tipu daya terhadap kaum muslimin. Maka wajiblah atas mereka untuk senantiasa waspada, sehingga bisa mengetahui sumber kebencian, dan bagaimana rasa saling bermusuhan dikobarkan oleh para musuh.
Sesungguhnya keberadaan orang-orang munafiq di tengah kaum muslimin dapat menimbulkan bahaya yang sangat besar. Akan tetapi yang lebih berbahaya, ialah keberadaan orang-orang mukmin berhati baik yang selalu menerima berita yang dibawakan orang-orang munafiq. Mereka membuka telinga lebar-lebar mendengarkan semua ucapan orang munafiq, lalu mereka berkata dan bertindak sesuai berita itu. Mereka tidak peduli dengan bencana yang ditimpakan kepada kaum muslimin akibat mengekor orang munafiq.
Al Qur’an telah mencatatkan buat kita satu bencana yang pernah menimpa kaum muslimin, akibat dari sebagian kaum muslimin yang mengekor kepada orang-orang munafiq yang dengki, sehingga bisa mengambil pelajaran dari pengalaman orang-orang sebelum kita. “
Salah satu Bukti nyata dari kabar-kabar bohong yang terjadi dalam kehidupan umat Islam adalah tersebarnya kabar-kabar bohong yang mengatasnamakan Hadits Nabi saw. Syaikh Muhammad Nashiruddin al Albani telah menuliskan :
“Salah satu di antara sederetan musibah atau fitnah besar yang pernah menimpa umat Islam sejak abad pertama hijriah adalah tersebarnya hadits-hadits dha'if dan maudhu' di kalangan umat. Hal itu juga menimpa para ulama kecuali sederetan pakar hadits dan kritikus yang dikehendaki Allah seperti Imam Ahmad, Bukhari, Ibnu Muin, Abi Hatim ar-Razi, dan lain-lain. Tersebarnya hadits-hadits semacam itu di seluruh wilayah Islam telah meninggalkan dampak negatif yang luar biasa.
Diantaranya adalah terjadinya perusakan segi akidah terhadap hal-hal gaib, segi syariat, dan sebagainya. Telah menjadi kehendak Illahi Yang Maha Bijaksana untuk tidak membiarkan hadits-hadits semacam itu berserakan di sana-sini tanpa mengutus atau memberikan keistimewaan pada sekelompok orang berkemampuan tinggi untuk menghentikan dampak negatif serta menyingkap tabirnya, kemudian menjelaskan hakikatnya kepada khalayak. Mereka itulah para pakar hadits asy syarif, para pengemban panji sunnah nabawiyyah yang telah didoakan Rasulullah saw. dengan sabdanya :
“Allah SWT membaikkan kedudukan seseorang yang mendengar sabdaku, memahaminya, menjaganya, dan kemudian menyampaikannya kepada orang lain. Boleh jadi pengemban fiqih akan menyampaikannya kepada yang lebih pandai darinya."(HR Abu Daud dan Tirmidzi serta Ibnu Hibban).
Para pakar hadits telah melakukan penelitian dan menjelaskan keadaan hadits- hadits Rasullah dengan menghukuminya sebagai hadits sahih, dha'if,dan maudhu'. Mereka pun membuat aturan dan kaidah-kaidah, khususnya yang berkenaan dengan ilmu tersebut. Siapa pun yang berpengetahuan luas dalam ilmu ini akan mudah mengenali derajat suatu hadits, sekalipun tanpa adanya nash. Inilah yang dikenal dengan nama ilmu Mushthalah Hadits.
Dari apa yang diisyaratkan oleh kedua tokoh tersebut, kami mencoba meneliti seberapa jauh persebaran dari Hadits-hadits palsu dan dhaif di masyarakat Indonesia. Hal ini dimaksudkan untuk mencoba mencari modus operandi dan sampai sejauh mana lembaga-lembaga pendidikkan baik keislaman maupun Negeri di Indonesia.

Tidak ada komentar: