Kepercayaan
orang barat bahwa musik terutama mozart dapat meningkatkan kecerdasan sudah
diyakini sejak tahuan 1950-an, mitos ini kemudian diteliti secara lebih serius
pada tahun 1990-an. 36 pelajar dalam sebuah kajian di University of California
di Irvine mendengar 10 minit sonata Mozart sebelum mengambil ujian IQ. Menurut
Dr Gordon Shaw, psikologi yang bertanggung jawab atas kajian ini, skor IQ
pelajar naik sekitar 8 mata akibat dirangsang oleh alunan ajaib musik Mozart,
sejak itulah istilah "Mozart effect" lahir.
Bahkan
di dalam negeri, tahun 2002 Hermanto Tri Juwono dan pasukannya pernah mencoba
pada tikus hamil. Hermanto dkk, memperdengarkan musik klasik Mozart, gamelan
sampai dangdut. Setelah distimulasi seperti itu, pertumbuhan sel-sel otak bayi
dan ibu tikus diteliti. Hasilnya musik Mozart memberi peningkatan jumlah sel
lebih tinggi. Musik gamelan nombor dua tertinggi, sedangkan musik dangdut
peningkatannya yang paling rendah.
Namun
setelah bertahun-tahun, orang mulai ragu akan kesahihan dari 'Mozart effect'
ini dan penelitian tandingan yang menghasilkan kesimpulan kontradiktif dengan
kesimpulan diatas sudah dilakukan. Beberapa penyelidik dari University of
Vienna, Austria yakni Jakob Pietschnig, Martin Voracek dan Anton K. Formann
dalam penyelidikan mereka yang diberi judul "Mozart Effect"
mengemukakan kesalahan besar dari hasil kajian musik yang melegenda ini.
Pietschnig dan kawan-kawannya mengumpulkan semua pendapat dan penemuan para
ahli berkaitan kesan musik Mozart terhadap tingkat intelegensi seseorang.
Mereka membuat penyelidikan yang melibatkan 3000 partisipator, hasil
penelitiannya adalah; 'tidak ada stimulus atau sesuatu yang mendorong
peningkatan kemampuan inteligensi seseorang setelah mendengar musik Mozart'.
Tim
penyelidik dari Jerman yang terdiri daripada saintis, ahli psikologi, ahli
falsafah, pendidik, dan ahli musik juga mengadakan penelitian serupa, mereka
mengumpulkan berbagai literatur dan fakta mengenai kesan mozart ini. Dan hasil
penelitiannya; 'Sangat tidak mungkin mozart bisa membuat seorang anak menjadi
genius'.
Howstuffwork
sebuah halaman web yang terkenal memaparkan bahawa musik klasik seperti karya
mozart tidak akan membuat seseorang lebih bijak. Dalam situsnya, masalah ini
dimasukkan sebagai salah satu point dalam artikel yang bertajuk; '10 mitos
tentang otak.'
Bahkan
Dr Frances Rauscher, seorang penyelidik yang terlibat dalam kajian di
University California di Irvine-yang melahirkan istilah "Mozart Efect"
yang telah menjadi kontroversi dalam community saintifik ini juga
menyatakan
bahwa mereka tidak pernah mendakwa itu benar-benar membuat orang pintar,
tetapi hanya meningkatkan prestasi pada tugas-tugas spasial-temporal
tertentu.
Sekarang
kita mengetahui bahawa musik Mozart -dan sebenarnya semua musik yang mempunyai
alunan nada yang menenangkan (kecuali musik dangdut sepertinya-red)- hanya
diyakini dapat menimbulkan kesan psikologi seperti gairah, tenang atau damai.
Dan keadaan psikologi ini memang positif dalam merangsang pertumbuhan sel otak.
Psikolog Rose Mini menambah bahawa yang paling penting bukan musiknya, namun
ketenangan yang didapati oleh seorang ibu yang kemudian disebarkan kepada si
bayi sejak dalam kandungan.
Lise
Eliot, Ph.D, pakar biologi dan anatomi sel Chicago Medical School AS,
mengatakan, perkembangan struktur otak bayi lebih dipengaruhi; pola diet, gaya
hidup dan keadaan emosi ibu hamil. Kesan musik memang diakui sebagai stimulus
psikologi / emosi yang baik.
Jadi
musik diakui meningkatkan kecerdasan, namun secara tidak langsung yaitu dengan
kesannya yang menenangkan sehingga syarat psikologi dan emosional sang ibu
memenuhi syarat untuk mewujudkan suasana dan persekitaran rahim yang kondusif
untuk pembangunan dan pertumbuhan otak sang janin. Stimulan serupa juga
didapati pada Al-Quran, dipercayai juga bahawa Al-Quran membawa
pengaruh-pengaruh positif lain yang luar biasa disebabkan oleh sumber Al-Quran
yang ilahiah, dan juga berdasarkan banyaknya kesaksian orang-orang yang merasakan
pengaruh Al-Quran secara langsung atau tak langsung. Keyakinan ini terus
diusahakan diteliti sehingga dapat dijelaskan lebih baik dalam ranah ilmiah.
Sudah
diteliti dan didapati fakta bahawa memperdengarkan Al-Quran kepada bayi akan
meningkatkan tahap inteligensia bayi. Dr. Nurhayati dari Malaysia mengemukakan
hasil kajian ini dalam sebuah seminar kaunseling dan psikoterapi Islam.
Setiap
suara atau sumber-sumber bunyi mempunyai frekuensi dan panjang gelombang
tertentu. Dan ternyata, bacaan Al-Quran yang dibaca dengan tartil yang bagus
dan sesuai dengan tajwid mempunyai frekuensi dan panjang gelombang yang mampu
mempengaruhi otak secara positif dan mengembalikan keseimbangan dalam tubuh.
Bacaan
Al-Quran mempunyai kesan yang sangat baik untuk tubuh, seperti; memberikan
kesan menenangkan, meningkatkan kreativitas, meningkatkan kekebalan tubuh,
meningkatkan kemampuan konsentrasi, menyembuhkan berbagai penyakit, mewujudkan
suasana damai dan meredakan ketegangan saraf otak, meredakan kegelisahan,
mengatasi rasa takut , memperkuatkan keperibadian, meningkatkan kemampuan
berbahasa, dan lain sebagainya.
Kalau
musik klasik disimpulkan boleh mempengaruhi kecerdasan melalui pengaruh
positifnya terhadap stimulan psikologi dengan ke-berkesan-an sebanyak 65% maka
seharusnya Al-Quran yang merupakan Kalamullah bisa lebih baik lagi. Al-Quran
tetaplah obat dan terapi serta stimulan yang terbaik.
Ibu
yang cerdas menganggap bahwa rahimnya adalah ruang kelas pertama bagi anaknya,
bukan hanya sekadar ruang tunggu bagi janin sampai ia siap dilahirkan ke dunia
ini. Para ahli menyatakan bahwa keadaan kejiwaan sang ibu juga sangat
mempengaruhi watak dan kecerdasan bayinya. Dalam keadaan stress tubuh sang ibu
akan menghasilkan hormon kortisol dalam jumlah berlebihan sehingga ini akan
mencetuskan tekanan darah meninggi, dada terasa sesak, dan emosi menjadi tidak
stabil. Hormon kortisol ini boleh merebak ke bayi melalui plasenta sehingga
mempengaruhi pembuluh darah sang janin, akibatnya sang janinpun ikutan stress.
Bila ini terjadi terus-menerus boleh menyebabkan si anak kelak menjadi orang
yang mudah stress. Inilah pentingnya ibu yang sedang hamil memperbanyak
berdzikir, sebab manfaat berzikir yang pertama adalah mencipta ketenangan
batin, dan zikir yang paling utama adalah menghafal, membaca, dan mempelajari
Al-Quran Al-Kariim..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar