Tadinya aku pengin bilang
Aku butuh rumah
Tapi lantas kugangti
Dengan kalimat
Setiap orang butuh tanah
Ingat : setiap orang !
Aku berfikir tentang sebuah
geraskan
Tapi mana mungkin
Aku nuntut sendirian ?
Aku bukan orang suci
Yang bisa hidup dengan
sekepal nasi
Dan air sekendi
Aku butuh celana dan baju
Untuk menutup
Kemaluanku
Aku berfikir tentang sebuah
gerakan
Tapi mana mungkin kalau diam
?
( Wiji Thukul, 1987. “Tentang Sebuah Gerakan.” )
Diawal abad 21 ini, jika kita berbicara
sebuah peradaban, maka semua orang tentu akan menjawab, Sains. Jika berbicara
mengenai militer, AS. Jika berbicara mengenai ekonomi, Qatar. Jika berbicara
mengenai Sains dan Tekhnologi, AS. Jika berbicara mengenai pendidikan,
Finlandia. Jika berbicara mengenai tempat terindah, Swedia. Jika berbicara
mengenai Fisika, CERN. Jika berbicara mengenai Sepakbola, Spanyol dan Ronaldo.
Jika berbicara mengenai Islam, 9/11. Jika berbicara mengenai Alam Semesta, Flat
Earth. Jika berbicara mengenai SDA, The Peak Oil Theory. Namun, disini yang
akan kami bicarakan mengenai penduduk, manusia dan masyarakat.
PBB,
merilis data pada 1 Juli 2015 tentang penduduk Dunia, didapatkan angka sekitar 7.324.77782.225. Jumlah
ini 1,1182% lebih banyak dari tahun sebelumnya
yang diperkirakan sebesar 7.243.784.121 jiwa. Dari jumlah tewrsebut Dari jumlah tersebut,
terbesar ada di negara-negara Asia dengan populasi sekitar 4,384,844,097 atau
59,86%, dan untuk yang terkecil berada di Australia dan Oceania dengan populasi
sekitar 39,359,270 atau 0,54% dari total. Sedangkan, negara terkaya dengan PDB
terbesar, Qatar, memiliki Populasi sekitar 2.120.129 jiwa. Untuk Negara adidaya
Amerika Serikat, populasinya sekitar 321.034.355 jiwa dan menempati urutan ke 3
Dunia. Indonesia sendiri, sesuai data yang dirilis, diperkirakan sekitar
255.461.700 jiwa. Sementara, penduduk terbanyak tetap dimiliki oleh China dan
India dengan masing-masing sekitar 1,38 milliar dan 1,28 miliar jiwa.
Kepadatan penduduk Amerika 32,7
km2, sedangkan Qatar 175 km2, Indonesia berada di kisaran
124,66/ km2 , China sebesar 142,8 / km2, India 383,6 / km2.
Untuk nilai kepadatan penduduk ini, paling padat ada di Monaco dengan 16.620/
km2 , Amerika berada di 143, Qatar di 94, India di 19, China di 54,
dan Indonesia di 61. Dari kisaran penduduk yang ada itu, Badan Program
Pembangunan PBB merilis data pada 14 Maret 2013 tentang Indeks Pembangunan
Manusia. Hasil yang di dapat, Norwegia menempati tempat tertinggi dengan 0,955
diikuti Australia dengan 0,938 lalu Amerika di posisi ketiga dengan 0,937.
Walaupun negara dengan PDB tertinggi, Qatar menempati urutan ke 36 dengan
0,834, China di urutan 92 dengan 0,772, India ada di 134 dengan 0,612,
sedangkan Indonesia ada di 111 dengan 0,734.
Dari sedikit paparan data
itu, tentu kita akan sedikit merenung. Betapa luar biasanya suatu kehidupan
manusia secara sosial masyarakat. Berbagai peristiwa dapat terjadi kapanpun
dimanapun dan oleh siapapun, baik itu positif maupun negatif. Jika melihat IPP
yang cukup tinggi, tentu nilai-nilai negatif akan sedikit bisa teratasi. Akan tetapi nilai ini hanya
milik Norwegia dan negara yang senada. Bagaimana tidak, di Norwegia tidak
dikenal kelas sosial. Dinding pemisah antara si miskin dan si kaya hampir tidak
terlihat. Bahkan menurut data EU, orang miskin di Norwegia adalah orang dengan
penghasilan di bawah Rp 341.000.000 per tahun. Sedangkan menurut OECD, adalah
orang dengan pendapatan dibawah Rp 237.000.000 per tahun. Dari data OECD tahun 2004, 54% dari orang
miskin memiliki 1 unit komputer, dan 42% memiliki 1 unit mobil pribadi.
Negara ini begitu indah,
makmur, bahagia, aman dan tenteram, bak Surga di Dunia. Negara dengan Global
Peace Index tertinggi, negara dengan penduduk paling bahagia, negara dengan
Human Development Index tertinggi, negara paling nyaman untuk ibu dan anak,
negara dengan hasil Global Gender Inequality Index untuk kesetaraan gender
terbaik, salah satu negara dengan tingkat korupsi terendah dari hasil
Corruption Perception Index. Untuk ekonomi, bagaimana kita bisa membayangkan,
tahun 2013, data yang ada upah minimum sekitar Rp 61.200.000, dan kuli bangunan
setidaknya 59 juta per bulan. Untuk pekerja anak usia kurang dari 18 tahun,
dibayar sekitar 40 juta perbulan. Bagaimana dengan Indonesia yang mungkin bisa
kita lihat terendah menurut Provinsi ada di Yogyakarta dengan Rp 1.337.645 per
bulan, atau untuk wilayah Kota juga di angka Rp 1.337.600 per bulan untuk
wilayah Gunung kidul. Sementara itu, untuk seorang Direktur Utama sebuah
perusahaan bisa mencapai 100 juta per bulan.
Sebuah perbandingan yang
amat kontras terjadi di Indonesia. Jika di Norwegia, seorang pemulung saja
mampu membeli sebuah kemeja atau jas sebagai baju harian, lain hal di Indonesia
yang kaos oblong lusuh dan bahkan robek di sana-sini, menjadi pakaian
sehari-hari bagi pemulung. 1 dari 3 orang miskin memiliki mobil pribadi, di
Indonesia, mobil hanya dirasakan oleh para pekerja kelas menengah. Jangankan
beli mobil, makan saja terkadang harus menunggu hari esok jika tidak ada
keperluan lain untuk mengeluarkan uang. Menurut World Bank di tahun 2015,
Indonesia menempati urutan ke 9 negara dengan jumlah penduduk miskin terbesar,
yaitu sekitar 30 juta jiwa. India berada di 8 dan China di urutan 10.
Gejolak
kemiskinan memang amat di takuti oleh semua orang. Orang miskin dalam
masyarakat identik dengan kebodohan, keterbelakangan, kejahatan dan amoralitas.
Bahkan, orang miskin seperti tidak punya tempat di mata masyarakat. Maka,
dengan begitu banyaknya jumlah penduduk di Bumi ini, persaingan untuk eksis
semakin berat dan penuh tantangan. Tidak
ada yang menyangkal, semua orang memikirkan itu.
Bahkan, betapa mirisnya melihat kondisi dunia
saat ini. World Bank menganalisa bahwa pada 2016 setidaknya 702 juta jiwa hidup
dalam kemiskinan atau sekitar 9,6 % dari jumlah penduduk Bumi. Ini berarti,
dalam setiap 10 orang, ada 1 orang yang hidup di garis kemiskinan. Jika di
terapkan di Indonesia, sekitar 13 orang di setiap satu km. Ini tentu menjadi
sebuah keprihatinan sendiri bagi kita. Bila kita termasuk orang kelas menengah
ke atas, bukankah kita tidak malu ada saudara kita yang hidup dalam kemiskinan
? Atau jika kita termasuk kalangan bawah, bukankah kita cukup berat menjalani
persaingan kehidupan ini ?
Disinilah
kami akan sedikit melakukan penelusuran, bagaimana para masyarakat dengan
kekuatan dan kapabilitas lebih tinggi untuk menanggulangi kemiskinan. Bagaimana
cara para pejabat negara dan pemimpin kelompok untuk membantu membuang aib dan
memberikan kenyamanan dan keamanan kehidupan masyarakat. Agama, menjadi salah
satu bagian penting untuk hal ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar