Minggu, 27 Desember 2015

Parasetamol belum tentu ampuh sembuhkan flu

Sebuah penelitian yang masih pada tahap awal tak menemukan bukti bahwa parasetamol efektif menyembuhkan flu.
Pada musim hujan, flu mulai merebak. Untuk menyembuhkan penyakit ini, masyarakat banyak mengandalkan pada obat-obatan yang mengandung parasetamol. Parasetamol atau asetaminofen adalah obat analgesik dan antipiretik yang populer dan digunakan untuk melegakan sakit kepala, sengal-sengal, dan sakit ringan, serta demam.
Sebuah penelitian terbaru dari Medical Research Institute of New Zealand menemukan bahwa parasetamol belum tentu bisa meringankan gejala flu atau mengurangi jumlah virus yang ada pada tubuh pasien. Bahkan para ilmuwan juga menemukan bahwa parasetamol tidak secara nyata mengurangi demam, dibandingkan dengan pasien yang diberi pil plasebo (pil "kosong", atau tak mengandung apapun).
Penelitian yang diterbitkan di jurnal ilmiah Respirology ini melibatkan 80 orang yang terjangkit flu. Kelompok pertama sebanyak 40 orang diberi satu gram parasetamol empat kali sehari selama lima hari. Sementara itu kelompok kedua sebanyak 40 orang diberi pil plasebo dengan dosis yang sama.
Telegraph memaparkan para peneliti kemudian mengamati jangka waktu dan tingkat keparahan gejala flu dari semua orang. Ternyata para peneliti tidak menemukan adanya perbedaan efek antara mengonsumsi parasetamol dan plasebo, termasuk dalam hal jangka waktu, tingkat keparahan, suhu, dan jumlah virus.
"Tidak ada perbedaan jumlah virus yang ditemukan pada orang yang meminum parasetamol dan plasebo," kata pemimpin penelitian itu, Irene Braithwaite, dari Medical Research Institute of New Zealand, kepada Radio New Zealand.
Awalnya, tim peneliti berpikir parasetamol bisa berbahaya karena virus akan berkembang pada suhu rendah ketika obat itu mulai bekerja. Mereka pun menduga bisa menemukan indikasi penurunan suhu pada responden pengidap flu setelah menerima parasetamol.
Dr Braithwaite mengakui ada kemungkinan peserta penelitiannya kurang banyak untuk mengklaim adanya perbedaan hasil dari kedua perlakuan. "Ini baru temuan awal. Kami tahu dengan sampel yang hanya 80, akan kesulitan mendeteksi adanya perbedaan (hasil)," lanjut Braithwaite.
Kemungkinan lain, karena suhu tubuh partisipan tidak cukup tinggi sehingga efek parasetamol tak nampak (untuk menurunkan suhu tersebut). Kemungkinan lainnya, parasetamol tak benar-benar membantu untuk penyakit semacam ini.
"Kami tak menemukan bukti bahwa Parasetamol bisa menguntungkan bagi pengidap flu, dan penggunaannya tidak berbahaya," kata Dr Braithwaite kepada New York Times. Namun mereka tidak melarang penggunaan parasetamol untuk menyembuhkan flu.
Dijelaskan di Daily Mail, ada catatan penting dari studi ini yang harus diperhatikan.
Ada kemungkinan hasilnya tak akurat karena semua partisipan sebelumnya telah diberi Tamiflu, obat anti-flu yang cukup kuat. Hal ini dilakukan sebagai protokol keamanan, namun bisa saja mengaburkan hasil studi terhadap kedua kelompok.
Selain itu, meski partisipan diambil secara sukarela dan acak, di kelompok plasebo terdapat lebih banyak orang dengan masalah pernapasan kronis.
Adapun para peneliti itu merekomendasikan agar semua orang setiap tahun diberi vaksin flu secara teratur, terutama ibu hamil, anak balita, lansia, dan pasien yang menderita kondisi medis parah.
Pemberian vaksin influenza memang tidak melindungi dari flu biasa atau sejumlah penyakit pernafasan lain yang mungkin beredar selama musim dingin. Meskipun demikian vaksinasi flu disarankan karena dua alasan.
Pertama, strain virus influenza yang beredar di masyarakat sering berubah dari tahun ke tahun. Kedua, perlindungan kekebalan tubuh setelah diberi vaksinasi influenza relatif berumur singkat, tidak seperti beberapa vaksinasi lainnya seperti tetanus.
Catatan redaksi: Artikel ini telah dilengkapi dengan kondisi penelitian yang memungkinkan hasil tak lazim dari penggunaan parasetamol. Judul pun telah diubah sesuai kesimpulan penelitian yang masih pada tahap awal (14/12/2015, 19.55 WIB).

Tidak ada komentar: