By : Arif Yusuf
Melihat
dunia pendidikkan yang sekarang ini banyak diantara
kalangan kaum cendikia yang tergugah hatinya untuk memberikan “HAK SUARA” atas
apa yang telah mampu disumbangkan oleh millyard-an tokoh intelek. Sangat etis
rasanya bila kita coba mengungkap apa yang ada didalam pikiran para penuntut
eksistensial publik ini, apakah diantara banyak tokoh yang telah memberikan
sumbangsih terhadap perkembangan ilmu pengetahuan. Diantara tokoh yang pertama
kali menggagas dan menyusun kegiatan keilmiahan ini, adalah Aristoteles (
sekitar abad ke 4 SM ) yang kemudian terus dikembangkan oleh para tokoh
keilmiahan baik dari cabang Biologi (seperti Darwin, Johanes Purkinje, Jonas
Salk, Carl Linneaus, Louis Patoure, dll), Fisika (seperti Einsten, Newton,
Galileo, Dalton, Kepler, dll ), Matematika (sepereti Archimedes, Phytaghoras, Descartes,
Euclid, “The Lord” Gauss, “The King” Euler,dll), Kimia ( seperti Rutherford,
Dalton, Bohr, ), Geografi dan Astronomi (seperti Erathotenes, Ptolomeus,
Kratchokovski, Al Khawarizmi, Ibnu Majid, Al Idris, Ibnu Batuta, dll), Ekonomi
(seperti Karl Marx, Smith, Robinson, Richardson, Soto, Keynes, Mundell,
Friedman, dll)atau Sosiologi ( seperti Karl Marx, Comte, Darkheim, Weber, dll),
dan bahkan sampai pada ilmu didalam kesenian, seni rupa (seperti Da Vinci,
Muchelangelo, Raphael, Picasso, Van Gogh, Le Corbusier, Hendrick, Tange,
Sulivan, Eifell, dll), seni tari ( seperti Hawkins, La Mery, Curt Sarc,
Lenger,dll) dan para ilmuwan yang lainnya hingga milliyar namanyadan milliyardan
khasanah ensiklopedi IPTEK telah menjadi hak milik dunia pendidikkan.
Walaupun kita tahu bahwa para ilmuwan adalah
seorang yang benar-benar memiliki kejeniusan, kelebihan dalam berfikir dan
berlogika, sebagaimana kita tahu bahwa rata-rata para tokoh Dunia memiliki
kecerdasan Intelek (IQ) diatas angka 139 (sangat cerdas), semisal Hitler (141),Bonaparte
(143),Hawkins (160), Einsten (160),Copernicus (160), Darwin (165), Plato (170),
Luther (170), Kepler (175), Michelangelo (180), Galileo (185), Newton (190),
Pascall (195), Leibniz (205), Goethe (210), Da Vinci (220), atau yang tertinggi
menurut catatan sejarah adalah James Sidis (seorang Penulis Yahudi USA) dengan
nominal IQ 250. Ini tentu menjadi hal yang sangat luar biasa bagi khasanah
manusia, begitupun juga INDONESIA dengan menempatkan salah satu tokoh bapak,
anak bangsa terbaik dengan memiliki nominal IQ di kisaran angka 200, ialah
Bapak Eks Presiden ke 3 Indonesia, BJ Habibie, yang juga terdaftar sebagai
seorang Muslim dengan IQ tertinggi di dunia.
Dengan
sistem kerja otak untuk menganalisis, berlogika, mengumandangkan imajinasi yang
luar biasa, juga daya ingat yang tak wajar, maka apa yang bisa dilakukan oleh
para ilmuwan ini menjadi suatu daya tarik tersendiri dari khasanah keilmuwan.
Akan tetapi ada sesuatu yang bisa dibilang menjadi AIB bagi kebanyakan para
ilmuwan adalah, bahwa “MEREKA
JUGA MANUSIA, PASTI PUNYA SALAH DAN LUPA”, hal ini dapat dibuktikan dengan
2 indikator yang digunakan oleh Albert Einsten dalam suatu kesempatan ia
mengungkapkan :
“kalau
saya periksa metode berfikir saya, sampai pada kesimpulan bahwa karunia daya KHAYAL lebih berarti dari kemampuan
saya MENYERAP (menghafal) ilmu
pengetahuan.”
“Nalar
akan membawa kamu dari A ke B, akan tetapi
IMAJINASI akan membawa kamu dari A kemana saja”
Juga
dalam beberapa ungkapan beliau yang benar-benar ia mengakui bahwa dirinya
seorang penganut agama samawi (YAHUDI), salah satunya ia berucap :
“ilmu
pengetahuan tanpa agama akan buta, akan tetapi agama tanpa ilmu pengetahuan
akan lumpuh”
Dari
2 indikator ini, kita akan tahu seberapa benarkah suatu teori ilmu pengetahuan
yang ada. Disini satu hal yang saya koreksi dari apa yang telah menjadi
konsumsi sehari-hari dalam kegiatan belajar mengajar di lembaga pendidikkan
Dunia, ialah tentang KELEMAHAN TEORI EVOLUSI, dengan mengklaim bahwa “SEGALA SESUATU ITU ADA DENGAN
ADANYA KUMULASI DARI OBJEK SEBELUMNYA.”
Apakah
hal ini logis ?
Kita
bisa tahu dengan kita mencoba menganalisisnya, sebagai contoh ialah dalam
Embriologi, dalam dunia ini, kita akan mengenal sosok Ernest Haeckel (Ernst Heinrich Philipp August Haeckel (16 Februari 1834 — 9 Agustus 1919), ditulis juga von Haeckel, merupakan ahli
biologiternama dari Jerman,
seorang naturalis, filsuf, dokter, profesor dan seniman, yang
menemukan, menjelaskan, dan menamakan ribuan spesies baru, membuat peta pohon genealogi hubungan semua makhluk hidup, dan membuat istilah biologi baru, seperti filum, filogeni, ekologi, dan
kingdom Protista.)
telah menjadi seorang yang sangat terkenal dengan apa yang telah ia buat, ia
telah menjadi seorang yang namanya dan karyanya selalu disertakan didalam
buku-buku pegangan sekolah, jurnal ilmiah, dan simposium-simposium. Sebenarnya
apa yang telah ia lakukan, inilah ceritanya :
Dalam bukunya yang terbit tahun 1868 (20 tahun setelah terbit buku THE COMUNISM MANIFEST, karya Karl Marx
dan Frederich Engels, serta 9 tahun setelah terbitnya bukuTHE ORIGIN OF SPESIES, karya agung Charles Darwin)yang berjudulNatürliche Schöpfungsgeschichte
(Sejarah Penciptaan Alamiah) Ernst Haeckel menjelaskan bahwa ia telah membuat
berbagai macam perbandingan menggunakan embrio manusia, monyet dan anjing.
Gambar-gambar yang ia hasilkan berupa embrio-embrio yang hampir serupa.
Berdasarkan gambar-gambar ini, Haeckel lalu menganggap bahwa makhluk-makhluk
hidup tersebut memiliki asal-usul yang sama.
Akan tetapi hal yang sangat disayangkan adlah ternyata itu “HANYA
PEMALSUAN”, sebuah penipuan publik, dengan telah terbuktinya secara ilmiah oleh
para pakar penerus, dengan diketahui bahwa apa yang telah dibuatnya adalah ia
hanya mengamati 1 embrio saja dalam kerjanya, kemudian ia memodifikasi
sedemikian rupa dari embrio itu, sehingga hasil akhirnya sangat mirip satu
dengan yang lainnya, kemudian ia sampai pada kesimpulan akan adanya persamaan
ini.
Pada akhir abad 20, adalah seorang Ahli Biologi asal Inggris, Michael
Richardson, telah melakukan pengamatan embrio Vertebrata, apa yang telah ia
dapati?
Ternyata ia mendapatkan hasil yang sangat jauh sekali dengan hasil kerja
Haeckel, ia menemukan gambar yang tidaklah sama sperti deskripsi Haeckel, yang
kemudian ia publikasikan perbedaan gambar-gambar foto hasil kerja mereka di
jurnal Anatomy and Embryology terbitan Agustus 1997.
Sebuah artikel yang mengusung tema yang sama yaitu tentang gambar-gambar
Haeckel, yang telah lama dipertahankan dalam daftar sebagai bukti palsu
evolusi, juga muncul di majalah Science edisi 5 September 1997 dengan judul “
Haeckel’s Embryos: Fraud Rediscovered (Embrio-embrio Haeckel: Penipuan Diungkap
Kembali),” yang setelahnya seluruh kalangan dunia ilmiah sependapat bahwa telah
terjadi pemalsuan. Artikel tersebut berisi baris-baris berikut:
“Tidak hanya Haeckel telah menambahkan atau menghilangkan ciri-ciri, papar
Richardson dan rekan-rekannya, tetapi ia juga telah memalsukan ukurannya untuk
membesar-besarkan kemiripan antara spesies-spesies, bahkan ketika terdapat
perbedaan 10 kali lipat dalam ukuran. Haeckel lebih lanjut mengaburkan
perbedaan dengan cara tidak menamai spesies dalam kebanyakan kasus, seolah-olah
satu sampel cukup akurat untuk mewakili seluruh kelompok hewan. Dalam
kenyataannya, Richardson dan rekan-rekannya mencermati, bahkan embrio-embrio
yang berkerabat dekat seperti embrio-embrio ikan sedikit berbeda dalam tampilan
dan alur perkembangannya. “Sepertinya, itu (gambar-gambar Haeckel) menjadi
salah satu pemalsuan paling terkenal dalam bidang biologi,”
Apakah ini kesalahan atau sebuah penipuan?
Tentu kita bisa
memberikan penilaian sendiri.
Hal ini semata-mata adalah hanya untuk menjadikan POPULARITAS DIATAS SEGALA
KODE ETIK. Dengan hanya menginginkan agar apa yang mereka buat bisa dianggap
ada oleh DUNIA, seperti ungkapan seorang filosof Prancis, Jean Paul Sartre :
“aku berfikir, maka aku ada, aku memberontak, maka aku ada.” Juga slogan bangsa
arab “jika kamu ingin dikenal dunia, kencingilah sumur zam-zam.”
Ya beginilah apa yang ada, apa yang dilakukan oleh Haeckel ini, semata-mata
adalah tindakan rasial, dengan tetap memegang teguh dan ingin tetap mengukuhkan
eksistensi doktrin Dajjal, Materialis-Marxism serta Teori Evolusi yang telah
muncul sejak Haeckel baru berusia remaja.
“Setelah pengakuan penengahan dari ‘pemalsuan’ ini saya semestinya patut
menganggap diri saya sendiri terkutuk dan terbinasakan jika saja saya tidak
memiliki pelipur lara dengan melihat secara berdampingan dengan saya di ruang
tahanan ratusan orang – penjahat, di antara mereka banyak yang merupakan
pengamat paling tepercaya dan ahli biologi paling terhormat. Sebagian besar
dari gambar-gambar di buku pelajaran, acuan dan jurnal biologi terbaik akan
mengundang tuduhan ‘pemalsuan’ setimpal, karena kesemuanya itu tidak cermat,
dan kurang atau lebih diselewengkan, diubah dan direkayasa.”( Francis Hitching,
The Neck of the Giraffe: Where Darwin Went Wrong, New York: Ticknor and Fields
1982, h. 204)
Ahli biologi molekuler dari Universitas California Jonathan Wells
menggambarkan keadaannya sebagai berikut:
“Banyak buku pelajaran menggunakan embrio buatan Haeckel yang sedikit diubah.
Salah satu contohnya adalah edisi tahun 1999 buku Biologi karangan Peter Raven
dan George Johnson, yang menyertakan keterangan ini pada gambar-gambarnya:
“Perhatikanlah bahwa tahap-tahap embrionik awal dari vertebrata-vertebrata ini
menunjukkan kemiripan mencolok antara satu dengan yang lain.” Buku pelajaran
itu juga memberitahu siswa: “Sebagian dari bukti anatomis terkuat yang
mendukung evolusi berasal dari perbandingan mengenai bagaimana organisme
berkembang. Dalam banyak kasus, sejarah evolusi suatu organisme dapat diketahui
menunjukkan penampakan seiring perkembangannya, dengan embrio yang menunjukkan
cirri-ciri dari embrio leluhurnya.”( Jonathan Wells, Icons of Evolution,
Regnery Publishing, Inc., h. 103)
Henry M. Morris, pendiri Creation Research Society dan Institute of
Creation Research mengkaji keadaan ini dalam kalimat berikut:
“Sejak Darwin – dan terutama sejak Freud – psikolog telah beranggapan bahwa
manusia hanyalah binatang yang berevolusi dan telah meneliti masalah perilaku
berlandaskan pijakan hewaniyah. Percobaan dengan monyet atau binatang lain
(bahkan dengan serangga) digunakan sebagai panduan untuk menangani
masalah-masalah manusia...Buah pahit dari teori rekapitulasi itu (yang sejak
lama tidak dipercaya secara ilmiah) terus berkembang di banyak wilayah
masyarakat… “(Henry M. Morris, The Long War Against God, Master Books,
2000, h. 32)
Surat kabar Italia, La Stampa, dalam sebuah tulisan
menggunakan judul "Fair-well Darwin" (Selamat Tinggal Darwin),
sedangkan di harian Prancis Le Point berbunyi "Save Darwin"
(Selamatkan Darwin). ...
"Darwin menulis dalam buku-bukunya bahwa
orang harus menemukan bentuk-bentuk peralihan untuk membuktikan teori evolusi,
tapi tak seorang pun
telah mampu menemukan satu saja bentuk peralihan. Para Darwinis menyatakan bahwa sel
pertama muncul menjadi ada sebagai sebuah kebetulan. Namun adalah mustahil bagi satu
protein tunggal sekalipun untuk terbentuk secara tidak sengaja."
"Telah kita buktikan bahwa tengkorak-tengkorak yang dulunya dipajang sebagai bukti evolusi adalah palsu. Darwinisme tidak dapat menjelaskan bagaimana kita dapat melihat atau mendengar atau mengindera dengan bantuan otak kita," inilah kata Adnan Oktar, (Harun Yahya).
Inilah
apa yang kita sebut, sebagai “ILMUWAN JUGA MANUSIA, PASTI PUNYA SALAH DAN
LUPA.”
Kesalahan
mereka adalah karena kesalahan jalan dan pemikiran, seperti apa yang dikatakan
oleh Einsten :
“memang
mungkin segala sesuatu untuk dibuktikan secara ilmiah, tapi itu akan menjadikan
tanpa rasa, tak berarti, seperti jika kamu menjelaskan shimpony Bethoveen
sebagai variasi tekanan udara.”
Maka
lihatlah naseha para pelaku SCIENTIST-RELIGIUNIS, semisal Einsten, “Kecerdasan tidak banyak berperan dalam
proses penemuan. Ada suatu lompatan dalam kesadaran, sebutlah itu intuisi atau
apapun namanya, solusinya muncul begitu saja dan kita tidak tahu bagaimana atau
mengapa.“
“Sudah saatnya cita-cita kesuksesan diganti
dengan cita-cita pengabdian.”
“Lebih mudah mengubah plutonium dari pada
mengubah sifat jahat manusia.”
“Saya meyakini bahwa tugas utama jiwa adalah
membebaskan manusia dari keegoisan.”
“Tanpa Budaya yang bermoral, manusia
tidak akan selamat.”
Atau Newton, yang mengakui
keberadaan TUHAN dengan apa yang diciptakanya “DIA adalah kekal dan tak
terbatas, maha Tahu dan Maha Kuasa, masa keberadaanNYA adalah dari kekal
samapai kekal...”, begitupun Pascall, Carl Linneaus, Pasteur, Mendell dengan
mengagungkan sifat Pencipta dan menolak sama sekali akan DOKTRIN KUMULASI-TEORI
EVOLUSI.
Maka berhati-hatilah
kamu, dunia pendidikkan kita adalah sangat berbahaya, bahkan mungkin menjadi
tembok penghalang atas intregitas dan kesuksesan kita dalam menjalankan
kehidupan kita yang pada akhirnya kita akan sampai kepada suatu masa dimana
tidak ada lagi resiko dan bahaya disekitar kita, yaitu masa setelah kematian
kita, disana kita hanya akan mengambil alih apa yang menjadi hak kita setelah
kita merampungkan TEST DI DUNIA ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar