Selasa, 01 Desember 2015

INGGRIS- YUNANI, NEGARA TERJUJUR

Para peneliti dari University of East Anglia melakukan penelitian untuk mengetahui tingkat kejujuran di sebuah negara jika dibandingkan dengan negara lainnya. Mereka tak hanya menemukan negara mana saja yang lebih jujur, tapi juga menghubungkannya dengan pertumbuhan ekonomi.

Dalam studi tersebut, para peneliti melakukan survei terhadap lebih dari 1.500 orang dari 15 negara untuk melihat kecenderungan kejujuran orang di sebuah negara jika dilihat dari pola hidupnya. Dan bagaimana kejujuran itu juga dapat mempengaruhi perkembangan ekonomi di negaranya.

Para partisipan memulainya dengan mengundi koin dan menyatakan bagian mana yang muncul, apakah kepala atau ekor. Sebelumnya, para partisipan diberitahu lebih dulu kalau bagian kepala yang muncul mereka akan diberikan uang sekitar Rp40 ribu atau Rp68 ribu.

Sebuah negara dinilai tidak jujur jika persentase orang yang terlibat dalam penelitian ini lebih dari setengah di setiap negaranya.

Selanjutnya, para partisipan diminta untuk melengkapi kuis musik. Setiap partisipan yang berhasil menjawab semua pertanyaan dengan benar akan mendapatkan penghargaan.

Mereka diminta untuk tidak menggunakan internet untuk mencari jawaban. Mereka juga diminta untuk memeriksa sebuah kotak dan berjanji tidak menyontek sebelum mereka melanjutkan ke pertanyaan berikutnya.

Tiga buah pertanyaan sebenarnya tidak mungkin dijawab dengan benar. Oleh sebab itu, tidak mungkin ada lebih dari satu jawaban yang benar karena jika hal itu terjadi partisipan terindikasi menyontek.

Beberapa negara yang terpilih menjadi target penelitian Brazil, China, Yunani, Rusia, Swiss, Turki, Amerika Serikat, Argentina, Denmark, Inggris, India, Portugal, Afrika Selatan, dan Korea Selatan. Ternyata semua negara yang terlibat mempraktikan ketidakjujurannya dalam kadar yang berbeda-beda.

Pada pengundian koin misalnya, negara dengan tingkat ketidakjujuran yang paling rendah adalah Inggris dengan poin 3,4. Disusul oleh Yunani. Jumlah ini lebih sedikit dibandingkan dengan China, Jepang, Korea Selatan, dan India.

Namun, saat kuis musik, orang Jepang menempati posisi sebagai negara terjujur. Di tempat kedua ada Inggris. Sementara Turki berada di posisi terbawah.

Selain mengetes kejujuran di negara-negara tersebut, mereka juga diminta untuk menebak berapa banyak orang yang menjawab kepala pada pengundian koin, termasuk dirinya. Yunani dan China adalah negara yang sangat pesimis ketika diminta untuk menilai kejujuran negara lain, namun Yunani termasuk yang paling jujur dalam undian koin.

"Keyakinan soal kejujuran didukung oleh sifat-sifat fisik, seperti bagaimana memproyeksikan diri sendiri," kata peneliti dari UEA's School of Economics, David Hugh-Jones.

Yang mengejutkan, orang ternyata lebih pesimis terhadap kejujuran bangsanya sendiri dibandingkan dengan orang-orang di negara lainnya. Salah satu penyebabnya, mereka lebih seirng mendengar berita maupun cerita tentang ketidakjujuran yang terjadi di negeri mereka sendiri dibandingkan dengan berita tentang negara lain.

Secara keseluruhan, penelitian ini menemukan kalau negara yang lebih miskin ternyata memiliki tingkat kejujuran yang lebih rendah dibandingkan dengan negara yang makmur. Hugh-Jones menjelaskan hal ini berkaitan dengan kesejahteraan pada masing-masing negara.

"Saya percaya kalau hubungan antara kejujuran dan perkembangan ekonomi telah melemah dalam 60 tahun terakhir. Dan ada bukti kecil yang menghubungkan perkembangan saat ini dengan tingkat kejujuran masyarakat," ujar Hugh-Jones

Tidak ada komentar: