Minggu, 31 Januari 2016

Cerita Siswa Sekolah

Seorang siswa kelas 11 (2) SMA
di sebuah sekolah pinggiran kota dikenal sebagai seorang yang jujur, aktif, kreatif dan kontroversial. Di kalangan masyarakat sekolah, ia memang agak menonjol dan cukup di hormati. Ya....benar saja, karena memang ia seorang ketua umun OSIS di sekolahnya. Seorang yang memang punya kelebihan didalam berbicara masalah yang menyangkut teknologi dan sains.
       Anak iji dlm dunianya memang cukup unggul bila berbicara masalah ilmu pengetahuan. Banyak orang yang mengakui bahwa ia punya someting spesial yang membuatnya berada di tempat yang lebih, namun itu yang mengetahui hanyalah teman-teman seperjuangannya. Selebihnya, tak ada yang tahu, karena memang ia seringkali terlihat bodoh dan tak peduli dengan kegiatan belajar mengajar. Hal ini membuat para guru tak tahu menahu tentang apa yang sebenarnya ia lakukan diluar KBM.
       Suatu hari, anak ini diminta oleh guru BK untuk memenuhi panggillan spesial diruang BK. Ia cukup merendah dan mengakui setiap tuduhan yang dilontarkan oleh pembimbing konseling, karena ulahnya yang sering bolos dan tak begitu baik dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar di kelas. Ia cukup tegar memerima itu, semua tuduhan memang benar adanya. Ia pun mendapat sebuah binaan serius dan cukup lama menjadi terdakwa dalam binaan itu. Tercatat, sekitar 76 menit ia bersama guru BK sekolahnya.
        Yang paling dituduhkan dan seringkali ia membuat ulah pada bidang Matematika. Tak cukup baik memang ia saat mengikuti pelajaran ini. Namun, teman-teman anak ini cukup mengenal apa yang dimiliki oleh nya. Lagi-lagi entah karena dalih apa, ia tak begitu rajin dan semanagat dalam mengikuti pelajaran. Maka pantas saja bila ia di dakwa telah mwlakukan pelangaran atas apa yang seharusnya siswa lakukan saat kegiatan belajar mebgajar di kelas.
             2 hari beraelang setelah pembinaan itu, anak ini mengikuti KBM pada mapel MTK,  yang dilaksanakan sepqnjang 3 jam mata pelajaran. 2 jam pertama dilakukan untuk mempeljari materi, dan satu jam sisa untuk mengadakan ulangan harian. 2 jam pelajaran awal itu, ia mendapat teguran dari guru mapel, 5 kali bnyaknya. Ini terjadi karena ia menghabiskan banyak waktu untuk tertidur dikelas. Walhasil, ia hanya mampu mendapat nilai 25 dari 5 soal yang di ujikan, nilai itupun di dapat karena ulahnya yang cukup kontroversial dengan hanya menuliskan jawaban akhir tanpa ada jalan guna mendapatkannya. Ini yang membuat guru mapel curiga, darimna ia mendapat nilai itu. Guru mengra ia mentontek teman sebangkunya.
                   3 minggu sudah terlewati setelah anak itu mendapat teguran keras dari pihak BK. Di sekolahnya diadakan sebuah event akbar berupa lomba karya iomiah,training, seminar, pameran dan bazzar buku. Peserta yang terlibat terdiri dari siswa/siswi sma se kabupaten dan ada forum khusus untuk guru-guru di sekolah itu dan guru-guru pembimbing karya ilmiah dan Olimpiade siswa. Event ini diselenggarakan oleh OSIS yang nekerja sama dengan sebuah lembaga riset dan pengembangan dari daerah pusat provinsi. 
              Dalam forum ini, diadakan seminar karya ilmiah guru dan siswa yang di bina langsung oleh kepala Litbang dan seorang rektor univeraitas terbaik kedua di negaranya. Tanpa disangka oleh para pserta, ada seorang pembicara yang tidak lazim. MC membawakn acara dan mengundang selrang anak lelaki berusia 17 tahun untuk tampil di panggung. Ternyata, seorang siswa yang masih duduk di kelas 2 SMA yang mengisi acara. Semua audiens terkejut, dan dengan bertanya-tanya, siapa dia kok menjadi pembicara di forum ini ?
Semua betanya-tanya, apa yang nampak bukanlah orang ini, dia ternyata si ketua OSIS di sekolah itu. Apa yang sekarqng terlihat sangat berbeda dengan apa yang kebanyakan orang fikirka. Setelah ia mengakhiri pembicaraannya, ia membuat statement : " berhati-hatilah dalam menyikapi fenomena kehidupan, kita mengatakan apa yang sebatas kita ketahui, namun tugas kita adalah bagaimana agar kwantitas pengetahuan kita berada di atas ketidqk tahuan kita, sehingga, kita akan mendapatkan.......itu bagus, tapi saya kurang cukup mampu menerimanya."
       Ia mengatakan hal ini dengan dalih bahwa ia cukup muak pada sikap para staf pengajar di lembaga pendidikkan, karena apa, seorang siswa selalu di tempatkan pada suatu titik dimana ia hanya diperkenankan menerima apa yang di berikan oleh guru, namun, guru sangat menghindari apa yang bisa diperbuat oleh siswa.
Ia mengatakan itu karena identitasnya terungkap, seorang pecundang di kelas ternyata seorang guru dari pengajar guru-guru yang mengajarnya di kelasi

Tidak ada komentar: